Negara Jerman terkenal sebagai negara dengan eksportir dan penyedia jasa yang kuat di dunia. Dengan begitu, para pekerja di sana dituntut untuk bekerja keras dan memiliki disiplin yang tinggi.
Pengalaman bekerja di negara tersebut langsung dirasakan oleh salah satu mahasiswa Universitas Jambi (Unja) yakni Ririn Armayah Saputri. Ia melakukan magang selama tiga bulan di Company Norgemiur, yang merupakan perusahaan distributor buah berry besar di Jerman.
"Saya kagum saat pertama kali sampai dan bersyukur sekali bisa sampai dengan selamat. Setelah sampai kami langsung diarahkan untuk menuju ke apartemen yang jaraknya menghabiskan waktu selama satu hari satu malam," ujarnya, dikutip dari laman Unja, Senin (11/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak sendirian, Ririn menjalani magang di Jerman bersama 85 mahasiswa Unja lainnya yang berlangsung selama bulan Oktober-Desember 2023. Magang ini merupakan bagian dari "Ferienjob Program in Germany" yang juga merupakan rekognisi kegiatan MBKM di Unja.
Adaptasi Kerja-Makanan
Ririn menceritakan bahwa masyarakat di Jerman sangat disiplin dalam bekerja. Mereka sangat menghargai jadwal masuk, istirahat, dan pulang secara tepat waktu.
Ia dan kawan-kawan mulanya mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan warga di pedesaan karena mayoritas masih menggunakan bahasa Jerman. Namun, beruntungnya ia menggunakan aplikasi penerjemah untuk melancarkan percakapan.
"Untuk diri sendiri itu yang pertama ialah mempersiapkan kesiapan diri sendiri terlebih dahulu dan selanjutnya bahasa, yang mana di sini mayoritas masyarakat di desa hanya menggunakan bahasa Jerman jadi untuk selanjutnya sebelum melaksanakan magang di Jerman setidaknya harus belajar terlebih dahulu mengenai bahasa Jerman agar dapat berkomunikasi dengan mudah bersama masyarakat setempat," katanya.
Tantangan Suhu dan Cuaca
Selain harus memenuhi tuntutan pekerjaan selama magang, Ririn dan kawan-kawannya harus beradaptasi juga dengan suhu dan cuaca ekstrem di Jerman. Ia mengatakan bahwa di negara tersebut cuaca bisa mencapai -15Β°C, jauh dengan di Indonesia yang normalnya 20Β°C- 30Β°C.
Namun, sebelum menapakkan diri di negara tersebut, Ririn telah mempersiapkan kesehatan dan fisik karena akan menghadapi perbedaan cuaca dan udara.
"Menyiapkan pakaian untuk winter karena akan memasuki musim dingin, obat-obatan, dan tidak lupa kami membawa makanan dari Indonesia seperti mie instan, bumbu khas Indonesia," tuturnya.
Walaupun banyak menghadapi tantangan, Ririn dan kawan-kawannya dapat mendapatkan banyak pengalaman hingga kesempatan mengeksplor tempat dan budaya di Jerman di kala senggang.
"Jika ada waktu luang, kami menghabiskan waktu luang itu untuk istirahat terlebih dahulu setelah itu menghabiskan waktu luang untuk mengeksplor Jerman, seperti mengunjungi tempat wisata, mencari tahu budaya Jerman, dan hal lainnya," tutur Ririn.
(cyu/nwy)