Jonny Kim tercatat sebagai seorang astronaut di Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA). Laki-laki 39 tahun berdarah Korea Selatan ini sebelumnya sempat tercatat sebagai personel Korean American Navy SEAL, dokter, hingga penerbang.
Di bidang akademik, Kim tercatat lulus dengan predikat summa cum laude di S1 Matematika University of San Diego, California, AS. Ia juga menempuh pendidikan Doctorate of Medicine (MD) di Harvard Medical School, Boston, Massachusetts, AS, seperti dikutip dari laman NASA.
Kelak, Kim bergabung sebagai anggota tim Artemis NASA, misi pendaratan manusia di Bulan. Bagaimana kisahnya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mendaftar Jadi Pelaut
Kim lahir di Los Angeles, AS dari orang tua imigran Korea Selatan pada 1984. Orang tuanya sehari-hari membuka warung minuman keras dan menjadi guru paruh waktu, dikutip dari Encyclopaedia Britannica.
Kim remaja pertama kali tahun tentang Navy SEAL saat sekolah di SMA Santa Monica. US Navy SEAL (Sea, Air, and Land) merupakan pasukan operasi khusus utama Angkatan Laut AS dan komponen Komando Perang Khusus AL.
Tugasnya antara lain menunaikan misi operasi khusus unit di lingkungan maritim, guru, hutan, kota, Arktik, dan pegunungan, hingga menangkap target musuh dan teroris.
Kendati ibunya ingin Kim masuk universitas saja, ia tetap mendaftar sebagai pelaut di AL AS. Ia pun lolos seleksi dan ikut pelatihan khusus sebelum bertugas, dari Basic Underwater Demolition/SEAL sampai pengobatan tempur.
Tugas Medis
Di tugas militer AL, Kim menjadi penerjun payung ulung, penyelam SCUBA dan tempur, serta pengintai dan penembak jitu.
Di Perang Irak, ia dua kali dikerahkan sebagai petugas medis, penembak jitu, navigator, dan petugas petunjuk di lebih dari 100 operasi tempur.
Pada 2006, Kim dianugerahi Bintang Perak karena menyelamatkan tentara Irak yang terluka akibat serangan. Namun, dua temannya tidak selamat usai kena tembak. Perasaan tidak berdaya membuatnya ingin jadi dokter seorang dokter.
"Saya berjanji kepada saudara-saudara saya yang telah meninggal bahwa saya akan menjalani kehidupan terbaik saya dengan cara yang membuat dunia lebih baik demi menghormati mereka. Bagi saya, pengobatan adalah jawabannya," katanya.
Kuliah Matematika dan Kedokteran
Kim mulai kuliah Matematika pada 2009. Lulus dalam tiga tahun, ia lalu juga menjadi perwira AL lewat program komisioning tamtama.
Ia lalu lanjut kuliah kedokteran di Harvard Medical School. Di sana, ia bertemu astronaut sekaligus dokter Scot Parazynski. Sosok inilah baginya yang mendorong Kim untuk coba menimbang jadi kandidat astronaut NASA.
Dorongan dan cita-cita masa kecil Kim mendorongnya untuk mendaftar ke NASA. Lulus kuliah kedokteran pada 2016, Kim lalu menjalani residensi pengobatan darurat di RSU Massachusetts, dan terpilih sebagai astronaut NASA dari 18.000 kandidat.
Latihan Astronaut
Terpilih sebagai astronaut NASA, Kim menunda dinasnya sebagai Letnan Kolonel di Korps Medis Angkatan Laut AS untuk mulai pelatihan astronaut di Pangkalan Udara AL Pensacola, Florida.
Ia latihan bertahan hidup di bawah air dan penerbangan, sistem Stasiun Luar Angkasa Internasional robotika, geologi, pelatihan bertahan hidup, dan bahasa Rusia.
Kim lulus pendidikan astronaut pada 2020 dan diangkat sebagai anggota tim Artemis NASA. Saat ini, ia belum dijadwalkan untuk penerbangan luar angkasa.
Sebagai persiapan penerbangan luar angkasa, Kim pada 2022 mengikuti pelatihan penerbangan utama dan helikopter tingkat lanjut.
Ia juga ikut kursus ahli bedah penerbangan AL. Pada Maret 2023, ia meraih gelar elit penunjuk ganda aeromedis sebagai penerbang dan ahli bedah penerbangan.
Bagi Kim, istri dan anak-anaknya jadi pendukung besar atas pencapaiannya.
"Sering kali ketika Anda melihat orang mencapai sesuatu, Anda tidak melihat jaringan dukungan di belakang mereka," pungkasnya.
(twu/faz)