Kisah Pak The Astronom Asal Yogya, Diabadikan Jadi Nama Asteroid

ADVERTISEMENT

Kisah Pak The Astronom Asal Yogya, Diabadikan Jadi Nama Asteroid

Pasti Liberti Mappapa - detikEdu
Sabtu, 10 Feb 2024 17:00 WIB
Thé Pik Sin, Doktor Astronomi Pertama di Indonesia
Astronom asal Indonesia Thé Pik Sin Foto: Instagram Observatorium Bosscha
Jakarta - Bagi kalangan astronom Indonesia nama Thé Pik Sin merupakan legenda. Ia adalah doktor bidang astronomi pertama dari negeri ini.

Thé Pik Sin yang oleh para astronom Indonesia akrab disapa Pak Thé ini pernah memimpin Observatorium Bosscha, Lembang, Jawa Barat, selama hampir satu dasawarsa akhir 1950-an.

Pak Thé lahir di "Kota Gudeg" Yogyakarta pada November 1927 silam. Orang tuanya berprofesi sebagai pedagang. Awalnya berdagang rempah-rempah kemudian beralih menjadi pengusaha tembakau dan batik.

Dikutip dari instagram resmi Observatorium Bosscha, Pak Thé menyelesaikan sekolah dasar di Hollandsch-Chineesche School met den Bijbel. Setelah itu, ia melanjutkan sekolah di HBS (Hogere Burger School) yang setara SMP dan SMA.

Semasa sekolah, Pak Thé selalu berkomunikasi dengan teman-temannya memakai bahasa Jawa meski sekolahnya menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar. Sementara dengan orang tuanya, ia menggunakan bahasa Melayu.

Usai menuntaskan studi di HBS pada 1949, ia masuk jurusan Teknik Elektro ITB yang masih menjadi bagian dari Universitas Indonesia di Jakarta. Cita-citanya sederhana saja. Pak Thé mau menjadi pedagang seperti orang tuanya, tapi khusus menjual alat-alat elektronik.

"Saya ingin menjadi pedagang alat-alat elektronik," ujar Thé pada astronom asal Indonesia, Tri Laksmana Astraatmadja yang kini bekerja di Space Telescope Science Institute (STScI), Baltimore, Amerika Serikat.

Tri lalu menuliskan kisah ini untuk laman langitselatan.com dan mengizinkan detikedu untuk mengutipnya beberapa waktu lalu.

Namun, kisah hidup Pak Thé ternyata tak sesuai angannya. Ia hanya 1 tahun saja kuliah di jurusan Teknik Elektro. Pria kelahiran Yogyakarta ini lantas pindah ke Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA).

Pak Thé memilih Astronomi sebagai bidang studi utama dan Fisika dan Matematika sebagai bidang studi pendukung.

Watak internasional studi astronomi menarik perhatiannya. Sifat ini sangat membuatnya bisa melangsungkan penelitian di luar negeri. Thé merupakan salah satu mahasiswa astronomi angkatan pertama di ITB dan lulus pada 1958.

Begitu lulus, berbekal beasiswa yang diprakarsai oleh Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, ia menuju ke negeri Paman Sam untuk menempuh pendidikan Doktor di Case Institute of Technology, Ohio (sekarang Case Western Reserve University).

Bahan penelitiannya memanfaatkan plat-plat fotografi yang telah diambil Observatorium Warner dan Swasey, Ohio. Observatorium ini berafiliasi dengan Case Institute.

Ia berhasil menyelesaikan penelitian dan berhak menyandang gelar doktor di bawah bimbingan astronom Victor M. Blanco. Gelar tersebut mampu digaetnya dalam waktu satu tahun. Ia pun resmi menjadi doktor astronomi pertama dari Indonesia.

Kepada Tri, ia membocorkan resep mampu menyandang gelar doktor dalam waktu relatif singkat. Salah satu kuncinya adalah kerja keras.

"Saya bekerja keras dan tidak membuang-buang waktu. Saya juga sudah siap menghadapi apa-apa yang akan dituntut dari seorang mahasiswa PhD," ujarnya.

Ia melanjutkan, "Karena saya adalah orang pertama dari Indonesia yang dipromosikan menjadi doktor astronomi, saya merasakan tanggung jawab yang begitu besar untuk mempertahankan dan menyuburkan astronomi di Indonesia."

Saat kembali ke Tanah Air, Thé langsung didaulat menjadi Direktur Observatorium Bosscha. Tugas pertamanya memasang komponen optik teleskop Schmidt Bima Sakti.

Teleskop ini merupakan sumbangan dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (Unesco). Menurut Tri, teleskop Schmidt adalah teleskop dengan medan pandang luas yang memungkinkan astronom memotret porsi langit yang cukup luas.

Teleskop tersebut cocok untuk melakukan survei dan cacah bintang, dalam rangka meneliti struktur Galaksi Bima Sakti.

Kesibukan Thé bertambah saat diangkatkan menjadi Dekan FMIPA ITB pada 1966. Namun dua tahun kemudian dia memutuskan pindah ke Universitas Amsterdam, Belanda dengan alasan untuk mengembangkan karier ilmiahnya.

Ia lantas pensiun dari jabatan guru besar astronomi pada 1993. Atas jasanya dalam ilmu pengetahuan pada tahun 1993 Kerajaan Belanda menganugerahi gelar ksatria, yaitu Officier dalam Orde ksatria Oranje-Nassau (Orde van Oranje-Nassau).

Thé Pik Sin tutup usia pada tanggal 25 Juli 2017 pada usia 89 tahun di Belanda. Sebuah asteroid diberi nama 5408 Thé (1232 T-1) sebagai penghormatan baginya. (pal/nwy)


Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads