Kemendiktisaintek Siapkan Beasiswa Dosen dan Berbagai Kerja Sama, Ini Tujuannya

ADVERTISEMENT

Kemendiktisaintek Siapkan Beasiswa Dosen dan Berbagai Kerja Sama, Ini Tujuannya

Trisna Wulandari - detikEdu
Sabtu, 08 Mar 2025 10:00 WIB
Mendiktisaintek Prof Brian Yuliarto
Foto: (20 detik)
Jakarta -

Berbagai kerja sama dan beasiswa dosen tengah disiapkan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek). Ada apa?

Menteri Diktisaintek Brian Yuliarto mengatakan langkah-langkah tersebut guna mendukung prioritas nasional, yakni memperkuat ketahanan pangan dan energi serta mempercepat hilirisasi.

Beasiswa Dosen

Brian menjelaskan penyiapan beasiswa dosen jenjang S3 guna meningkatkan kualifikasi dosen dan risetnya. Riset-riset dosen ke depannya dan peningkatan kualifikasi dosen sebagai SDM Indonesia diharapkan mendukung prioritas nasional dan lahirnya industri kemandirian pangan, energi, dan hilirisasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau dosen ini tidak bisa disekolahkan, akhirnya kualifikasi pengajar atau dosen-dosen itu tidak maksimal ya. Sehingga sayang, masuk-masuk kesempatan itu belum bisa optimal juga pada akhirnya. Ini yang akan kita perkuat, kita akan petakan," ucapnya di kantor Kemendiktisaintek, Jumat (7/3/2025).

Peningkatan kualifikasi dosen menurut Brian juga penting memastikan kualitas mahasiswa turut jadi maksimal.

ADVERTISEMENT

"Dari sisi SDM, untuk melahirkan SDM-SDM negara untuk mengisi industri-industri kita. Untuk menopang industri, kita butuh lulusan-lulusan perguruan tinggi yang memang kualifikasinya bagus," ucapnya.

Langkah ini menurut Brian turut bersifat mutualisme bagi program pascasarjana di kampus RI yang dapat mewadahi pendidikan para dosen tersebut.

"Di satu sisi kita memang ingin menyekolahkan mereka, di sisi lain, kita butuh riset juga yang kuat. Program-program pascasarjana kita butuh mahasiswa juga," sambungnya.

Kerja Sama Bangun Industri

Di samping peningkatan SDM untuk membangun industri berbasis riset, sejumlah kerja sama bidang prioritas nasional tengah dijajaki dan disiapkan dengan sejumlah kementerian dan BUMN. Langkah ini menurut Brian guna memastikan hasil penelitian bisa berlanjut menjadi produk.

"Salah satu permasalahan dari sulitnya penelitian jadi produk itu kalau di dalam teori hilirisasi itu death valley, lembah kematian. Jadi biasanya kalau sudah prototipe, itu masih oke. Tapi begitu di ekosistem, kita meng-generalize product, industri, maka kesulitan itu terjadi. Makanya lembah kematian banyak, produk-produk penelitian itu kemudian tidak bisa berlanjut menjadi produk," ucapnya.

"Ini yang Pak Presiden tekankan sekali bahwa kita harus mandiri, kita harus mandiri. Karena selama ini bawang putih juga 93 persen itu masih impor. Nah ini kita dari sisi risetnya akan melakukan (pemecahan masalah) hal-hal seperti itu," ucapnya.

Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Fauzan Adziman mengatakan kerja sama dengan berbagai kementerian dan BUMN hingga penguatan SDM guna memecahkan masalah penting secara nasional dan multidisiplin.

"(Prioritasnya) swasembada pangan, swasembada air, aspek hilirisasi, kesehatan, industrialisasi. Hal-hal yang ada di Asta Cita itu semua kita kembangkan, dan juga ada 8 Quick Win program dan 17 prioritas nasional," ucapnya.

"Jadi riset tidak dikotak-kotakkan dalam satu bidang, tapi multidisiplin. Ada teknologi, ada hukum, ada sosial," ucapnya.

Industri Swasembada Pangan

Fauzan mencontohkan, pada pemecahan masalah swasembada pangan, peningkatan produk bisa dilakukan dengan benih unggul, peningkatan pupuk, drone, internet of things, hingga satelit yang memungkinkan stakeholders terkait tahu wilayah yang sebaiknya dilakukan pengembangan pertanian.

Industri Semikonduktor dan Solar Cell

Brian mengatakan kerja sama melahirkan industri semikonduktor dan solar cell juga tengah dikoordinasikan mengingat kebutuhan tinggi di Indonesia.

"Nanti kita akan belanja sebanyak ini solar cell. Kenapa nggak kita siapkan aja dari sekarang membangun industri solar cell. Kan sama-sama keluar uang, satu buat belanja, satu buat bikin pabrik," ucapnya.

"Kemudian setelah industri solar cell itu, kita akan coba, kemarin kita sempat berdiskusi beberapa kali, dari (bentuk semikonduktor) yang paling kecil (simpel): SIM card dulu. SIM card itu penggunaannya tinggi sekali. Orang Indonesia punya handphone, entah berapa ratus juta. Udah gitu orang Indonesia kan seneng ganti nomer," ucapnya.

Untuk pembangunan industri berbasis riset ini, Fauzan mengatakan Kemendiktisaintek tengah berkoordinasi dengan BUMN. Tujuannya untuk mengembangkan produk nasional.

"Karena di BUMN ini banyak alat-alat, komponen-komponen yang diperlukan (ada) di BUMN. Baik itu pembangkit, juga banyak (lainnya) di BUMN, ini kita akan kembangkan supaya produk-produk yang kita gunakan itu produk-produk nasional," ucapnya.

"Kalau kita menggunakan produk-produk luar, kita harus share data sama mereka, sehingga data-data dan lain-lain itu tidak bisa kita berdaulat atas data sendiri," jelasnya.

Sementara itu, keterbatasan kapasitas pengembangan teknologi di dalam negeri akan direspons dengan riset.

"Jadi BUMN sendiri memang mendorong, ingin teknologi itu dikembangkan di dalam negeri. Namun, kan kita ada kapasitas gitu ya. Nah ini yang perlu kita tingkatkan, jadi nilai tambah itu melalui terobosan teknologi, yaitu melalui riset," ucapnya.




(twu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads