Sosok Ferdinand Berthier di Google Doodle, Pendidik Tuli sejak 200 Tahun Lalu

ADVERTISEMENT

Sosok Ferdinand Berthier di Google Doodle, Pendidik Tuli sejak 200 Tahun Lalu

Trisna Wulandari - detikEdu
Senin, 02 Okt 2023 09:00 WIB
Ferdinand Berthier
Ferdinand Berthier. Foto: Google Doodle
Jakarta - Google Doodle merayakan ulang tahun Ferdinand Berthier yang ke-220 pada 30 September 2023. Kelahiran SaΓ΄ne-et-Loire, Prancis, 1803 ini adalah salah satu aktivis budaya Tuli di masa orang dengan gangguan pendengaran dikucilkan masyarakat.

Berthier kecil sekolah di Institut Nasional Tunarungu, Paris pada usia 8 tahun. Orang tuanya berharap, Berthier bisa belajar literasi dan keterampilan dasar kejurusan, sehingga kelak bisa menjadi pedagang.

Tidak disangka orang tuanya, kemampuan Berthier tumbuh pesat di sekolah. Terinspirasi dari gurunya, seperti Laurent Clerc, ia juga ingin menekuni karier di bidang pendidikan.

Alhasil, Berthier pun lanjut sekolah hingga bisa mengajar di almamaternya sendiri. Ia tercatat sebagai salah satu dosen senior Institut Nasional Tunarungu, Paris pada usia 27 tahun.

Advokasi Hak Orang Tuli

Berthier mengadakan perjamuan sunyi pertama untuk orang Tuli Prancis pada 1834. Upayanya membuat perempuan, jurnalis, dan pejabat pemerintah tertarik menghadiri perjamuan sunyi tersebut pada tahun-tahun selanjutnya.

Dari situ, Berthier kelak berhasil mengajukan petisi pada Pemerintah Prancis untuk membentuk organisasi yang mewakili kepentingan komunitas Tuli, SociΓ©tΓ© Centrale des Sourds-muets. Organisasi formal pertama untuk orang Tuli Prancis ini membantu menyelenggarakan kelas pendidikan bagi orang Tuli dewasa dan saling bantu antar-Tuli.

Ketenaran di kalangan pemerintah maupun masyarakat dimanfaatkan Berthier untuk menyoroti orang Tuli dan ajaran inspiratifnya lewat tulisan. Sejumlah bukunya menjelaskan tentang sejarah bahasa isyarat sampai tokoh-tokoh pejuang hak orang Tuli.

Berthier pertama kali menulis tentang Auguste BΓ©bian, mantan pendidiknya di institut, pada 1839. Ia menjelaskan jasa BΓ©bian dalam menganjurkan bahasa isyarat dalam mengajar siswa Tuli, dikutip dari laman Gallaudet University Press.

Laurent Clanc, gurunya, juga dipuji Berthier karena menggunakan bahasa isyarat 'alami' saat mendidik anak-anak Tuli. Di sisi lain, ia juga mengkritik guru Jean Massieu dan mantan direktur institutnya, AbbΓ© Sicard. Sebab, kendati berjasa di hidupnya, keduanya dinilai menyetujui bahasa insyarat 'metodis', yang lebih selaras dengan konvensi bahasa lisan.

Dalam buku-bukunya, Berthier juga tidak lupa merujuk penyair bahasa isyarat sebagai salah satu penulis di karya-karyanya.

Upaya Global

Kerja-kerja Berthier di bidang budaya Tuli membuatnya mdnjadi orang Tuli pertama yang meraih penghargaan tertinggi Prancis, Chevalier de la LΓ©gion d'honneur pada 1849.

Sementara itu, ia terus mendorong pendidikan bagi orang Tuli dan perubahan persepsi masyarakat pada orang dengan gangguan pendengaran di Eropa dan Amerika. Ia juga mendorong kesadaran akan pentingnya bahasa isyarat dan budaya Tuli, serta mendorong penggunaan bahasa isyarat pada pendidikan anak Tuli.

Berkat kerja Berthier dan rekan-rekannya, orang Tuli di berbagai belahan dunia kini dapat mengakses hak seperti layanan kesehatan dan mengemudikan kendaraan.


(twu/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads