Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya membuat sistem penanganan kesehatan berkonsep personalized medicine berbasis metaverse. Sistem yang dinamakan MediTwin ini disebut untuk mencapai sistem kesehatan yang efektif, efisien, dan tanpa eror.
Ketua tim, Firza Aji Zunaarta mengatakan saat ini kasus kesehatan di Indonesia masih banyak yang ditangani secara umum dengan pendekatan obat dengan dosis yang sama. Padahal, tak semua orang punya genetik dan gaya hidup yang sama, sehingga kerap penanganannya justru menimbulkan masalah baru.
"Nah, oleh karena itu kita mengusung konsep personalized medicine dalam MediTwin," ujarnya, dikutip dari ITS pada Rabu (24/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Firza menjelaskan personalized medicine adalah tindakan medis yang disesuaikan pada setiap individu. Dia menyebut dengan konsep ini kegagalan pada tindakan medis akan semakin minim, sebab ada penyesuaian dengan pasien.
"Personalized medicine akan mempertimbangkan kombinasi obat dan penanganan yang sesuai dengan latar belakang pasien," ucap mahasiswa Departemen Teknik Biomedik itu.
Tim ini dibimbing oleh Eko Agus Suprayitno, SSi, MT. Mereka menginisiasi pengintegrasian database medis dalam MediTwin.
Firza mengatakan data rekam medis adalah salah satu poin penting dalam menangani kasus kesehatan. Dia menerangkan saat ini data medis di Indonesia masih belum terintegrasi satu sama lain, padahal database dapat membantu penanganan pasien.
Membuat Pemodelan yang Paling Sesuai untuk Pasien
Firza memaparkan, data rekam medis akan melekat pada identitas setiap individu layaknya KTP. Riwayat penyakit dan berobat bisa dilihat dari data diri setiap individu. Melalui rekam medis tersebut, MediTwin akan membuat pemodelan, sehingga tenaga medis dapat melihat model yang paling sesuai bagi pasien.
Firza menambahkan, penggunaan metaverse dalam MediTwin untuk meminimalisir risiko gagal pada pasien. Sistem tersebut memiliki fitur simulasi untuk mengetahui persentase keberhasilan, efek samping, dan rekomendasi obat untuk penanganan pasien. Simulasi tersebut mencakup pengobatan ringan hingga kompleks menggunakan augmented reality (AR) dan virtual reality (VR).
Anggota tim lain, Benedicta Sabdaningtyas Pratita Pratanjana turut menambahkan MediTwin akan berkembang dengan bertahap dalam jangka waktu 10 tahun. Integrasi data dan perkembangan metaverse jadi fondai MediTwin agar bisa terlaksana dengan baik.
"Tak hanya itu, dukungan pemerintah juga dibutuhkan dalam pembentukan regulasi serta perluasan jaringan di Indonesia," ujarnya.
Tim dengan empat mahasiswa Departemen teknik Biomedik ITS ini berhasil mendapatkan perunggu kategori presentasi untuk Program Kreativitas Mahasiswa-Gagasan Futuristik Tertulis (PKM-GFT) ajang Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas) ke-36 tahun 2023 lalu, berkat gagasan ini.
Mewakili timnya, Benedicta yang akrab disapa Dicta itu berharap agar sistem penanganan kesehatan di Indonesia bisa lebih efektif dan memanfaatkan teknologi untuk meminimalisir eror.
(nah/pal)