Cerita inspiratif kembali datang dari putra terbaik bangsa. Kali ini, cerita datang dari Wahyu Rahmat Dullah atau yang kerap disapa dengan Fai.
Fai merupakan mahasiswa Jurusan Seni Tari, Akademi Komunitas Negeri (AKN) Seni dan Budaya Yogyakarta. Bukan penari biasa, Fai memiliki keterbatasan dalam pendengaran atau bisa disebut dengan penyandang disabilitas tunarungu.
Meski dengan keterbatasan yang dimilikinya, Fai tetap bisa mencapai apa yang dicita-citakan. Bagaimana tidak, Fai telah berhasil menyelesaikan studi diploma satu (D-1) tahun 2023 di jurusan Seni Tari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suka Seni Tari Sejak Kecil
Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Selasa (19/9/2023) kecintaan Fai dengan dunia tari ternyata sudah dimulai sejak kecil. Tapi, kecintaan itu harus terbentur dengan keterbatasan yang ia miliki sehingga rasa minder datang menghampirinya.
"Sedari kecil saya sudah menyukai seni dan budaya khususnya seni tari. Akan tetapi, saya sempat minder karena kayanya tidak mungkin saya bisa menggeluti bidang tersebut. Apalagi, saya punya keterbatasan di pendengaran," ucap Fai.
Mengetahui hal tersebut, orang tua Fai memberikan dorongan semangat agar sang putra menggapai cita-citanya. Hingga akhirnya, ia membulatkan tekad dan mengenyam pendidikan Seni Tari di AKN Seni dan Budaya Yogyakarta.
Lalui Metode Pembelajaran yang Berbeda
Dengan keterbatasan yang ia miliki, menjalani pendidikan bukanlah perkara mudah. Tapi, Fai bersyukur lantaran banyak teman yang membantunya beradaptasi dengan materi baru.
Yosep Adityanto Aji, dosen Jurusan Seni Tari di AKN Seni dan Budaya Yogyakarta juga memberikan pelayanan yang baik untuk Fai. Ia mengakui ini pengalaman pertamanya, sehingga ada metode berbeda untuk menyampaikan materi kepada mahasiswa istimewanya ini.
"Ini merupakan pengalaman pertama saya mengajar mahasiswa difabel. Saya menggunakan metode dengan cara mengulang-ulang, mengimitasi gerakan, membuat pengucapan bibir lebih jelas, merekam, dan membuat catatan komunikasi dengan telepon pintar," ucap Adityanto.
Sehingga dengan kemampuan wirama yang kuat tertanam dalam bakat Fai, ia tetap merasakan getaran musik iringan yang dimainkan meski tak mendengarnya. Saat merasakan musik iringan, tubuh Fai bisa mengikutinya dengan luwes.
Kemampuan ini dinilai Adiyanto adalah potensi besar yang dimiliki Fai dan tidak bisa dianggap remeh. Muridnya itu sudah memiliki banyak pengalaman seperti menari di Museum Sonobudoyo, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, hingga Pekan Kesenian Bali 2023.
Hingga pada saat acara wisuda kampusnya 7 September 2023 lalu, Fai mendapat kesempatan untuk menampilkan kelihaiannya melalui tari Greget Jogja. Setelah lulus, Fai bertekad untuk mengembangkan ilmu yang telah didapatkannya dan terus menciptakan karya seni pertunjukan yang indah.
"Sebuah karya tidak hanya lahir dari orang yang sempurna. Tidak ada halangan dan rintangan yang sulit jika kita menghadapinya dengan tekad dan semangat yang bulat. Semoga ketercapaian saya dalam bidang ini bisa memotivasi teman-teman lainnya," tutup Fai.
(det/nwk)