Tiga mahasiswa baru (maba) Universitas Brawijaya (UB) mendapatkan beasiswa dari Menteri Investasi Bahlil Lahadalia saat acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PK2MABA), Senin (14/8/2023).
Dilansir dari laman UB, pemberian beasiswa tersebut diberikan kepada Ferdian Tri Kusuma, Samuel, dan Andre. Ferdian berhasil mendapat beasiswa karena dirinya adalah seorang yatim piatu atau sudah tidak memiliki orang tua.
Beasiswa tersebut diberikan kepada Ferdian selama menempuh pendidikan di prodi Administrasi Bisnis UB. Tak hanya beasiswa, Bahlil memberikan kesempatan kepada mahasiswa asal Lamongan tersebut untuk melanjutkan kontrak kerja di perusahaan miliknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Samuel yang merupakan mahasiswa baru Fakultas Hukum UB ditawari modal kerja sebesar Rp. 50 juta. Sedangkan Andre, seorang mahasiswa difabel dari Fakultas Ilmu Komputer UB mendapat beasiswa pribadi dari Bahlil.
Dapat Beasiswa karena Berani Bertanya
Pemberian beasiswa ini terjadi saat sesi tanya jawab setelah pemaparan materi oleh Bahlil tentang kepemimpinan. Ferdian mendapat kesempatan untuk bertanya kepada Bahlil soal investasi.
"25% pelajar sekarang sudah berinvestasi dengan nilai aset 13 triliun lebih, itu menandakan bahwa pelajar zaman sekarang itu mulai melek keuangan dan mulai merencanakan masa depan. Akan tetapi dari 25% tersebut mereka asal langsung investasi saja tanpa belajar apa itu reksadana atau saham. Menurut bapak itu langkah yang tepat atau tidak?" tanya Ferdian dikutip dari tayangan YouTube Kementerian Investasi, Rabu (16/8/2023).
Lalu, Bahli balik bertanya kepada Ferdian. "Dek, cita-cita mau jadi apa?" tanyanya.
Ferdian menjawab, "Jadi CEO, pak."
Setelah itu, Ferdian diminta menghampiri Bahlil dan diberi beberapa pertanyaan. Setelah ditanya, akhirnya terungkap bahwa kedua orang tua Ferdian sudah meninggal dan ia sempat gagal mendapat beasiswa.
Melihat kegigihan dari Ferdian, Bahlil menawari kontrak kerja di perusahaannya dan beasiswa.
"Ferdian, saya lihat kamu luar biasa sekali punya sikap yang berani dan gentle. Dan ciri seorang pengusaha itu ada pada kamu. Mau nggak kamu kontrak sama saya?," tanya Bahlil.
Secara spontan Ferdian menjawab, "Mau pak."
"Mulai hari ini, saya enggak perlu menjawab pertanyaanmu. Mulai hari ini saya minta kamu sekolah, saya kasih beasiswa sampai selesai. Tapi, kamu kontrak sama perusahaan saya ya. Supaya habis kuliah kamu jadi CEO ya," kata Bahlil.
Pesan Bahlil Kepada Maba UB
Selain memberikan beasiswa kepada tiga maba tersebut, Bahlil turut memberikan materi tentang kepemimpinan. Di depan ribuan maba UB, Bahlil mengingatkan untuk bersyukur karena bisa diterima di UB yang merupakan salah satu universitas terbesar di dunia.
Lebih lanjut, ia berpesan kepada mahasiswa untuk memanfaatkan kesempatan kuliah sebaik mungkin. Menurutnya, mahasiswa harus berbeda dengan siswa di mana mereka harus bisa lebih mengembangkan diri.
Ia mengatakan pentingnya untuk ikut organisasi agar bisa belajar tentang kepemimpinan dan leadership. Bahlil bercerita bahwa dirinya mendapatkan banyak pengalaman setelah bergabung dengan organisasi HMI.
Meski selama kuliah IPK Bahlil tidak sampai tiga, namun dirinya bersyukur karena saat ini memiliki banyak karyawan yang IPK-nya di atas tiga. Menurutnya, kemampuan organisasi lah yang membuat dirinya bisa mencapai titik tersebut.
"Berdasarkan pengalaman tersebut makanya saya berpesan agar kalian bukan hanya memperoleh IPK atau nilai yang baik, akan tetapi juga terus pelajari dan dapatkan jiwa leadership dari berbagai organisasi yang baik di dalam kampus," pesannya.
Pentingnya memiliki pengalaman organisasi selama kuliah menurut Bahlil dikarenakan mahasiswa hanya akan menerima 30% teori dan materi, sisanya mahasiswa sendiri yang harus mengisinya di luar kelas.
"Materi dan teori dari dosen di kelas hanyalah tiga puluh persen, sisanya kalian harus cari di luar untuk mengembangkan diri kalian. Salah satunya melalui organisasi yang ada di kampus. Hal paling penting adalah untuk mempelajari jiwa leadership. Leadership adalah ilmu yang dimiliki oleh mahasiswa atas dasar sebuah proses belajar kepemimpinan dan itu di dapat dari sebuah organisasi. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang bagus bukan suatu jaminan jika tidak dibarengi dengan jiwa kepemimpinan yang baik," jelas Bahlil.
(cyu/pal)