Film Serial 'Nyantrik' Ajak Anak Muda Belajar Kebudayaan Wayang Orang

ADVERTISEMENT

Film Serial 'Nyantrik' Ajak Anak Muda Belajar Kebudayaan Wayang Orang

Sukma Nur Fitriana - detikEdu
Senin, 07 Agu 2023 22:45 WIB
Peluncuran Film Nyantrik
Foto: Kemendikbudristek
Jakarta -

Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) merilis serial film berjudul 'Nyantrik'. Perilisan film ini dihelat di Gedung Kesenian Ki Narto Sabdo, Semarang, Jawa Tengah, Senin (7/8).

Serial film ini disebut sebagai jembatan pemuda untuk mempelajari kebudayaan panggung wayang orang lewat media. Nantinya serial ini akan ditayangkan di kanal budaya Indonesiana.tv dan dimulai dengan episode Dewabrata atau Bisma mengusir Dewa Amba.

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan film Nyantrik merupakan bagian dari kegiatan sosialisasi Indonesiana.TV yang mengusung tema 'Budaya, Inspirasi, dan Eksplorasi. Serial ini menggambarkan proses belajarnya sembilan aktor dan aktris Indonesia di empat sanggar wayang orang di Indonesia, yaitu Wayang Orang (WO) Bharata Jakarta, WO RRI Surakarta, WO Sriwedari Surakarta, dan WO Ngesti Pandowo Semarang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Selama proses pembuatan miniseri ini, prinsip-prinsip inti dari nyantrik ditekankan. Sesuai dengan filosofi nyantrik, para 'cantrik' (murid) dilatih bukan hanya untuk melihat dan meniru apa yang dipertunjukan oleh mentornya, tetapi juga untuk memahami secara mendalam esensi dari apa yang mereka pelajari," jelas Hilmar Farid dalam keterangan tertulis, Senin (7/8/2023).

"Program strategis Indonesiana.TV ini diharapkan dapat mengisi peran penting dalam pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan. Sebagai platform media, Indonesiana.TV menjadi jembatan antara seni tradisi dan generasi masa kini," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Diketahui, disutradarai oleh Lasja F. Susatyo, Nyantrik menampilkan aktris dan aktor muda, yaitu Kelly Tandiono, Samo Rafael, Clara Bernadeth, Karina Salim, Ravil Prasetya, Omara Esteghlal, Tatyana Akman, Cindy Nirmala, dan Daniel Adnan sebagai cantrik.

Para aktor belajar dan mendalami seni peran lakon Mahabarata dari para maestro seperti Wayang Orang Bharata Jakarta Kenthus Ampiranto, Wayang Orang RRI Surakarta Ali Marsudi dari Wayang Orang RRI Surakarta, Pengajar ISI Surakarta Wasi Bantolo, Wayang Orang Sriwedari Surakarta Agus Prasetyo, dan dalang sekaligus penulis skenario Nanang Hape.

Sejarah Wayang Orang

Program Nyantrik mensintesis beberapa proses perkembangan wayang orang. Wayang orang sendiri disinyalir merupakan bentuk seni pertunjukan yang berusia sangat tua.

Beberapa catatan kuno seperti Prasasti Mantyasih (904 M) dan Prasasti Wimalasmara (930 M) telah menyebut pertunjukan ini dengan istilah Jawa Kuno, 'hatapukan' atau 'matapukan' dan 'awayang wang'. Periode prasasti tersebut membuktikan kesenian ini sudah ada sejak zaman Mataram Kuno dan hanya dihadirkan bagi kalangan istana (keraton).

Setelah itu wayang orang dimainkan pula di lingkungan kerajaan-kerajaan baru yang muncul di Jawa Timur, termasuk Majapahit. Melalui perjalanan waktu, kemudian wayang orang dihidupkan kembali di era Mangkunegaran I (1760) dan Hamengkubuwono I (1750-an) dalam konteks pertunjukan ritual kenegaraan di dalam keraton ataupun untuk merayakan upacara-upacara penting.

Namun, perubahan paling penting terjadi pada akhir abad ke-19. Seni pertunjukan ini keluar tembok keraton dan mulai dikemas menjadi pertunjukan komersial.

Tujuan Program Nyantrik

Zaman berubah, begitupun produk-produk kebudayaan yang ditantang untuk bisa mengikuti harapan akan bentuk-bentuk baru pengalaman estetis. Seni tradisi terancam ketika dalam proporsi tertentu keberadaannya tidak mengalami pengembangan.

Nyantrik dibuat sebagai jawaban atas kegelisahan melihat kenyataan begitu lebarnya jarak antara seni klasik tradisi dan generasi muda. Awal penciptaan Nyantrik ditujukan untuk menyampaikan muatan tradisi dalam bahasa hari ini.

Fragmen-fragmen dalam epos Mahabarata dan Ramayana yang sarat akan nasihat bijak dibungkus dengan kemasan yang menarik dan menghibur dengan perpaduan teknologi visual, namun masih dalam sentuhan seni klasik.

Sebagai informasi, kegiatan ini turut dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo; Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu; Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid; Direktur Film, Musik dan Media Dirjen Kebudayaan Ahmad Mahendra.




(ncm/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads