Universitas Hasanuddin (Unhas) baru saja mengukuhkan empat guru besar baru pada Selasa (11/6/2024). Sosok yang jadi sorotan dalam momen tersebut adalah Prof Andi Dian Permana.
Ia dinobatkan sebagai guru besar termuda di Unhas karena masih berusia 34 tahun. Andi resmi dikukuhkan sebagai guru besar bidang Penghantaran Obat.
"Satu hal yang sangat saya syukuri ternyata saya adalah salah satu guru besar termuda di Indonesia dan termuda juga di Unhas sampai saat ini," ungkap Andi dalam cuplikan video di akun Instagram @hasanuddin_univ, dikutip Jumat (14/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam orasi ilmiahnya, Andi memaparkan inovasi memasukkan senyawa obat ke dalam aliran darah tanpa rasa sakit. Sistem tersebut menggunakan jarum mikro atau microneedle yang bisa menembus lapisan kulit terluar.
Setelah melakukan beberapa penelitian, Andi menyimpulkan bahwa microneedle membuat obat dapat tersalurkan secara lebih presisi. Selain itu, teknik tersebut juga bisa meningkatkan bioavaibilitas obat dan mengurangi efek samping.
"Hari ini sangat luar biasa, campur aduk senang dan bahagia dan alhamdulillah berjalan dengan lancar. Semoga apa yang saya sampaikan hari ini bisa bermanfaat tidak hanya bagi dunia farmasi tapi secara umum di dunia ilmu pengetahuan," harap Andi.
Punya 86 Artikel Terindeks Scopus
Melalui Surat Keputusan (SL) Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nomor 48314/M/07/2023 Dian Permana bergelar profesor dalam bidang ilmu sistem penghantaran obat dermal dan transdermal dengan angka kredit sebesar 895,20.
Dilansir dari laman Unhas, Andi mempunyai riwayat pendidikan menempuh S1 Farmasi, Apoteker, dan Magister di kampus tempat dirinya kini mengajar. Pada 2012, kemudian ia menjadi dosen PNS di Fakultas Farmasi Unhas.
Dalam mendukung kariernya, Andi melanjutkan studi Doktor ke Queen's University Belfast di UK. Kini, ia sudah memiliki 86 artikel terindeks Scopus selama berkarier sebagai dosen.
Dikenal sebagai Dosen yang Ceria
Selain merupakan dosen yang cekatan, Andi juga dikenal mahasiswanya sebagai dosen yang ceria. Untuk bisa di titik tersebut pun, Andi mengaku harus menempuh perjalanan yang tidak mudah.
Berkat pemikirannya yang terbuka, Andi bisa terus bertahan sebagai pengajar. Ia juga tergolong dosen yang senang memberikan akses kepada mahasiswa untuk terus menggali potensi mereka.
Saat ini, ia tengah menyusun buku yang segera terbit berjudul "Pengembangan Teknologi Farmasetika" dan "Farmasetika Dasar".
Setelah dinobatkan menjadi guru besar termudah, Andi berharap apa yang diraihnya bisa menjadi motivasi bagi anak muda lainnya. Menurutnya, tak ada yang tak mungkin selagi seseorang berusaha dan ikhlas
"Itulah salah satu pencapaian yang sangat luar biasa. Semoga ini bisa memotivasi Peng teman-teman anak muda yang lain untuk bisa berprestasi tanpa mengenal usia," tutur Andi.
"Kita harus kejar karena nothing is impossible dan bisa terjadi asalkan kita bisa bekerja dengan ikhlas, tulus, dan tentunya kerja keras," pungkasnya.
(cyu/faz)