Deretan inovasi dipaparkan dalam sesi pitching Indo-Pacific Plastics Innovation Network (IPPIN)- Indonesia Hub's Demo Day. Berbagai inisiatif dari Indonesia hingga kawasan Sungai Mekong tersebut diharapkan dapat merespons permasalahan polusi plastik maupun dampaknya.
Indo-Pacific Plastics Innovation Network (IPPIN) sendiri merupakan inisiatif yang mendukung upaya para wirausahawan untuk menciptakan dampak positif melalui kekuatan inovasi, sains, dan teknologi. Langkahnya yakni dengan mengubah permasalahan plastik menjadi solusi dalam mengatasi perubahan iklim dan berbagai dampaknya di kawasan ini.
"Kami berharap platform ini dapat berdampak melalui inovasi yang ada," kata Kepala Perwakilan Kedutaan Besar Australia Penny Williams dalam acara yang digelar Kedutaan Besar Australia bersama Kedaireka Kemendikbudristek dan Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) di Shangri La Hotel Jakarta, Rabu (18/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampah Jaring Ikan
Salah satu gagasan mengusung transformasi jaring ikan terbengkalai menjadi bahan baku plastik sirkular berkelanjutan. Inovasi dari Nuplas Solution ini merespons masalah sampah jaring ikan di laut dan kebutuhan akan bahan baku alternatif rendah karbon bagi perusahaan-perusahaan yang ingin mengurangi jejak karbon.
Dalam inisiatif ini, jaring ikan bekas dikumpulkan dan diubah jadi bahan baku plastik berkualitas tinggi dan minim karbon. Diharapkan, inovasi ini bantu perusahaan memenuhi komitmen lingkungan dan mengurangi jejak karbon, serta mendukung ekosistem laut yang lebih sehat.
Jaring ikan bekas jenis nilon 6, contohnya, diambil dengan alat tangkap bekas dan perusahaan perikanan agar tidak jadi sampah di TPA maupun di laut. Nuplas lalu bekerja sama dengan perusahaan daur ulang bahan kimia jaring ikan untuk mengubahnya jadi bahan baku plastik yang berkelanjutan, mengurangi limbah, dan mendukung prinsip ekonomi sirkular.
Tiap 10.000 ton bahan kimia dari daur ulang nilon 6 yang digunakan jadi bahan baku, diperkirakan mendukung hilangnya 65 ribu metrik ton emisi CO2. Angka ini diperkirakan mengurangi 90 persen dampak pemanasan global dengan nilon ketimbang bahan yang bersumber dari minyak. Dengan begitu, inisiatif ini bantu mengatasi limbah sekaligus melawan perubahan iklim.
Tangkal Pembakaran Sampah
Adapun Craste merupakan inovasi yang merespons masalah sampah plastik, tumpukan sisa hasil panen, CO2 yang dihasilkan akibat pembakarannya, dan penggundulan hutan. Inisiatif ini berfokus pada manajemen sisa hasil panen dengan memanfaatkannya jadi bahan kemasan dan bahan perabot.
"Berdasarkan catatan Craste, ada 500 juta ton tumpukan sisa tanaman hasil panen di India per tahun. 16 persen di antaranya dibakar selayaknya praktik bakar sampah, menghasilkan 150 juta ton CO2 ke atmosfer. Di samping merespons masalah lingkungan tersebut, inisiatif ini turut menyediakan alternatif tambahan pemasukan bagi petani," kata COO Craste, Dr Himansha Singh.
Produk Craste antara lain papan hijau bebas formaldehida. Papan ini diklaim awet, ramah lingkungan, hemat biaya, setara dengan kayu, dan berasal dari sisa hasil panen tanpa campuran perekat formaldehida. Tiap panel dengan ukuran 2,4 m x 1,2 m x 18 mm, Craste memperkirakan pengurangan emisi karbon dioksida hingga 30 kg.
Craste juga menyediakan produk kemasan yang pembuatannya diklaim menggunakan lebih sedikit air dalam pembuatannya. Kemasan yang aman buat makanan ini juga dapat dikustomisasi pelanggan.
(twu/pal)