Saat Seorang Ayah Wakili Anaknya yang Meninggal Wisuda di Unesa

ADVERTISEMENT

Saat Seorang Ayah Wakili Anaknya yang Meninggal Wisuda di Unesa

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 24 Feb 2025 08:00 WIB
Cerita wisudawan Unesa yang harus diwakilkan sang ayah.
Foto: dok. Universitas Negeri Surabaya
Jakarta -

Wisuda seharusnya menjadi momen bahagia untuk mahasiswa dan keluarganya. Wisuda menjadi pembuktian mahasiswa untuk lulus dari bangku perkuliahan setelah empat tahun atau lebih berjuang untuk mendapat gelar Sarjana.

Sayangnya proses berbeda harus dilalui wisudawan Sarjana Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (S1 PJKR) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) angkatan 2018, Novandry Ari Tonang. Tonang sapaan akrabnya, tak bisa hadir secara fisik pada wisuda ke-113 Unesa.

Kehadirannya hanya dalam bentuk nama yang disebutkan di tengah prosesi, karena Tonang telah berpulang pada yang Maha Kuasa pada 18 September 2024 lalu karena sakit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Proses wisuda Tonang kemudian diwakili oleh sang ayah, Dateng Eko yang naik panggung sembari memeluk bingkai foto putranya.

Mendampingi Dateng Eko, Rektor Unesa Nurhasan menyebut kepergian Tonang meninggalkan duka mendalam bagi seluruh keluarga besar Unesa. Ia juga mengajak seluruh jajaran pimpinan, wisudawan, dan tamu undangan sejenak mendoakan Tonang.

ADVERTISEMENT

Atlet Voli-Penyakit Paru-paru

Diceritakan Dateng Eko, Tonang adalah sosok yang penuh semangat dan gigit dalam menempuh studi. Sejak SMP anaknya menaruh minat besar pada olahraga voli.

Ia pernah berlaga di ajang Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) di GOR Unesa. Dari sana, ia berkeinginan melanjutkan pendidikan di Unesa dan tercapai.

Selama berkuliah Tonang sangat rajin berlatih voli dan mengikuti berbagai perlombaan. Proses berlatih ketat hingga larut malam disebut menjadi pemicu kesehatannya menurun hingga terkena penyakit paru-paru.

"Selama kuliah, anak saya baik-baik saja. Dia rajin berlatih voli dan sering mengikuti berbagai perlombaan di luar kota seperti di Pasuruan, Lamongan, dan Bojonegoro," ungkap Dateng dikutip dari laman Unesa, Jumat (21/2/2025).

Sebagai orang tua, ia tentu ingin sang anak sehat selalu. Untuk itu, ia telah melarang Tonang mengambil sesi latihan malam.

"Saya sebenarnya sudah melarangnya untuk latihan malam, tapi dia tetap bersikeras," ucapnya.

Dengan semangat juang yang tinggi, Tonang berhasil menyelesaikan skripsi dan dinyatakan lulus pada Agustus 2024. Sayangnya ia tidak bisa mewujudkan impian sang ayah untuk bisa berkarier sebagai guru olahraga.

"Saya berharap setelah lulus, dia bisa meneruskan saya sebagai guru olahraga di sekolah saya, karena saya juga sudah mendekati masa pensiun. Namun, takdir berkata lain," imbuh Dateng dengan nada lirih.

Kepergian Tonang menjadi duka bagi keluarga program studi PJKR dan Unesa. Diketahui beberapa dosen dan teman-temannya di kampus turut hadir melayat sebagai bentuk penghormatan terakhir.

Unesa juga memberikan pesan khusus bagi keluarga Tonang. Meskipun tak bisa hadir secara fisik, kisah Tonang akan menjadi inspirasi mahasiswa lainnya untuk terus berjuang dan mengejar mimpi dengan penuh dedikasi.




(det/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads