Kepala Pengembangan dan Pelayanan Research Center for Climate Change University of Indonesia (RCCC UI) Dr Nurul L Winarni mengungkap cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia berdampak langsung pada makhluk hidup. Tak hanya manusia, fauna ikut terkena perubahan suhu yang sampai angka 38 derajat Celcius.
Terlebih Indonesia merupakan negara tropis yang hewan-hewannya juga hidup di daerah ini, seperti harimau, gajah, badak, hingga berbagai jenis burung, reptil, amfibi, ikan, hingga serangga.
Namun lantaran cuaca ekstrem yang terjadi di Indonesia beberapa waktu terakhir, hewan-hewan ini mengalami setidaknya tiga dampak. Dampaknya seperti ketersediaan makanan dan air, migrasi, dan distribusi habitatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Contohnya, seperti seperti burung-burung yang tinggal di pegunungan menjadi semakin sempit habitatnya karena pengaruh perubahan suhu yang semakin panas," ungkapya dalam keterangan tertulis di rilis laman resmi UI dikutip Rabu, (25/10/2023).
Dampak Cuaca Ekstrem Pada Fauna
1. Ketersediaan Makanan dan Air
Cuaca ekstrem akan berdampak pada ketersediaan pakan serta air minum satwa. Terkait makanan, banyak hewan merupakan herbivora yang bergantung pada tumbuhan sebagai pakannya.
Namun, cuaca ekstrem juga ikut memberikan dampak pada tumbuhan bahkan lebih jauh menimbulkan kekeringan. Akibatnya produksi nektar dan buah bisa terpengaruh. Pola musim juga bisa bergeser yang menyebabkan satwa harus mencari alternatif sumber makanan lain.
2. Migrasi
Ahli bidang biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI ini menyatakan migrasi juga menjadi dampak dari perubahan iklim. Hewan di Indonesia yang memiliki iklim tropis tidak membutuhkan proses migrasi seperti burung.
Seperti yang diketahui, burung adalah hewan yang melakukan proses migrasi pada musim dingin. Mereka akan mencari daerah yang lebih hangat dan kembali ketika musim dingin berakhir.
Tetapi hewan di Indonesia tidak, mereka membutuhkan persediaan sumber air yang cukup. Karena cuaca ekstrem hewan mungkin melakukan migrasi dan mencari tempat yang masih menyediakan makanan, sumber air, dan tempat berlindung.
Hal ini patut diwaspadai karena bisa timbulkan kompetisi antar satwa lantaran memperebutkan sumber daya ini.
3. Distribusi Habitat
Perubahan cuaca ekstrem dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Kebakaran hutan dapat mengancam hilangnya habitat satwa yang hidup di hutan tersebut.
Kekeringan menjadi masalah utama lain yang terjadi pada masa ini. Contohnya terjadi pada habitat perairan seperti rawa, sungai, dan danau yang dapat mengancam keberadaan jenis ikan tertentu.
Lebih lanjut, kehilangan habitat ini bisa berdampak pada siklus ekosistem satwa seperti rantai makanan. Apabila satu rantai makanan hilang keseimbangan ekosistem bisa terganggu.
"Ini dapat terjadi karena adanya perubahan sumber daya makanan yang dapat menyebabkan perubahan komposisi komunitas hewan dalam ekosistem tersebut. Ini berarti mengakibatkan kehilangan spesies tertentu atau peningkatan populasi organisme lain yang lebih dominan," tambar Dr Nurul.
Strategi Hadapi Cuaca Ekstrem Bagi Fauna
Dalam menanggulanginya, Dr Nurul menyampaikan langkah-langkah yang dilakukan pemerintah. Seperti:
1. Jangka Pendek
- Menyediakan sumber air
- Mencegah kebakaran hutan
- Menanam pohon buah dan tanaman berbunga di perkotaan
2. Jangka Panjang
- Restorasi dan proteksi habitat
- Menyediakan alternatif habitat khususnya untuk kawasan perkotaan
- Menyediakan ruang terbuka hijau seperti taman dan halaman rumah
- Konservasi sumber daya air.
(det/nwy)