UGM Lantik Guru Besar Termuda di Usia 35 Tahun, Ini Sosoknya

ADVERTISEMENT

UGM Lantik Guru Besar Termuda di Usia 35 Tahun, Ini Sosoknya

Nikita Rosa - detikEdu
Rabu, 14 Feb 2024 19:30 WIB
Guru Besar UGM di Usia 35 Tahun
Guru Besar UGM di Usia 35 Tahun. (Foto: UGM)
Jakarta -

Universitas Gadjah Mada (UGM) melantik guru besar termuda dalam sejarah UGM. Di usianya yang baru 35 tahun, Pramaditya Wicaksono resmi menyandang gelar Guru Besar Penginderaan Jauh Biodiversitas Pesisir.

Prama secara resmi menerima SK Pengangkatan Guru Besar bidang Penginderaan Jauh Biodiversitas Pesisir di Fakultas Geografi UGM pada 1 Juni 2023. Kemudian ia dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Penginderaan Jauh Biodiversitas Pesisir di Fakultas Geografi UGM pada Selasa, 13 Februari lalu di Balai Senat UGM.

Pria kelahiran Semarang, 6 Juli 1987 itu menjadi guru besar termuda di UGM dengan memecahkan rekor sebelumnya yang dipegang Prof. Agung Endro Nugroho. Prof. Agung dikukuhkan sebagai Guru Besar pada usia 36 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Profil Pramaditya Guru Besar Termuda UGM

Prama menyelesaikan pendidikan S1 program studi Kartografi dan Penginderaan Jauh UGM pada tahun 2008. Selepas lulus, ia langsung melanjutkan pendidikan S2 Geografi/MPPDAS UGM di tahun 2008-2010.

Prama kemudian berhasil menyelesaikan pendidikan S3 Geografi/Penginderaan Jauh, Joint Program Fakultas Geografi UGM dan ITT TH Koeln, Jerman di tahun 2015 dengan beasiswa program Centers for Natural Resources and Development (CNRD) melalui pendanaan dari DAAD Jerman.

ADVERTISEMENT

Teliti Padang Lamun

Dalam pidato pengukuhan Guru Besarnya, Prama memaparkan pemetaan dan pemantauan padang lamun menggunakan metode penginderaan jauh. Menurutnya, metode ini menjadi solusi paling efektif dalam melakukan pemetaan dan pemantauan untuk memahami secara komprehensif kondisi spasial dan temporal ekosistem padang lamun.

Prama memaparkan, bahwa Indonesia memiliki potensi padang lamun mencapai 1.847341 hektare tetapi hanya 294.464 hektare yang telah terverifikasi. Padang lamun ini memiliki beragam fungsi ekonomis dan ekologis serta berdampak krusial dalam menjalankan konsep ekonomi biru.

"Meskipun hanya menempati 0,1% dari luas laut, padang lamun mampu menampung sekitar 18% dari total karbon yang terserap oleh lautan di bumi," terangnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan analisis terhadap perubahan tutupan padang lamun tidak dapat dilakukan apabila data yang digunakan diperoleh dari bulan atau musim yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan konsistensi dalam pengumpulan data dan pemetaan pada interval waktu yang sesuai.




(nir/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads