Taylor Swift barangkali merupakan suatu fenomena. Selain jumlah fans yang luar biasa, sorak sorai konsernya mampu timbulkan aktivitas seismik setara gempa 2,3 SR.
Namun tak hanya itu, baru-baru ini Taylor Swift mengundang menarik perhatian para akademisi melalui Swiftposium, yaitu konferensi akademik yang berlangsung selama dua hari di Universitas Melbourne untuk membahas si bintang pop.
Ada sekitar 400 makalah akademik dari 78 universitas dan lembaga penelitian di seluruh dunia yang diserahkan ke Universitas Melbourne, untuk dibahas dalam Swiftposium yang digelar Minggu (11/2/2024) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahas Taylor Swift dari Segi Perencanaan Kota-Kedokteran
Berdasarkan seluruh makalah akademik yang datang, ada 130 di antaranya yang diterima. Menariknya, publikasi-publikasi yang datang ini datang dari berbagai bidang seperti musikologi, studi gender, ekonomi, hukum, perencanaan kota, bahkan kedokteran.
Swiftposium ditegaskan bukanlah sebuah forum yang hanya memuji-muji Taylor Swift. Salah satu pakar Swift yang juga pembicara utama dalam Swiftposium, Dr Georgia Carroll dari The University of Sydney menekankan forum ini turut melakukan kritik terhadap Taylor Swift sendiri maupun kekuatannya.
"Kami melakukan kritik yang sah terhadap dirinya dan struktur kekuasaannya," ujar Carroll, dikutip dari The Guardian.
Carroll pun tak menyangka kegiatan semacam ini dapat terjadi. Pasalnya, dia pernah dihakimi lantaran mempelajari Taylor Swift.
"Banyak orang yang mempelajari selebritas berada di bidang studi media, tetapi saya di bidang sosiologi, di mana hal tersebut kurang lazim. Namun, sosiologi telah mempelajari penggemar olahraga selama 60 atau 70 tahun, jadi bagaimana seseorang yang mempelajari penggemar sepak bola bisa mengatakan kepada saya bahwa saya tidak boleh mempelajari penggemar bintang pop?" paparnya.
"Teorinya sama persis, perilakunya sama persis. Ini adalah bias mereka terhadap kepentingan perempuan," lanjut Carroll.
Sehari sebelum Swiftposium khusus akademisi, para penggemar berkumpul di teater Capitol Melbourne untuk mengambil bagian dalam "Fanposium", yang diselenggarakan oleh Universitas RMIT. Fanposium soal Taylor Swift ini pada dasarnya adalah konferensi ringan, presentasi dan panel serta sesi tentang cara membuat suvenir gelang persahabatan yang ada di mana-mana di kalangan penggemarnya.
Dikutip dari BBC, ide Swiftposium lahir pada Juli 2023 lalu dalam bentuk tweet yang setengah candaan. Namun, saat penyelenggara diam-diam mengumumkan akan diadakannya acara ini beberapa bulan kemudian, simposium mengenai Taylor Swift menjadi viral secara global dalam semalam.
Sementara Taylor Swift menggelar 'Eras Tour' di Melbourne, Australia mulai pada Jumat (16/2/2024) malam lalu hingga Minggu (18/2/2024) ini. Konser yang digelar di Melbourne Cricket Ground (MCG) ini pada Jumat lalu dihadiri oleh 96 ribu penonton.
"Ini adalah pertunjukan terbesar yang pernah kami lakukan dalam tur ini atau tur apa pun yang pernah saya lakukan," katanya kepada penonton dalam klip yang dibagikan di X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) dilansir dari People, Sabtu (17/2/2024).
(nah/nwk)