Beberapa Kali Merasakan Gagal, Aulia Kini Diterima di Teknik Nuklir UGM Jalur SNBP

ADVERTISEMENT

Beberapa Kali Merasakan Gagal, Aulia Kini Diterima di Teknik Nuklir UGM Jalur SNBP

Fahri Zulfikar - detikEdu
Jumat, 21 Mar 2025 06:00 WIB
Aulia Keisya Pawestri, siswi SMA Unggulan CT Arsa Sukoharjo lolos SNBP di UGM jurusan teknik nuklir.
Foto: Fahri Zulfikar/detikEdu/Aulia Keisya Pawestri, siswi SMA Unggulan CT Arsa Sukoharjo lolos SNBP di UGM jurusan teknik nuklir.
Jakarta -

Tak banyak anak yang berhasil bangkit cepat setelah gagal dalam pencapaian belajar. Terlebih, jika melihat anak-anak lain di sekolahnya memiliki prestasi yang meningkat. Namun, Aulia Keisya Pawestri berhasil melewatinya.

Aulia, sapaannya, merupakan siswa dari SMA Unggulan CT Arsa Sukoharjo yang berhasil masuk Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui jalur SNBP 2025. Uniknya, jurusan yang ia ambil cenderung tak favorit di kalangan siswa lain.

Berdasarkan peminat SNBP tahun lalu, teknik nuklir UGM hanya diminati 197 peserta. Tahun ini, hanya 15 peserta yang bakal masuk melalui jalur SNBP dan salah satunya Aulia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, pencapaian Aulia terbilang bukan hal yang mudah. Sebab, ia sempat melewati tekanan mental, seperti saat gagal beberapa kali.

Pola Pikir yang Terus Berkembang

Aulia mengakui, selama belajar di SMA Unggulan CT Arsa, yang berisi siswa-siswi berprestasi, ia sempat mengalami jatuh bangun dalam belajar. Terlebih kala harus menghadapi kegagalan.

ADVERTISEMENT

"Dulu sewaktu (awal) di sini, saya di astronomi gagal. Di beberapa beasiswa juga gagal. Kalau dari segi mental, dulu cenderung kalau gagal, menyalahkan orang-orang sekitar saya," ucapnya saat ditemui di gedung SMA Unggulan CT Arsa Sukoharjo, Jawa Tengah.

Kegagalan itu membuatnya banyak berpikir. Di sisi lain, ia akhirnya juga menyadari bahwa orang-orang di sekitarnya, tak menilai dirinya gagal. Sebaliknya, ia merasa mendapat dukungan penuh dari teman-teman dan gurunya.

Perlahan, pola pikir tentang kegagalan pun ia ubah. Ia tak lagi terpuruk dalam kegagalan, tapi melihat dukungan dari orang sekitar dan bangkit untuk belajar lagi.

"Dari situ saya belajar, bahwa yang perlu diubah bukan orang-orang (di sekitar saya) tapi mindset saya sendiri," kata Aulia.

"Teman-teman saya itu ketika saya gagal mereka lebih banyak merangkul. Guru-guru tidak ada yang nge-judge ketika saya gagal. Saya lebih banyak bersyukur," imbuhnya.

Menekuni Bidang Fisika-Matematika hingga Tertarik Bidang Nuklir

Pada akhirnya, Aulia perlahan bisa bangkit dari kegagalan. Ia terus fokus agar bisa mengembangkan minatnya.

Ia bercerita, bahwa ia menyukai bidang-bidang seperti fisika hingga matematika. Di sisi lain, ia juga aktif dalam olimpiade sains dengan mengikuti OSN. Kesukaan terhadap ilmu sains ini yang membuatnya tertarik dengan bidang nuklir.

"Saya mengambil teknik nuklir gara-gara memiliki minat di bidang fisika, kimia, dan matematika. Saya memiliki background olimpiade, OSN astronomi. Itu merupakan ilmu yang paling saya enjoy buat ngikutin," ungkapnya.

"Saya berpikir teknik nuklir bakal cocok untuk saya," tambahnya.

Selain itu, ia juga memiliki gambaran di masa depan, bahwa Indonesia akan membutuhkan seorang ahli nuklir. Terutama untuk pemanfaatan sumber energi.

"Saya memiliki bayangan, (sampai sekarang) Indonesia ini kekurangan sumber daya manusia yang ahli di bidang nuklir. Contoh nyatanya, pembangkit listrik tenaga nuklir Indonesia (butuh seorang ahli)," terang perempuan asal Sleman, DI Yogyakarta tersebut.

"Jadi saya ingin menjadi salah satu sumber dayanya yang ahli di bidang nuklir, kemudian mengembangkan banyak inovasi di situ. Dan saya berpikir untuk jadi peneliti, juga (seorang ahli) quality control di sebuah industri," lanjutnya.

Rencana yang Tidak Berhasil Bisa Menjadi Rencana Terbaik

Sampai di titik ini, bisa sekolah dengan fasilitas gratis penuh di SMA CT Arsa dan diterima SNBP, Aulia mengaku tak menyangka. Terlebih pada awalnya, ia minder karena siswa-siswa yang masuk di sekolah itu, kebanyakan pilihan anak yang berprestasi.

"Dari guru saya, memperkenalkan sekolah ini (CT Arsa). Dari poster yang dikasih, orangnya keliatan pinter-pinter. Terus saya 'kayaknya ga mungkin deh (bisa masuk) situ'. Kemudian saya mencoba yakin, dan meyakinkan kedua orang tua untuk bisa sekolah ke CT Arsa," ceritanya.

Selain itu, orang tuanya juga memiliki rasa berat hati karena jauh dari rumahnya. Namun perlahan, ia membuktikan bisa berkembang dan berprestasi selama SMA.

"Mungkin bapak ibu saya awalnya berat hati. Tapi karena saya bisa membuktikan bisa berprestasi, bapak ibu saya sudah bangga, dan tidak menyesal menyekolahkan saya di sini," tuturnya.

Ke depan, ia ingin membuktikan keseriusannya lagi dalam belajar. Ia ingin menempuh pendidikan setinggi mungkin.

Aulia mengatakan ingin membantu perekonomian keluarga melalui pendidikan. Ia merasa harus membalas dukungan yang sudah diberikan oleh keluarganya.

"Karena saya ingin memperbaiki kondisi (ekonomi) keluarga dulu. Bapak ibu dan kedua kakak saya mendukung saya untuk bisa (studi) seperti ini, dari finansial, mental, spiritual. Kayaknya agak kurang ajar jika saya tidak memberikan hasil yang baik juga buat mereka. Jadi saya kuliah alasannya juga buat keluarga. Saya juga ingin jadi orang yang bisa bermanfaat bagi banyak orang," paparnya.

Kala mengingat kembali sebelum SMA, ia mangaku memiliki banyak rencana untuk sekolah. Namun, semua rencana itu gagal. Meski begitu, posisi sekarang adalah rencana yang sudah terbaik baginya.

"Semua plan yang saya buat, gak ada yang berhasil. Tapi (sekarang) Allah SWT ngasih yang terbaik," katanya.

"Untuk teman-teman lain (yang tengah berjuang), tetap percaya diri, percaya sama apa yang terbaik menurut Allah SWT," tutup Aulia.




(faz/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads