Buah kurma terkenal sebagai buah yang penuh nutrisi seperti protein, zat besi, hingga vitamin B6. Dagingnya yang manis kerap dikonsumsi dan bisa digunakan sebagai pemanis alami
Namun tak hanya dagingnya, siapa sangka bila biji kurma bisa dimanfaatkan untuk menemukan sidik jari yang tak terlihat oleh mata. Kok bisa?
Hal ini dibuktikan oleh empat mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Kelimanya tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE). Keempatnya melakukan penelitian pada biji kurma yang bisa menjadi bahan dasar identifikasi forensik sidik jari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fokus Pada Sidik Jari Laten
Dalam dunia forensik, identifikasi sidik jari memiliki tingkat keakuratan paling tinggi untuk membongkar sebuah kasus kriminal.
Studi yang dilakukan Ni Kadek Nabila Sesilia, Chairul Amri, Fadhilah Fitria Setyawati (Fisika), Saadah Vidaroini (Pendidikan Fisika) ini berfokus pada sidik jari laten yang kerap ditemukan di tempat kejadian perkara.
Fadhilah Fitria menjelaskan sidik jari laten adalah sidik jari yang tidak terlihat dengan mata telanjang. Identifikasi sidik jari laten menjadi teknik penting dalam investigasi kriminal dan studi forensik.
Kerap ditemukan di sembarang permukaan pada tempat kejadian perkara, sidik jari laten harus diambil secara hati-hati lantaran mudah hilang atau rusak.
"Karena temuan ini memiliki nilai bukti yang signifikan," ujarnya dikutip dari rilis di laman resmi UNY, Jumat (17/11/2023).
Salah satu bahan yang bisa digunakan untuk mengambil sidik jari laten dan mempertahankan polanya adalah nanomaterial carbon nanodots atau bisa disebut dengan "C-dots".
C-dots adalah nanopartikel karbon kecil yang memiliki struktur poin kuantum dan ukuran nanometer. Selama penelitian, tim menemukan bila biji kurma ternyata bisa disintesis menjadi C-dots dan diaplikasikan untuk deteksi sidik jari laten.
Proses Biji Kurma Menjadi C-dots
Lebih lanjut Fadhilah menjelaskan untuk menjadi sintesis C-dots, biji kurma harus melalui berbagai tahapan. Seperti dicuci, dikeringkan, dan dioven dalam suhu 200 derajat celcius dalam waktu 3 jam.
"Selanjutnya, biji kurma tersebut dijadikan serbuk halus, kemudian diproses lebih lanjut dengan pengujian agar sesuai dengan karakterisasi C-dots", ujarnya.
Untuk proses identifikasi forensik sidik jari laten, ada beberapa uji yang dilakukan menggunakan C-dots dari biji kurma. Seperti, uji visualisai mikroskop dan uji Robustness sidik jari hingga analisisi karakteristik C-dot.
Proses identifikasi forensik ini akan berhasil bila struktur pola sidik jari bisa terbentuk dan terus tampak meski didiamkan dalam jangka waktu selama 1 bulan. Riset biji kurma empat mahasiswa UNY ini akhirnya memberikan hasil yang memuaskan.
"Kesimpulan hasil riset, sampel C-dots berhasil apabila memiliki kandungan material dengan puncak absorbansi 260-360 nm dari radiasi sinar yang diserap, berstruktur kristal amorf, memiliki rentang panjang gelombang 400-600 nm dan jika menggunakan laser UV maka menghasilkan pendaran warna hijau, memiliki gugus fungsi C - H, C = C, serta C - O, dan berbentuk bulatan berukuran 100Β200 nm," tutupnya.
(det/pal)