Pertumbuhan penduduk menghasilkan berbagai dampak, salah satunya keterbatasan lahan tinggal. Tentunya, hal ini menjadi suatu tantangan krusial yang perlu diatasi.
Permasalahan ini berusaha dijawab oleh tiga mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Mereka adalah Alya Widha Aurellia, Bimantyo Ganggas Ihsani, dan Risma Fitriyanti.
Ketiga mahasiswa FT UI itu menciptakan sebuah konsep rumah yang dinamakan "Separo". Alya dan kawan-kawan membuat konsep hunian dengan pembangunan bertahap sebagai suatu solusi kreatif untuk menghadapi persoalan lahan terbatas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama Separo diambil dari istilah yang secara harfiah berarti setengah. Konsep rumah ini menerapkan pembangunan vertikal yang bertahap, sehingga dapat diubah sesuai kebutuhan penghuni.
Rumah "Separo" didesain secara fleksibel menggunakan kolom baja yang dapat disesuaikan dan modul struktur yang dibagi menjadi dua lantai. Konsep ini memungkinkan rumah berubah sesuai fungsi yang dibutuhkan, misalnya untuk usaha atau privasi keluarga.
"Separo mencoba untuk mengeksplorasi bagaimana arsitektur dapat membantu dalam mewadahi siklus kebutuhan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), kemungkinan perubahan ekonomi, dan juga jumlah anggota keluarga yang terus bertambah," jelas Alya, melalui keterangan tertulis, ditulis Selasa (17/10/2023).
Alya memaparkan, pola ruang Separo memungkinkan lantai utama dimanfaatkan untuk ruang usaha dan lantai atas untuk privasi keluarga. Hal ini dimaksudkan agar penghuninya mudah dalam memaksimalkan potensi fleksibilitas ruangan pada konsep open-plan dan moduk struktur yang dibagi ke dalam dua bagian.
Konsep hunian "Separo" turut mencakup berbagai strategi guna mengatasi keterbatasan lahan, misalnya split leveling, membagi dua massa sebagai basis modul, serta pemanfaatan fasad dalam oksigenasi vertikal.
Ketiga mahasiswa UI ini juga menerapkan optimalisasi beranda untuk usaha UMKM dan area sosialisasi, pemisahan ruang publik dan privat, sistem modul dan dinding partisi yang dapat disesuaikan, pemakaian material dinding batu, juga pemanfaatan ruang beranda yang fleksibel untuk usaha serta bersosialisasi.
Dekan FTUI, Prof Heri Hermansyah mengapresiasi konsep hunian Separo ini.
"Permasalahan terbatasnya lahan atas ketersediaan hunian yang layak memang menjadi isu yang harus segera dipecahkan. Atas daasr urgensi tersebut, ide yang dirancang oleh mahasiswa FTUI ini dapat menjadi desain yang adaptif dan fleksibel bagi hunian layak di lahan terbatas," ungkapnya.
Melalui Separo, Alya dan kedua kawannya mendapatkan juara 2 dalam kompetisi ETALASE Architecture Competition 2023 yang diselenggarakan Keluarga Mahasiswa Arsitektur UNNES. Perlombaan ini bertemakan Compact House dan meminta peserta untuk membuat solusi tepat yang berkaitan dengan kepadatan penduduk dan keterbatasan lahan.
(nah/nwk)