Kisah Ahmad Yudianto, Guru Besar Unair Berbagi Ilmu 18 Tahun Jadi Dokter Forensik

ADVERTISEMENT

Kisah Ahmad Yudianto, Guru Besar Unair Berbagi Ilmu 18 Tahun Jadi Dokter Forensik

Devita Savitri - detikEdu
Sabtu, 23 Sep 2023 19:00 WIB
Begini kisah Ahmad Yudianto Guru Besar Unair yang juga dokter forensik selama 18 tahun
Foto: dok. Universitas Airlangga
Jakarta -

Perkenalkan ini Prof Dr dr Ahmad Yudianto SpFM(K) SH M Kes, Guru Besar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair). Prof Yudi, panggilan akrabnya memiliki pengalaman yang sangat luar biasa.

Bagaimana tidak, ia telah mengabdi selama 18 tahun dan telah menghadapi berbagai kasus yang membutuhkan peran dokter forensik di dalamnya. Tidak sekadar mengidentifikasi jenazah, Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal ternyata lebih dari itu.

Perjalanan Karier Ahmad Yudianto

Dikutip dari rilis di laman Unair, Sabtu (23/9/2023), Yudi memulai karir sebagai dokter pada tahun 1997 di Lampung selama tiga tahun lamanya. Pada tahun 2000 takdir membawanya ke Surabaya dan fokus pada pekerjaannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Waktu itu saya tidak memiliki rencana untuk sekolah lagi, posisi saat itu belum jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga," katanya.

Masih ingin bekerja, pada tahun 2000 akhirnya Yudi memilih untuk melanjutkan studi spesialis dengan tujuan ingin menjalankan praktik. Studi kedokteran forensik dipilihnya karena alasan proses perjalanan praktiknya tidak dibatasi.

ADVERTISEMENT

Tetapi, siapa sangka perjalanannya di Kedokteran Forensik dan Medikolegal berjalan hingga 18 tahun. Yudi bercerita, dahulu spesialisnya hanya berfokus untuk mengidentifikasi jenazah tetapi kini sudah sangat berkembang seperti membantu aparat mengungkap kebenaran dan menegakkan hukum di Indonesia.

Tak hanya mengidentifikasi jenazah, dokter forensik bisa membantu mengungkapkan peristiwa yang membuat manusia kehilangan nyawa. Ilmu ini juga semakin menarik perhatian dokter umum sehingga semakin banyak dokter forensik setiap tahunnya.

"Ilmu mulai mengalami perkembangan, jadi dokter forensik tidak hanya mengurusi jenazah yang masuk ke dalam patologi forensik. Sekarang sudah ada juga yang namanya Divisi Odontologi Forensik yang memeriksa DNA. Jadi lingkupnya makin luas," jelasnya.

Pengalaman Paling Berkesan

Delapan belas tahun menekuni bidang kedokteran forensik memberikan pengalaman yang tidak bisa dihitung jari. Menurutnya, semua kasus selalu memberikan pengalaman yang menarik.

"Senang rasanya apabila saya melakukan sebuah pekerjaan dan bisa membantu penyidik mengungkap tindak pidana," ungkapnya.

Salah satu yang terbaru adalah menjadi konsultan pada proses autopsi ulang kasus Brigadir J yang ramai beberapa waktu ke belakang. Ia juga sempat berperan dalam mengungkap jenazah mutilasi di Kenjeran, Surabaya.

Terakhir, Prof Yudi berpesan bagi detikers yang ingin menjadi dokter forensik. Menurutnya tidak hanya satu ilmu, para dokter juga harus memahami ilmu hukum karena akan membantu ketika menjalankan tugas.

"Persiapan untuk masuk Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal sama saja dengan spesialis yang lain. Bedanya ilmu ini sedikit banyak harus bisa belajar hukum pidana karena akan membantu dalam menjalankan tugas," tutupnya.




(det/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads