Bantu Pelestarian Hewan Langka, Peneliti IPB Terapkan Bayi Tabung

ADVERTISEMENT

Bantu Pelestarian Hewan Langka, Peneliti IPB Terapkan Bayi Tabung

Novia Aisyah - detikEdu
Rabu, 18 Des 2024 13:30 WIB
Peneliti IPB Terapkan Bayi Tabung untuk Bantu Pelestarian Hewan Langka
Peneliti IPB Terapkan Bayi Tabung untuk Bantu Pelestarian Hewan Langka. Foto: IPB University
Jakarta -

Peneliti Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University sukses mengaplikasikan bayi tabung untuk penyelamatan hewan, khususnya satwa langka dan dilindungi.

Tim yang terdiri dari peneliti SKHB dan peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) memperoleh kepercayaan dari pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk melakukan penyelamatan badak Sumatera.

Inovasi tersebut telah diluncurkan oleh IPB University melalui Direktorat Riset dan Inovasi (DRI) melalui acara Pekan Riset dan Inovasi IPB pada Senin (16/12/2024) di IPB International Convention Center (IICC), Bogor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu peneliti, Prof Arief Boediono mengatakan upaya produksi embrio secara in vitro atau di luar tubuh badak Sumatera dilakukan dengan mengoleksi sel telur dan sperma di lapangan. Kemudian, dilanjutkan fertilisasi menggunakan penyuntikan sperma tunggal (intracytoplasmic sperm injection/ICSI).

Bagaimana Penerapan Bayi Tabung pada Hewan?

Prof Arief juga menjelaskan bagaimana kematian bukan menjadi akhir kehidupan reproduksi. Ia mencontohkan, sapi yang disembelih di rumah potong hewan atau RPH, secara anatomi sudah mati. Namun, ovarium sapi betina dan testis sapi jantan masih berpotensi sebagai sumber sel gamet (sel telur dan sperma).

ADVERTISEMENT

"Sel telur dapat dikoleksi dari ovarium sapi yang baru mati untuk selanjutnya dilakukan produksi embrio secara in vitro. Embrio yang dihasilkan bisa dilakukan transfer embrio sehingga dihasilkan anak sapi berasal dari induk yang sudah mati," terangnya, dikutip dari IPB University pada Rabu (18/12/2024).

Ia pun menjelaskan koleksi sel telur dapat dikoleksi hewan yang masih hidup, sehingga dapat dilakukan berulang tanpa harus menunggu hewan mati. Teknologi tersebut dikenal sebagai petik telur atau ovum pick up (OPU).

Kemudian, sel telur yang dihasilkan akan mendapatkan fertilisasi dan kultur embrio in vitro hingga memperoleh embrio yang berpotensi menjadi pedet (anak sapi).

Usaha menyelamatkan satwa langka dan dilindungi seperti badak Sumatera, harimau, anoa, dan sebagainya dapat dilakukan melalui penerapan teknologi tersebut. Embrio yang dihasilkan dapat langsung ditransfer apabila terdapat resipien atau dilakukan pembekuan embrio dan disimpan dalam nitrogen cair (-196 oC) dan dapat digunakan setiap saat ketika ada resipien yang siap.

Prof Arief mengatakan pada dasarnya proses pembuahan mamalia hanya membutuhkan satu sperma untuk membuahi sel telur. Dengan micromanipulator, sperma yang terpilih akan disuntikan langsung ke sitoplasma sel telur, meniru pembuahan alami.


Embrio yang dihasilkan kemudian dibekukan hingga didapatkan resipien.

BioBank tidak hanya untuk menyimpan sperma, sel telur, dan embrio, melainkan juga untuk membekukan sel somatis yang dapat digunakan sebagai sumber sel donor program klon.

"Teknologi ART ini merupakan cikal bakal teknologi program bayi tabung pada manusia," ujar Prof Arief.

Embrio Tak Rusak Saat Dibekukan

Sebagaimana regulasi di Indonesia, program bayi tabung hanya diizinkan pada pasangan suami-istri yang telah menikah secara resmi. Ia mengatakan pada suami-istri yang belum memiliki keturunan dan mempunyai permasalahan kualitas sperma suami, akan berakibat pada rendahnya hasil fertilisasi.

Pada metode konvensional, pembuahan in vitro membutuhkan sekitar 40 hingga 100 ribu sperma per mililiter. Kendati begitu pada kenyataannya banyak suami yang memiliki kualitas sperma di bawah normal.

Pada kondisi tersebut, Prof Arief menyebut proses pembuahan in vitro dapat dilakukan dengan metode penyuntikan sperma tunggal atau ICSI. Hanya dibutuhkan satu sperma suami untuk pembuahan.

"Metode ini merupakan revolusi dalam teknologi reproduksi berbantu untuk mengatasi permasalahan faktor kualitas sperma suami," ucapnya.

Bersama tim program bayi tabung di Indonesia, Prof Arief berhasil membantu lebih dari 6.000 lahirnya bayi dari pasangan suami-istri.

Sebagian pasangan memperoleh buah hati yang berbeda umur, dari proses bayi tabung yang sama.

Anak pertama berasal dari hasil transfer embrio pada program awal, sedangkan anak kedua dari embrio yang sudah dibekukan selama lebih dari dua tahun. Ini menunjukkan embrio yang dibekukan tak mengalami kerusakan selama proses pembekuan.

"Pengembangan dan penerapan teknologi bayi tabung pada hewan dan manusia dapat membantu optimalisasi fungsi reproduksi hewan produksi, penyelamatan kepunahan satwa langka, serta membantu pasangan suami-istri yang belum mempunyai keturunan," jelasnya.




(nah/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads