Lewat IISMA, Angela Gelar Pameran Tunggal di Ceko Tampilkan Budaya Kerokan

ADVERTISEMENT

Lewat IISMA, Angela Gelar Pameran Tunggal di Ceko Tampilkan Budaya Kerokan

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 25 Mar 2024 16:30 WIB
Mahasiswa Seni Rupa ITB gelar pameran tunggal pertama di Ceko melalui program IISMA.
Mahasiswa Seni Rupa ITB gelar pameran tunggal pertama di Ceko melalui program IISMA. Foto: dok. Institut Teknologi Bandung
Jakarta -

Program International Student Mobility Awards (IISMA) memang menjadi salah satu langkah yang tepat untuk mahasiswa mengembangkan diri seluas-luasnya. Hal itu juga yang dilakukan oleh Angela Sunaryo, mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 2020.

Angela panggilan akrabnya menjadi salah satu mahasiswa yang berhasil mengikuti program IISMA 2023 di PalackΓ½ University Olomouc, Republik Ceko. Bukan pengalaman pertukaran pelajar biasa, Angela berhasil menggelar pameran tunggal pertamanya di Konvikt, Um?leckΓ© centrum, PalackΓ½ University Olomouc, Republik Ceko, Selasa, (16/1/2024) waktu setempat.

Pameran ini bertajuk "Kerokan: Unveiling the Healing Art" yang berhasil lolos kurasi oleh Nela Mikul?Γ­kovΓ‘, student buddy dari Department of Indonesian Studies. Baginya kesempatan ini bak keajaiban.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"It's a miracle for this exhibition to happen," ungkap Angela dikutip dari rilis di laman resmi ITB, Senin (25/3/2024).

Kerokan dan Penemuan Makna Hidup

Kerokan merupakan salah satu metode pengobatan tradisional Indonesia yang dinilai dapat meredakan masuk angin. Caranya adalah dengan mengikis kulit dengan benda tumpul, biasanya koin.

ADVERTISEMENT

Praktik ini telah diturunkan dari generasi ke generasi dan kerap dipilih sebagai bentuk terapi alternatif. Kata kerokan dipilih Angela karena mengandung makna menyakitkan, tapi menyembuhkan.

Hal ini ditemukannya selama menjalani IISMA selama lima bulan dan menjadi pemimpin dari 50 mahasiswa Indonesia lainnya. Tidak hanya polemik, Angela juga menemukan makna hidup dari pandangan orang terhadap etnis minoritas hingga dinamika lain yang membuatnya harus berjuang.

Terutama dalam memegang teguh nilai-nilai yang telah diyakininya selama ini. Penemuan makna hidup ini dikritisi Angela melalui jalan kreatif ini. Tidak sekedar makna kerokan biasa, pameran Angela mengangkat isu etnisitas.

"Tujuannya embracing minority embracing inclusivity," ujarnya.

Ide membuat pameran diceritakanya sudah ada sejak pertama kali tiba di Ceko dan disambut baik oleh Penerangan dan Sosial Budaya (Pensosbud) KBRI. Selama berlangsung, proses kreatif juga didukung oleh kerja sama berbagai pihak dari KBRI Praha, ITB, IISMA, PalackΓ½ University Olomouc, dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Ceko.

Dengan banyaknya bantuan ini, Angela menyebutnya sebagai mukjizat. Terlebih masyarakat Ceko dan warga Indonesia yang tinggal di Praha ikut bergabung membantu dalam prosesnya.

"Sesungguhnya, bisa berjalannya pameran ini bukan karena usaha saya sendiri, tetapi banyak 'mukjizat' yang saya rasakan. Pengalaman paling berharga dari pameran ini, banyak orang-orang yang sangat peduli dan baik meski saya sedang terpuruk," tambahnya.

Bagikan 7 Karya Seni

Pameran ini dibuka oleh pihak KBRI Ceko Ondej PokornΓ½, Ph.D. (Kepala Studi Indonesia, Ketua Kerjasama IISMA UPOL), Soegeng Soejono, dan Nela MikulΓ­kovΓ‘. Setidaknya ada 7 karya seni yang disampaikan berupa art performance, instalasi seni, dan fotografi.

Berbagai karya ini merupakan representasi seni sebagai kritik dari 3 alur babak kehidupan yaitu:

  • Memory: Menampilkan kumpulan foto polaroid selama lima bulan di berbagai negara yang menunjukkan pengalaman yang menyenangkan dan patut disyukuri.
  • Waterfall of Emotions: Berisi berbagai kejadian yang tidak menyenangkan seperti diskriminasi dan perundungan. Akhirnya menimbulkan berbagai macam spektrum emosi. Babak ini diperlihatkan dalam seni torehan tinta cina yang berisi tulisan luapan emosi di gulungan kertas sepanjang 30 meter.
  • Death: Merupakan babak resolusi yang membawa terhadap sebuah perenungan. Zeitgeist atau "ruh" zamannya bahwa terjadinya kemunduran nilai Pancasila di sejumlah generasi saat ini disampaikan dalam cara penampilan kesenian.

Melalui pameran ini, Angela mengungkapkan eksplorasi dirinya. Berbagai metafora yang disampaikan menyimbolkan langkah untuk penghapusan prasangka, bias dan stereotip yang ditemuinya.

Terlebih dalam masalah gender, ras, dan keyakinan. Sehingga diharapkan bisa menumbuhkan empati dan pengertian antar manusia.

Tidak berhenti, Angela disebut telah berencana untuk membuat pameran lanjutan dari Kerokan. Tapi kali ini ia akan menceritakan tentang home atau rumah dari berbagai sudut pandang.




(det/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads