Cerita Mendikdasmen, Dulu Hanya Baca Karya-Kini Bisa Bertemu Sastrawannya

ADVERTISEMENT

Cerita Mendikdasmen, Dulu Hanya Baca Karya-Kini Bisa Bertemu Sastrawannya

Devita Savitri - detikEdu
Minggu, 10 Nov 2024 14:00 WIB
Mendikdasmen cerita masa kecil yang sangat dekat dengan dunia sastra.
Mendikdasmen cerita masa kecil yang sangat dekat dengan dunia sastra. Foto: (Devita Savitri/detikcom)
Jakarta -

Mewujudkan mimpi, memberikan rasa bahagia yang mungkin tidak ternilai dengan apapun. Hal itu ikut dirasakan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti.

Di depan lebih dari 100 orang pegiat bahasa, sastra, dan literasi, Mu'ti mengaku sangat bahagia. Bisa bertemu dengan para penyair yang menginspirasi banyak hal dalam kehidupannya.

"Selama ini hanya saya baca dari karya-karyanya (kini) saya bisa bertemu langsung, menyapa, dan bahkan berpelukan dengan para penyair itu," ucap Mu'ti ketika memberikan sambutan di acara Pak menteri Ngariung di Kantor Badan Bahasa, Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (8/11/2024) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rutin Beli Majalah Sastra Horison-Jadi Penyiar di Radio

Kedekatan Mu'ti dengan sastra membuatnya terbang melayang ke memori di tahun 1980-an. Diceritakannya, ia adalah pelanggan dan pembaca setia majalah sastra Horison dari Kota Kudus, Jawa Tengah yang juga kota kelahirannya.

Bila menghitung dari tahun kelahirannya yakni 1968, kala itu Mu'ti baru berusia sekitar 12 tahun. Setiap bulannya ia mengunjungi penjual koran yang berada di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kota Kudus.

ADVERTISEMENT

"Itu adalah penjual koran satu-satunya tempat yang menjual Majalah Sastra Horison," kenang Mu'ti.

Setiap harinya, ia menyisihkan uang jajan agar bisa membeli keluaran baru majalah sastra terkenal itu. Siapa sangka 44 tahun kemudian, di tahun 2024 ia bisa bertemu dengan sosok yang dulu hanya bisa dibaca karyanya.

"Nama-nama penyair yang saya baca di majalan itu sekarang saya temu dan Alhamdulillah semuanya dan sebagiannya masih dalam keadaan segar bugar, sehat Walafiat. Suatu kebahagian yang luar biasa," ungkapnya.

Saking senangnya dengan sastra, setelah pulang sekolah dan membantu orang tua di sawah, Mu'ti kecil kala itu kerap mengunjungi Radio Manggala Kudus. Ia bertugas membacakan puisi sastra di radio setiap hari Selasa.

Puisi-puisi yang dibacakannya merupakan kiriman para penyair pemula di radio tersebut. Beranjak dewasa, Mu'ti sempat menjadi penyiar radio Manggala Kudus ketika ia kuliah.

"Saya sempat sebentar jadi penyair waktu kuliah. Rambutnya masih gondrong sekarang sudah habis," candanya.

Dari pengalaman-pengalaman itu, Mu'ti merasakan betapa pentingya sastra dan betapa besarnya peran para sastrawan dalam membangun imajinasi serta mimpi-mimpi anak muda. Termasuk dirinya, Abdul Mu'ti.

"Di situlah kemudian saya merasakan betapa pentingnya sastra, betapa besarnya sumbangan bapak-ibu para sastrawan dalam membangun imajinasi dan mimpi anak muda. Salah satunya Abdul Mu'ti, terima kasih," ujar Sekum PP Muhammadiyah itu.

Buku Bacaan Mendikdasmen

Bertemu dengan para penyair-penyair hebat memberikan rasa percaya diri baginya dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Hal ini membuatnya ingin selalu menumbuhkan kembali gairah dan semangat untuk bisa mencintai Tanah Air Indonesia.

Salah satunya dengan mencintai sastra sebagai bagian dari peradaban bangsa. Menurut Mu'ti tanpa sastra hati manusia akan menjadi keras, karena dunia yang merdeka adalah dunia sastra.

"Tanpa sastra kita kehilangan imajinasi indah yang melampaui semua batas-batas. Yang terkadang terkungkung oleh ruang dan mungkin juga dikungkung oleh keterbatasan anggaran," tuturnya.

Berbagai karya sastra telah dinikmati sosok yang akrab dipanggil Abe Mu'ti ini sepanjang hidupnya. Sebut saja Trilogi Ronggeng Dukuh karya Ahmad Tohari, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka yang jadi bahan bacaan wajib, Di Bawah Lindungan Ka'bah karya Haji Abdul Malik, hingga kumpulan puisi karya Taufik Ismail.

"Kalau ada Pak Sutardji Calzoum Bachri, saya beli kumpulan puisi bapak. O Amuk Kapak yang juga luar biasa," kata Mu'ti.

"Dan juga berbagai karya lain termasuk beberapa penyair muda, ada Mbak Helvy Tiana Rosa dan yang lain-lain. Yang semuanya kita hanya baca namanya dari karyanya beliau bersama dengan kita pada kesempatan ini," tambahnya.

Dunia Sastra di Era Kemendikdasmen

Kemendikdasmen di bawah pemerintahannya memang sangat berharap agar literasi dan rasa cinta kepada sastra bisa tumbuh di kalangan anak-anak muda. Melalui sastra, ia yakin peradaban Indonesia bisa dibangung dengan lebih baik.

"Bangsa ini bisa maju, tidak hanya kesejahteraan ekonomi. Tapi bangsa (juga) bisa maju dengan pikiran dan karya-karya besar dari anak-anak bangsa," tegas Mu'ti.

Karya besar bisa diciptakan anak-anak muda salah satunya ditemukan melalui imajinasi mengenai masa depannya dari para penyair. Karena itu ia mengucapkan terima kasih dengan kehadiran dan sumbangsih para sastrawan Indonesia.

Ia berharap ke depannya, Kemendikdasmen bisa memperkuat publikasi-publikasi sastra. Sehingga sastra bisa hadir di ruang kelas mendampingi buku teks mata pelajaran.

"Kami berusaha untuk semakin banyak bacaan di luar buku teks (untuk anak sekolah). Salah satunya adalah buku-buku sastra yang mudah-mudahan nanti bisa kita terbitkan dan bagikan secara gratis kepada anak-anak kita," katanya lebih lanjut.

Untuk itu, pada acara Pak menteri Ngariung, Mu'ti mendengarkan seluruh saran, keluhan, dan keinginan para sastrawan Indonesia. Berbagai masukan ini akan ditindaklanjuti dengan serius.

"Kami tidak akan membatasi dan terbuka menerima masukkan bapak-ibu sekalian. Mudah-mudahan (melalui saran) dunia sastra di Tanah Air semakin tumbuh, berkembang," harapnya.

"Anak-anak kita, generasi penerus bangsa semakin mencintai negaranya, mencintai sesama dengan karya-karya sastra yang melembutkan hati mereka dan menerbangkan imajinasi-imajinasi mereka, (serta) mencapai cita-cita mulai dalam kehidupannya. Demikian bagian ungkapan hati saya," tutup Mu'ti.




(det/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads