Lulus dari UGM, Awane Siap Mengabdikan Ilmu di Kampung Awabutu Papua Tengah

ADVERTISEMENT

Lulus dari UGM, Awane Siap Mengabdikan Ilmu di Kampung Awabutu Papua Tengah

Devita Savitri - detikEdu
Sabtu, 23 Nov 2024 20:00 WIB
Usai lulus dari UGM, Awane akan mengabdi di kampung halaman.
Usai lulus dari UGM, Awane akan mengabdi di kampung halaman. Foto: dok. Universitas Gadjah Mada
Jakarta - Perkenalkan, ini Awane Theovilla. Dara asal Awabutu, Kecamatan Paniai, Provinsi Papua Tengah yang sejak kecil selalu ingin mendapatkan pendidikan terbaik meski berasal dari daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (daerah 3T).

Keinginan itu diwujudkannya dengan usaha yang tak pernah putus. Hingga kini berhasil menggenggam ijazah gelar Sarjana Ilmu Ekonomi dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM).

Lulus dari UGM Pakai Beasiswa ADik

Perjalanan mendapat pendidikan terbaik Awane dimulai usai lulus pendidikan SD. Saat SMP, ia sempat melanjutkan pendidikan ke Jawa Barat tepatnya SMP Santa Maria Bandung.

Namun, saat naik kelas IX ia kembali ke Jayapura dan menyelesaikan pendidikan SMP di YPPK Kristus Raja. Ketika SMA, Awane mendapatkan beasiswa Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) yang membuatnya mampu melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 1 Bojong, Pekalongan.

Usai menamatkan SMA, ia kembali mendapat beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) yang membawanya kuliah di UGM hingga lulus saat ini.

Meski sudah sempat bersekolah di berbagai daerah, putri dari Jonas Yogi dan Theresia Gobai ini mengakui kesulitan kerap datang di awal-awal perkuliahan. Bahkan pertanyaan ragu sempat timbul, apakah ia bisa bertahan di UGM atau tidak karena latar belakang yang dimilikinya berbeda dengan teman-teman jurusannya.

"Melihat background teman-teman membuat saya kaget dan langsung kena mental. Sempat minder, tapi bersyukur karena apa yang saya bayangkan tidak seperti kenyataan. Teman-teman di kampus ternyata sangat membantu dan suportif," katanya dikutip dari laman resmi UGM, Sabtu (23/11/2024).

Pemikiran itu hanya ada di dalam kepalanya. Nyatanya teman-temannya di FEB UGM sangat membuka diri untuk belajar bersama dan mau membimbing jika ada mata kuliah yang sulit dipahami.

"Mereka sangat membantu jika ada pembelajaran yang dirasa kurang paham, saya dapat bertanya ke mereka bahkan dipersilakan untuk fotokopi materi. Jadi, saya pun tidak merasa sendirian atau ketinggalan," tambahnya.

Tidak berhenti di keraguan diri sendiri, tantangan kembali datang dari gejolak yang ada di kampus. Mulai berkuliah tahun 2017, Awane sempat berhenti kuliah pada tahun 2019.

Karena kala itu terjadi gejolak rasisme terhadap mahasiswa Papua yang meluas di berbagai wilayah. Keadaan ini membuatnya terpaksa mengambil cuti kuliah dan kembali ke kampung halaman.

Awane sempat berpikir untuk pindah kampus. Tetapi tersadarkan berbagai pengorbanan berat yang telah dilalui hingga saat itu.

"Tapi setelah dipikir-pikir, pengorbanan yang telah dilalui terlalu berat untuk ditinggalkan, dan telah juga menguras banyak tenaga. Untung dengan dukungan keluarga dan teman-teman, akhirnya saya bisa bertahan," ungkapnya.

Ingin Mengabdikan Ilmu di Kampung Halaman

Berbagai tantangan berat kini berhasil dihadapinya. Usai menyandang gelar sarjana, Awane berencana kembali ke kampung halamannya di Awabutu Papua Tengah.

Di sana, ia ingin mengabdikan diri dan membantu pengembangan potensi wilayah yang belum dikelola secara optimal. Mimpi barunya adalah ingin menjadikan Awabutu sebagai destinasi unggulan sekaligus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Awabutu itu seperti Dieng, dengan tanah yang subur dan danau yang indah. Kalau dikelola dengan baik, bisa menjadi destinasi yang menarik sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat," ujar Awane.

Ia juga ingin mengambil peran dalam masalah pendidikan di Awabutu. Menurutnya aksesibilitas menuju layanan pendidikan masih sangat sulit di sana.

Terutama bagi siswa-siswi yang tinggal di kampung seberang danau. Impian mulia ini diturunkan dari Ibu Awane, Theresia Gobai.

Sang ibu merupakan seorang guru Bimbingan Konseling. Sehari-harinya, ibu Awane membuka rumah untuk menampung anak-anak yang membutuhkan tempat tinggal. Sehingga bisa mampu melanjutkan pendidikan dan dekat dengan sekolah.

"Saya berharap bisa kembali ke Awabutu dan berkontribusi untuk pendidikan dan ekonomi di sana," pungkasnya.


(det/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads