Tiga pakar mikroalga Universitas Gadjah mada (UGM) menciptakan "pohon cair" untuk mengurangi karbon dioksida (CO2) dan berbagai polutan. Inovasi yang dinamakan Algaerium dan Algaetree ini sekaligus mempunyai nilai estetika.
Ketiga pakar tersebut terdiri dari Prof Dr Eng Arief Budiman, Dr Eko Agus Suyono, dan Dr Nugroho Dewayanto. Algaerium menerapkan teknologi dekarbonisasi atau penyerapan CO2 menggunakan mikroalga.
Mikroalga adalah mikroorganisme yang hidup di air tawar atau air laut. Mikroalga berfotosintesis untuk berkembang biak dengan sinar matahari serta CO2. Apabila dibandingkan dengan tanaman lain dengan luasan yang sama, mikroalga dapat menyerap CO2 sebanyak 25 kali lebih banyak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Algaerium sesuai untuk ditempatkan di dalam ruangan guna menyerap CO2 dan polutan berupa volatile organic compounds yang terjebak dalam ruangan, misalnya bau karpet, cat, parfum, dan sebagainya.
Polutan-polutan tersebut dapat menjadi berbahaya lantaran dapat memicu yang disebut sebagai sick building syndrome (SBS). Hal ini mampu mengakibatkan penurunan kesehatan mental, menaikkan risiko mengalami sakit kepala dan flu, berdampak pada kinerja otak, hingga iritasi mata.
"Pada bangunan dan gedung pencakar langit semua sisi ditutup agar udara panas dari luar tidak masuk saat pendingin dinyalakan. Hanya saja konstruksi semacam ini akan menimbulkan polutan seperti CO2 dan VOCs, dan ini akan memicu SBS," ungkap Arief Budiman, dikutip dari rilis dalam laman resmi UGM.
Arief menjelaskan, Algaerium dapat menjadi tempat kultivasi mikroalga dengan teknologi bioreaktor. Selain itu desainnya memungkinkan menjadi tempat untuk saling berbincang, bersantai, atau bahkan sekadar foto karena desainnya tampak unik.
"Algaerium juga sering dipakai berselfie, mengingat secara keseluruhan desainnya juga sangat instagramable," kata Arief.
Algaerium dan Algaetree tidaklah sama. Algaetree berfungsi mengurangi paparan CO2 di jalanan dan ruang terbuka publik. Inovasi ini mempunyai desain berupa tabung fotobioreaktor yang berisikan mikroalga menjulang ke atas dan permukaannya mampu menyerap CO2.
Baik Algaerium maupun Algaetree adalah hasil dari Program Matching Fund Kemendikbudristek pada 2022-2023 dan kerja sama antara UGM dengan PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) Tbk Cilacap yang merupakan unit usaha PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.
Tim mikroalga UGM pun berhasil melakukan inovasi sistem kultivasi kolam terbuka memakai sistem bubbling. Sistem ini memungkinkan banyaknya CO2 yang terserap mikroalga. Para dosen tersebut sukses membuat sistem kultivasi mikroalga berkapasitas 100 ribu liter untuk menyerap CO2 pabrik semen.
(nah/pal)