Bahasa Indonesia Dibilang Miskin Kosakata, Kepala Badan Bahasa: Sudah Berbahasa dengan Optimal?

ADVERTISEMENT

Bahasa Indonesia Dibilang Miskin Kosakata, Kepala Badan Bahasa: Sudah Berbahasa dengan Optimal?

Devita Savitri - detikEdu
Kamis, 02 Mei 2024 08:30 WIB
Kepala Badan Bahasa Kemdikbudristek Endang Aminudin Aziz (Sumber: Situs Badan Bahasa Kemdikbudristek)
Foto: Kepala Badan Bahasa Kemdikbudristek Endang Aminudin Aziz (Sumber: Situs Badan Bahasa Kemdikbudristek)
Jakarta -

Beberapa waktu lalu media sosial Indonesia dihebohkan dengan pernyataan YouTuber Indah G yang menyebut bila bahasa Indonesia miskin kosakata. Hal tersebut disampaikan Indah dalam sesi podcast bersama dengan Cinta Laura dan kembali dibagikan melalui postingan media sosial Instagram pribadinya.

Awalnya Cinta dan Indah membahas kepraktisan menggunakan bahasa Inggris dalam menyampaikan informasi dibandingkan bahasa Indonesia yang dianggap cenderung berbelit-belit. Diskusi itu berakhir dengan pernyataan Indah yang menyebutkan bila bahasa Indonesia memiliki kosakata yang miskin dibanding bahasa Inggris ataupun Arab.

"Bahasa Indonesia itu sebenarnya bahasa yang miskin kosakata dan ini benar banget, terutama dibandingkan dengan bahasa Arab atau bahasa Inggris," ujar Indah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena pernyataan tersebut, lulusan Jakarta Intercultural School ini mendapat respon negatif dari netizen Indonesia. Namun dalam kolom komentar postingannya, Indah menyampaikan fakta bila Bahasa Indonesia memang baru memiliki 127 ribu kosakata sedangkan bahasa Inggris lebih dari 1 juta kosakata.

"Hi, banyak dari kalian marah dengan pernyataan saya tentang bagaimana bahasa Indonesia adalah bahasa yang miskin kosakata. Bahasa Indonesia punya 127 ribu kosakata, bahasa Inggris lebih dari 1 juta. Sekian," tutur Indah.

ADVERTISEMENT

Menanggapi pernyataan Indah, Kepala Badan Bahasa Kemendikbudristek Prof Endang Aminudin Aziz, MA, PhD mengakui memang kosakata bahasa Indonesia saat ini masih 121 ribu dan akan terus dikebut menjadi 200 ribu entri di Kamus Besar Bahasa Indonesia pada Oktober 2024 mendatang. Namun, bukan berarti kosakata bahasa ini terbilang miskin.

Menurutnya masyarakat perlu memahami masalah perbendaharaan kosakata. Ada kosakata yang memang tercantum di dalam kamus dan ada kosakata yang hanya ada di dalam otak penuturnya.

"Kosakata di dalam kamus ini jumlahnya pasti terbatas tetapi berbeda dengan yang ada di otak manusia. Dalam otak penuturnya, tidak semua kosakata bisa ada di dalam kamus," ungkap Prof Amin kepada wartawan dalam acara Taklimat Media Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional di Hotel Sultan, Jakarta Selatan, Rabu (1/5/2024).

Manusia Tak Pakai Seluruh Kosakata di KBBI

Lebih lanjut, Prof Amin menjelaskan meskipun jumlah kosakata sebuah bahasa besar, manusia tidak memakai secara seluruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya manusia hanya memakai 10% dari seluruh kosakata tersebut.

Terkait penggunaan kata miskin yang ditujukan kepada bahasa Indonesia, Prof Amin kembali bertanya apakah sang penutur (Indah G) sudah menggunakannya secara optimal atau belum.

"Untuk (yang) mengatakan miskin, dia sudah menggunakannya secara optimal apa belum? Karena manusia cenderung menggunakan kosakata yang berulang dan terus berulang lagi," tambahnya.

Bila belum, seseorang bisa memperkaya kosakata dengan banyak membaca. Bukan membaca kamus tetapi sebuah teks bacaan bisa salah satunya berita.

Dengan demikian, ia bisa mengetahui dengan tepat bagaimana kosakata itu bisa dipakai dalam sebuah percakapan sehari-hari.

"Karena sangat disayangkan ya seorang yang berpendidikan lalu mengatakan 'Oh kosakata bahasa Indonesia itu miskin' padahal dia sendiri mungkin belum menggunakan kosakata ini secara optimal," tambahnya.

Pesan untuk Para Influencer

Meski begitu, Prof Amin memberi pesan untuk para influencer terhadap penggunaan bahasa Indonesia. Menurutnya tidak ada salahnya untuk menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan tempatnya.

Terlebih dengan status sebagai influencer, mereka memiliki pengaruh yang besar untuk para penonton dan pengikutnya.

"Maka apa yang dia gunakan dalam berbahasa itu akan menjadi contoh. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dengan baik, dengan contextual yang tepat akan menjadi investasi dia (influencer) untuk bisa mencerdaskan masyarakat dalam berbahasa," pungkasnya.




(det/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads