Kisah Anak Tukang Jahit Peroleh KIP-K, Satu-satunya yang Kuliah di Keluarga Besar

ADVERTISEMENT

Kisah Anak Tukang Jahit Peroleh KIP-K, Satu-satunya yang Kuliah di Keluarga Besar

Cicin Yulianti - detikEdu
Rabu, 08 Nov 2023 13:00 WIB
Penerima KIP Kuliah
Penerima KIP Kuliah. Foto: Puslapdik Kemdikbud
Jakarta -

Perjalanan mengenyam pendidikan di perguruan tinggi tidak mudah bagi beberapa orang. Seperti yang dirasakan oleh Ayu Pramitha, gadis asal Desa Kebobang, Kabupaten Malang.

Mitha saat ini merupakan mahasiswa semester 3 prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang (UM). Ia menceritakan bagaimana ia berjuang hingga dapat beasiswa KIP Kuliah dan dapat meneruskan pendidikannya.

"Saya bersyukur bisa diterima di perguruan tinggi dengan bantuan KIP Kuliah, sebab kalau tidak ada KIP Kuliah, saya tentu tidak bisa kuliah, mungkin saya langsung kerja lulus SMA atau mencoba usaha, " tutur Mitha dalam laman Puslapdik Kemdikbud, dikutip Rabu (8/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengaku sempat gagal mendapat KIP kuliah di tahun 2021, sehingga kembali mencobanya pada tahun 2022. Setelah dinyatakan lolos, Mitha pun dapat berkuliah di prodi pilihannya di UM.

"Saya menerima PIP tiga kali, saat di SD, SMP, dan SMA. Lulus SMA Tahun 2021, tapi gagal pada seleksi masuk perguruan tinggi, Tahun 2022 ikut lagi, Alhamdulillah lolos, " katanya.

ADVERTISEMENT

Ibu Penjahit dan Ayah Tukang Pijat

Mitha tak memungkiri bahwa ibunya hanya penjahit kecil-kecilan dan ayahnya merupakan seorang tukang pijat keliling. Oleh karena itu, ia sangat bersyukur karena berhasil mendapat bantuan KIP Kuliah.

Kedua orang tuanya saat ini memiliki penghasilan yang tak menentu. Di rumahnya yang menyatu dengan nenek dan bibi, ibunya memanfaatkan ruangan seluas 2x4 meter untuk membuka usaha jahit.

Setelah mendapatkan KIP Kuliah, Mitha dengan sungguh-sungguh memanfaatkannya. Bantuan tersebut ia belikan untuk kebutuhan kuliah seperti laptop.

"Hanya saya yang bisa kuliah, kedua orang kakak saya hanya tamat SMA, " ujar Mitha.

Sebagai ibu, Siti Arifah sangat bahagia melihat Mitha dapat melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi. Berkat Mitha yang selalu yakin bisa dan berpikir positif, akhirnya dia menjadi satu-satunya yang berkuliah di antara keluarga besarnya.

"Mitha memang yang paling ingin sekali kuliah sejak dulu, saya juga mendukungnya walaupun agak ragu dan pesimis karena kondisi ekonomi yang tidak mendukung. Saya pernah bertanya pada Mitha, 'Apa nanti nggak minder punya teman yang mampu?'", tapi Mitha memang punya semangat yang tinggi dan selalu berpikir positif, " kata Arofah.

"Anak saya ikut seleksi KIP Kuliah juga bukan karena dorongan saya, Mitha diam-diam ikut seleksi KIP Kuliah, " tambahnya.

Komitmen Berprestasi di Kampus

Agar kesempatan selama kuliah tidak sia-sia, Mitha bertekad untuk berprestasi di kampus. Pada semester 2, Mitha berhasil mendapatkan IPK 3,5.

"KIP Kuliah kan menuntut penerimanya untuk memiliki nilai di atas standar minimal, karena itu, agar tetap dapat KIP Kuliah, saya bertekad nilai akhir setiap mata kuliah setidaknya B, jangan sampai C, " ungkapnya.

Hal tersebut diusahakan oleh Mitha untuk menghindari diberhentikannya bantuan KIP Kuliah jika IPK-nya di bawah 2,75.

"Kita lakukan pembinaan terhadap mahasiswa penerima KIP Kuliah yang IPK nya dibawah 2,75. Kita lakukan pembinaan selama dua semester, bila tidak ada perbaikan, terpaksa kami ajukan untuk dihentikan bantuan KIP Kuliahnya, " kata Rektor UM, Prof Dr Hariyono Mpd.

Selain lewat akademik, Mitha pun ingin aktif mengikuti kegiatan lainnya. Ia berencana mengikuti Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dengan mengikuti pertukaran mahasiswa di kampus Universitas Sumatera Utara (USU).

"Saya ingin mencoba kampus di Universitas Sumatera Utara (USU) karena ada teman dekat saya yang kuliah di sana, "ujarnya.

(cyu/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads