.webp)
Sekelompok peneliti internasional, termasuk para botanis dari Universitas Oxford mengeluarkan seruan mendesak untuk menyelamatkan genus Rafflesia secara terkoordinasi. Studi terbaru menemukan, sebagian besar spesies Rafflesia tengah menghadapi kepunahan.
Kurangnya perlindungan dalam skala lokal, nasional, dan internasional terhadap Rafflesia dapat diartikan bahwa sisa populasi berada dalam kondisi kritis. Berdasarkan hasil penelitian yang terbaru, sebagian besar dari 42 spesies sudah berstatus terancam punah. Namun, hanya satu dari salah satu daftar tersebut yang tercantum dalam Daftar merah Spesies Terancam Punah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Ditarik dari 42 spesies tersebut, ilmuwan mengklasifikasikan 25 spesies ke dalam 'Sangat Terancam Punah', 15 spesies 'Terancam Punah', dan 2 spesies 'Rentan'. Terlebih, dua pertiga atau sekitar 67 persen di antaranya tidak berada di bawah strategi perlindungan regional maupun nasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Spesies Rafflesia kerap kali memiliki persebaran yang terbatas, sehingga mereka rentan terhadap destruksi habitat. Penelitian menemukan bahwa banyak sisa populasi dari bunga raksasa tersebut hanya mempunyai segelintir anggota yang tumbuh di area tak terlindungi dan rentan terhadap konversi menjadi lahan pertanian.
Terlebih, tingkat kesuksesan dalam meyebarkan Rafflesia di kebun raya saat ini terbilang rendah. Oleh sebab itulah konservasi habitat Rafflesia menjadi prioritas mendesak saat ini.
Sorotan Kesuksesan RI
Meski konservasi Rafflesia dihadang banyak tantangan, pada penelitian kali ini juga disorot mengenai kisah sukses konservasi di RI. Keberhasilan ini dinilai bisa memberikan pemahaman penting untuk konservasi Rafflesia di tempat-tempat konservasi yang lainnya.
Berikut ini beberapa kisah sukses konservasi Rafflesia RI di antaranya:
1. Kebun Raya Bogor menjadi pusat keunggulan perbanyakan Rafflesia, khususnya setelah serangkaian pembungaan yang sukses, termasuk 16 spesies Rafflesia patma.
2. Di Sumatera Barat, para petani lokal mendapatkan manfaat dari ekowisata Rafflesia melalui pembentukan pokdarwis, yakni kelompok sadar pariwisata yang terhubung ke media sosial. Mereka mengumumkan saat-saat ketika Raffllesia mengembang di medsos untuk membangun kesadaran masyarakat dan menarik wisatawan tanpa mengabaikan risikonya.
Ahli kehutanan dari Filipina, Adriane Tobias seperti dikutip dari EurekAlert! mengatakan, "Masyarakat lokal adalah sebagian dari penjaga hutan terbaik dan program-program konservasi Rafflesia lebih berkemungkinan bisa sukses apabila menggaet komunitas lokal."
"Rafflesia memiliki potensi sebagai ikon baru konservasi di kawasan tropis Asia," tambahnya.
(nah/nwk)
