Kenalan dengan Sensor Sawit Unand, Sudah Unjuk Gigi di Kancah Internasional

ADVERTISEMENT

Kenalan dengan Sensor Sawit Unand, Sudah Unjuk Gigi di Kancah Internasional

Nikita Rosa - detikEdu
Senin, 25 Sep 2023 17:30 WIB
Sensor Kematangan Sawit Karya Universitas Andalas
Sensor Kematangan Sawit Karya Universitas Andalas. (Foto: Nikita Rosa/detiKEdu)
Jakarta -

Universitas Andalas unjuk gigi dengan sensor kematangan sawit di Indonesia Innovation and Research (InaRI) Expo 2023. Sensor yang sudah dikembangkan sejak 2002 itu telah dipamerkan di kancah internasional.

Muhammad Makky selaku Direktur Kerja Sama dan Hilirisasi Riset Universitas Andalas (Unand) menceritakan bahwa inovasi ini berasal dari risetnya untuk studi S2. Melihat potensi sawit di Indonesia, sensor sawit ini akhirnya diwujudkan ke dunia nyata.

Dengan hibah penelitian, tim dari Universitas Andalas mulai menciptakan sensor kematangan sawit tersebut. Hingga saat ini, sensor tersebut telah mencapai versi ke-4.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemudian dari hasil riset itu kita dapat dua penghargaan Mahakarya Sawit Indonesia berturut-turut. Tahun 2018 dan 2019," ujar Makky kepada detikEdu.

Meski sempat terhalang pandemi, tim Unand tidak berhenti mempromosikan sensor kepada pelaku industri. Hasilnya, sudah 100 unit sensor yang dipakai.

ADVERTISEMENT

Bantu Petani Sawit

Sensor Kematangan Sawit Karya Universitas AndalasSensor Kematangan Sawit Karya Universitas Andalas Foto: Nikita Rosa/detikedu

Sensor kematangan sawit menurut Makky bantu petani lebih efisien dalam praktik perkebunan. Termasuk di antaranya soal penggunaan pupuk, jumlah truk angkut, ataupun tangki penyimpanan.

Selain itu, sensor ini menurutnya punya fitur traceability proses produksi hingga distribusi sawit. Industri kini bisa melihat kapan waktu panen hingga di mana posisinya.

"Itu sangat penting karena di Eropa, sebagai salah satu market terbesar sawit Indonesia, itu minta traceability. Jadi orang Eropa mau sawit yang dia impor itu minyak sawitnya berasal dari buah sawit yang tidak berada di lokasi daerah hutan lindung ataupun daerah gambut. Nah ini bisa dibuktikan," paparnya.

Bisa Deteksi Sawit Sebelum Matang

Lebih lanjut, sensor juga bisa mendeteksi tingkat kematangan sawit. Bahkan sensor bisa menunjukkan kapan waktu layak panen.

"Informasi ini bisa diberikan ke data pusat. Jadi perusahaan sawit itu bisa menjual minyaknya 6 bulan ke depan," ujarnya.

"Jadi nanti petani nggak bisa dibohongi lagi: jual ke pabrik harganya sekian, tapi kualitas dari alat sekian. Nggak ada lagi konflik sosial," lanjutnya.

Sensor kematangan sawit versi ke-4 ini disambungkan dengan handphone. Perangkat handphone akan menunjukkan tingkat kematangan sawit, traceability, hingga kapan sawit siap panen.

Sensor ini nantinya akan dikembangkan untuk hasil panen lainnya. Beberapa calon komoditasnya yakni jeruk dan apel.

"Rekognisi internasional itu kita pameran di ajang APEI. Asia Pacific Economic Industrial and Education Conference. Dan selalu kita tonjolkan karena salah satu kekuatan Indonesia itu sawit. Jadi kalo kita produser sawit terbesar kita itu market sawit terbesar. Jangan sampai orang lain yang miliki," tegasnya.




(nir/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads