Bahas AI, Kemendikdasmen Tekankan Pentingnya Kesalehan Digital untuk Pendidikan

ADVERTISEMENT

Bahas AI, Kemendikdasmen Tekankan Pentingnya Kesalehan Digital untuk Pendidikan

Cicin Yulianti - detikEdu
Kamis, 15 Mei 2025 20:00 WIB
Mendikdasmen beri kabar terbaru terkait pelaksanaan SPMB 2025.
Mendikdasmen Abdul Mu'ti. Foto: Daffa Ridwan Nurhakim/20detik
Jakarta -

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menekankan soal pentingnya kesalehan digital. Ia menyorot peran artificial intelligence (AI) dalam memperluas jangkauan pendidikan.

Mu'ti menyebut etika menjadi hal penting untuk dimiliki di samping pemanfaatan AI. Kehadiran AI, menurutnya perlu diarahkan untuk kemajuan pendidikan.

"Pemahaman soal etika dalam pengembangan AI ini juga menjadi bagian dari kebijakan di Indonesia," kata Mu'ti dalam Forum APEC di Korea Selatan, dilansir dari Antara, Kamis (15/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia pun mengingatkan pentingnya sikap bijak dalam menggunakan AI. Hal ini yang kemudian ia sebut sebagai kesalehan digital.

"Kita tak sekadar perhatikan kemajuan digital, tapi juga harus tekankan pentingnya kesalehan digital," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Kemendikdasmen Siap Latih Guru Agar Andal AI

Kemudian Mu'ti mengatakan Kemendikdasmen sudah memulai implementasi AI di sekolah. Salah satunya dengan melatih guru agar siap menerapkan kurikulum AI.

"Pelatihan gurunya sudah dimulai. Nanti kita usahakan juga ada keterkaitannya dengan sertifikasi guru," kata Mu'ti.

Nantinya, para guru yang mengajar AI dan coding, waktunya dapat dihitung sebagai pemenuhan jam mengajar. Dengan ini, Mendikdasmen berharap guru dapat menerapkan penggunaan AI dengan tepat.

"Kan teknologi itu tergantung pengguna dan penggunaannya. Kalau digunakan oleh orang bertanggung jawab untuk tujuan baik, maka akan mendatangkan manfaat," ujar Mu'ti.

Penggunaan AI Harus Berbasis Nilai Etika

Pesan yang sama ditekankan juga oleh Wakil Mendikdasmen, Fajar Riza Ulhaq. Menurutnya perkembangan kecerdasan buatan harus diimbangi dengan nilai etika dan tanggung jawab.

"Saya ingin mengambil jalan tengah. AI adalah inovasi yang harus kita apresiasi, bahkan perlu kita ajarkan kepada anak-anak kita. Tapi itu harus disertai dengan semangat yang mendorong kewargaan digital (digital citizenship)," kata Fajar dalam keterangan resminya.

Fajar memaparkan hasil AI Index Report Stanford University 2025 yang menunjukkan bahwa 80% masyarakat Indonesia merasa optimistis terhadap perkembangan AI, sejajar dengan Tiongkok (83%) dan Thailand (77%).

Di samping optimisme itu, Fajar mengajak insan pendidikan untuk siap juga menjadi inovator. Bukan sekadar menikmati atau jadi konsumen.

"Jangan sampai kita hanya menjadi penonton. Kita harus mampu menjadi pemilik masa depan teknologi ini," ujarnya.

Ia berharap anak muda dapat memanfaatkan pembelajaran coding dan AI. Selain itu, ia berpesan agar anak muda tetap skeptis dan kritis di samping menguasai penggunaan AI.

"Dengan pendekatan yang reflektif dan humanis, pengajaran teknologi tidak hanya soal kemampuan teknis, tetapi juga pembentukan karakter," pungkasnya.




(cyu/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads