Pecahkan Kata Gulungan Kuno, Mahasiswa Ilkom Ini Gaet Rp 630 Juta

ADVERTISEMENT

Pecahkan Kata Gulungan Kuno, Mahasiswa Ilkom Ini Gaet Rp 630 Juta

Noor Faaizah - detikEdu
Selasa, 31 Okt 2023 08:00 WIB
Huruf-huruf yang berhasil dipecahkan mahasiswa jurusan ilmu komputer Luke Farritor dari gulungan kuno Herculaneum. Farritor memanfaatkan machine learning untuk membaca huruf-huruf tersebut.
Huruf-huruf yang berhasil dipecahkan mahasiswa jurusan ilmu komputer Luke Farritor dari gulungan kuno Herculaneum. Foto: Vesuvius Challenge
Jakarta - Siapa di antara detikers yang senang membaca? Membaca sepertinya bukan hal yang sulit bukan? Namun, membaca bisa menjadi sesuatu yang rumit bahkan harus disayembarakan.

Sayembara bernilai USD 700 ribu (Rp 11,1 miliar) untuk hadiah utama ini akan diberikan kepada siapapun yang bisa membaca gulungan dari papirus berusia hampir 2.000 tahun. Gulungan kuno ini pernah terkubur di bawah abu vulkanik dan batu letusan gunung Vesuvius.

Pemenang hadiah utama harus mampu memecahkan setidaknya 4 bagian dari data yang tersedia, masing-masing berisi setidaknya 140 karakter teks yang bersebelahan. Sayembara ini akan ditutup 31 Desember 2023 mendatang.

"Vesuvius Challenge" atau Tantangan Vesuvius untuk memecahkan kata-kata dalam gulungan kuno tersebut diumumkan pada Maret 2023 lalu. Meski terbilang rumit, berkat perkembangan teknologi terkini tantangan tersebut berhasil dipecahkan sedikit demi sedikit seperti dikutip dari laman Vesuvius Challenge.

Dikutip dari Popular Mechanics, Gulungan Herculaneum ditemukan pada tahun 1750-an. Awalnya, gulungan kuno ini disimpan di perpustakaan villa pribadi dekat Pompeii. Kemudian, pada 79 M letusan Vesuvius mengubur gulungan tersebut dengan abu vulkanik.

Belasan abad kemudian, gulungan dari papirus tersebut ditemukan di bawah lumpur vulkanik sedalam 20 meter. Abu tersebut mengawetkan gulungan-gulungan sehingga tetap utuh. Namun, upaya apa pun untuk menanganinya secara fisik akan menghancurkan gulungan tersebut akibat pengarbonan selama bertahun-tahun.

Hal tersebut cukup membuatnya mustahil untuk dibuka tanpa menghancurkannya. Gulungan-gulungan dari papirus kuno itu tersebut menjadi bahan candaan bagi para peneliti yang ingin mengetahui apa isinya. Apakah berisi puisi, filsafat, atau lainnya.

Namun, para Profesor dari Universitas Kentucky Brent Seales, dengan dukungan finansial dari Nat Friedman (CEO GitHub 2018-2021) dan investor Daniel Gross, telah memancing eksplorasi pada gulungan papirus yang menjadi karbon itu.

Tantangan dengan hadiah ratusan ribu dollar pun dilayangkan kepada siapa pun yang mampu menggunakan teknologi untuk mengintip isi gulungan tersebut.

Mahasiswa Ilmu Komputer Pecahkan Kata Pertama

Sayembara tersebut membuahkan hasil terobosan awal oleh Luke Farritor, mahasiswa ilmu komputer berusia 21 tahun yang berhasil menemukan cara membaca kata pertama sehingga mendapatkan First Letters Prize senilai USD 40.000 (Rp 630 juta).

Mahasiswa senior di University of Nebraska-Lincoln, Amerika Serikat itu menggunakan teknologi artificial intelligence berupa machine learning untuk membaca pola pada gulungan kuno tersebut.

Kata yang berhasil dipecahkan anak magang di SpaceX itu adalah karakter-karakter πορφύραc atau "Porphyras". Kata yang berarti "ungu" itu dapat menjadi kata sifat, atau berarti "pewarna ungu" atau "kain ungu" sebagai kata benda.

"Tim EduceLab melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam membangun landasan yang kokoh, terutama untuk membuka gulungan secara virtual. Saya dapat menggunakan pekerjaan mereka sebelumnya, serta pengamatan kontestan lain, untuk membuat detektor machine learning guna menemukan kata ini," ujar Farritor dikutip dari laman University of Kentucky, AS.

Sayembara juga dimenangkan Casey Handmer, yang mendapat bagian sebesar USD 10.000, karena menjadi orang pertama yang melihat tinta dan banyak huruf dalam gulungan yang belum dibuka.

Temuan Handmer menjadi dasar model Farritor. Handmer mengatakan bahwa pencitraan CT sinar-X memungkinkan banyak data diekstraksi dari gulungan tersebut, namun ia mencatat bahwa perlu menulis kode dan algoritma sendiri untuk memisahkan lapisan-lapisan tersebut.

Dengan gulungan yang digulung rapat, maka setiap lapisan papirus akan memiliki konteks huruf dan kata yang penting. Tanpa memisahkan lapisan tulisan, maka akan menyatukan kata-kata di berbagai area papirus dan menjadikannya semakin mustahil untuk diuraikan.

Satu penghargaan tambahan sebesar USD 10.000 diberikan kepada Youseff Nader. Nader, seorang mahasiswa pascasarjana yang mempelajari biorobotika di Free University of Berlin, berhasil menunjukkan gambar yang jelas dari dalam gulungan.

"Hal ini telah menjadi impian banyak orang sejak gulungan tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1750-an. Ini juga merupakan hasil kerja keras selama 20 tahun dari Dr. Brent Seales dan timnya di EduceLab, yang dedikasinya selama bertahun-tahun telah memungkinkan hal ini terjadi," tulis Nat Friedman di X pada (12/10/2023)


(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads