Keterbatasan dalam mendengar ternyata tak selalu jadi hambatan seseorang dapat mencapai karier hebat. Hal ini telah dibuktikan oleh salah satu penyandang tuli yakni Priyaka Irfan Astama.
Lelaki yang akrab dipanggil Ipang ini telah berhasil mendobrak stigma eksklusivitas pendidikan bagi penyandang disabilitas di Indonesia. Selama menempuh pendidikan dari SD hingga kuliah, Ipang menjalaninya di satuan pendidikan umum.
Bahkan, kini Ipang sukses berkarier di salah satu bank swasta ternama. Namun, sebelum ke titik saat ini Ipang telah melalui tantangan seperti ditolak banyak perusahaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tempuh Pendidikan SD-Kuliah di Satuan Pendidikan Umum
Ipang mengenyam pendidikan dasar di SLB Santi Rama Jakarta. Selama kelas 1-5 ia belajar bersama sesama kawan disabilitas lainnya.
Memasuki kelas 6, Ipang merasa bahwa dirinya bisa belajar lebih keras. Akhirnya ia pindah ke sekolah umum.
"Walaupun disabilitas, tapi aku punya keyakinan bisa," ungkap Ipang saat menjadi pembicara di acara peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2024 di Hotel The Tribrata, Jakarta Selatan pada Selasa (3/12/2024).
Keberanian Ipang berlanjut ke jenjang sekolah menengah. Ia kemudian meneruskan pendidikan di SMP umum yakni SMPN 40 Jakarta.
Begitu juga pada masa jenjang SMA/SMK. Ipang adalah alumni SMK Negeri 6 Jakarta.
Selanjutnya, Ipang menempuh studi di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Ia adalah lulusan jurusan S1 Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan UNJ. Ia mengaku sempat bercita-cita menjadi pemain sepak bola sehingga memilih jurusan tersebut.
"Dulu cita-cita saya ada empat. Yang pertama saya pengen jadi polisi, (kedua) jadi tentara, (ketiga) jadi pemain sepak bola juga," katanya.
Sadar bahwa pendidikan sangat penting bagi semua orang termasuk dirinya yang merupakan penyandang disabilitas, Ipang melanjutkan pendidikan tinggi ke jenjang magister (S2).
Ia kembali belajar sebagai mahasiswa magister jurusan keolahragaan di UNJ. Akhirnya, Ipang mendapat gelar M Pd.
Sempat Ditolak 100 Perusahaan
Kegemarannya dalam olahraga membawa Ipang menjuarai beberapa perlombaan. Pada 2013, ia menyabet Juara 3 POPNAS, Senior Male Poomsae Individual.
Pada tahun yang sama, Ipang juga meraih gelar Juara 3 Olimpiade Tuli (Deaflympics) kategori Senior Male Poomsae Individual. Lalu, pada 2018 ia kembali menorehkan prestasinya sebagai pembawa obor di Asian Games 2018.
Meski lulusan universitas negeri dan punya sederet prestasi, Ipang merasa bahwa sebagai penyandang disabilitas ia sempat kesulitan mendapat pekerjaan. Bahkan ia sempat ditolak 100 perusahaan.
Namun, Ipang tak mudah menyerah. Ia terus melamar pekerjaan ke berbagai bidang hingga akhirnya ia dipinang oleh salah satu bank swasta.
Kini, ia bekerja sebagai Human Capital Business Partner Corporate Banking di Bank Mandiri. Selain bekerja di bank, kini Ipang berkarier menjadi pelatih taekwondo di Universitas Trisakti.
Dalam memperingati Hari Disabilitas Internasional 2024 ini, Ipang berpesan kepada anak muda difabel lain untuk tak mudah menyerah. Ia sendiri telah membuktikan bahwa selalu ada kesempatan baik selagi seseorang terus berjuang meski punya keterbatasan.
"Sebenarnya motivasi saya adalah supaya teman-teman disabilitas bisa percaya diri. Jangan merasa takut gagal," pesan Ipang.
(cyu/nwy)