Kapten Timnas U-22 dalam SEA Games 2023, Rizky Ridho tercatat sebagai mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Indonesia, Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.
Sukses dalam kariernya di bidang olahraga, rupanya tak serta merta membuat Ridho mengesampingkan pendidikan. Pasalnya, pilihannya untuk lanjut kuliah ini merupakan pilihannya sendiri.
Ridho mengaku bahwa dorongan melanjutkan kuliah bukanlah dari orang tua, melainkan dari dirinya sendiri. Menurutnya pendidikan adalah hal penting yang tak boleh dikesampingkan karena menjadi bekal dirinya ke depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sempat Ragu Sebelum Daftar Kuliah
Meski akhirnya Ridho memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tinggi, dia sempat ragu sebelum mendaftar, sebab takut tidak bisa membagi waktu.
Namun, Ridho mengetahui bahwa di kampusnya kini ada fasilitas dan kurikulum yang dikhususkan untuk para atlet, sehingga dia merasa lega. Menurutnya ini akan sangat memudahkannya menempuh kuliah.
Ingin Jadi Pelatih di Kampungnya
Ridho mengaku ingin jadi pelatih di kampungnya. Dia menjelaskan alasannya memilih kampung adalah karena kesuksesannya berasal dari kampung dan lapangan kecil di daerah Simo Gunung Kramat, Surabaya.
"Setelah pensiun dari bola, saya punya keinginan untuk menjadi pelatih di kampung. Kalau di kampung saya lebih bisa bermanfaat untuk anak-anak dan masyarakat," ujarnya (9/6/2023), dikutip dari rilis UM Surabaya.
Keberhasilan Ridho menjadi atlet nasional saat ini memang berawal dari jalanan. Dia menyukai sepakbola sejak kecil dan menekuninya mulai kelas 3 SD.
"Awalnya saya sering bermain bola di depan rumah, di gang rumah bahkan di jalan raya, namun lama kelamaan bapak takut kalau saya tertabrak motor akhirnya saya diikutkan SSB di Simo Putra," ungkapnya.
Pria kelahiran 21 November 2001 itu menyebut keberhasilannya sekarang adalah berkat orang tuanya, terutama sang ayah.
Ridho mengatakan, ayahnya selalu bersedia mengantar ke mana pun, mulai dari yang dekat dengan rumah sampai yang jaraknya jauh. Meski pada waktu itu ayahnya sibuk berdagang di pasar, tetapi selalu bersemangat mengantarkan Ridho untuk ikut turnamen dari Lumajang sampai Sampang.
"Ada satu momen yang tak terlupakan saat kecil waktu turnamen di Sidoarjo, ketika saya dimarahi bapak di atas motor. Jadi perjalanan dari Sidoarjo hingga Surabaya saya diceramahi karena main saya jelek, itu benar-benar saya ingat," Ridho mengenang.
Sering Juara Saat SD
Ridho mengatakan, saat masih SD sering memperoleh juara pada turnamen bola, walaupun tingkat kejuaraannya masih Kota Surabaya dan Jawa Timur.
Namanya pun kian melejit ketika masuk dalam Persebaya U-20. Pada usianya yang masih sangat muda, Ridho telah dipromosikan ke tim Persebaya senior sejak 2020.
"Dulu ketika saya kecil saya menganggap bermain sepak bola adalah perkara bersenang-senang bersama teman, namun seiring berjalannya waktu saat telah memasuki dunia profesional, sepak bola bukan sekadar bersenang-senang," kata dia.
Meski demikian, perjalanan sepakbola Ridho tidak selalu mulus. Dia menyampaikan, titik terendahnya dalam bermain bola adalah saat uji coba melawan Iran.
Menurutnya, saat masuk Timnas, dia sempat melakukan blunder sehingga terkena penalti dan timnya kalah. Hal ini sempat menyebabkannya down dan kepikiran selama berhari-hari.
Gaji Pertama untuk Daftarkan Ortu Haji
Bagi Ridho, kunci sukses adalah mengurangi waktu bersenang-senang saat masih muda. Apa yang dia maksud bersenang-senang adalah berfoya-foya dan nongkrong tanpa tujuan.
"Fokus membahagiakan kedua orang tua, fokus belajar dan menyeimbangkan karir dan pendidikan. Nanti kalau sudah fokus, InsyaaAllah kesuksesan akan mengikuti," jelasnya.
Ridho dikenal sebagai sosok yang religius dan sangat menyayangi kedua orang tuanya. Dia mengaku gaji pertamanya di Persebaya dipakai untuk mendaftarkan orang tua berangkat haji.
"Ingat perjuangan Ayah ketika saya masih kecil ia rela mengantarkan saya kemana-mana, ibu yang selalu mendoakan, sebisa mungkin saya akan selalu berusaha membahagiakan mereka," kata dia.
(nah/pal)