Literasi digital merupakan sebuah kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dari banyak sumber yang bisa diakses lewat komputer dan perangkat canggih lainnya. Dengan dukungan teknologi canggih, sangat penting untuk mengajarkan anak literasi digital di zaman sekarang.
Bagi Shafira Adlina, narablog yang concern pada dunia parenting, literasi digital tidak hanya memiliki kaitan erat dengan teknologi, tapi juga kemauan untuk belajar serta berpikir kritis, kreatif dan inovatif di dunia digital. Karena semuanya serba digital, tentu saja sangat penting juga mendukung teknologi dengan jaringan internet cepat Indihome dari Telkom Indonesia.
"Sebagai orang tua sudah sewajarnya berupaya supaya bisa meningkatkan kemampuan literasi digital pada anak, berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan," jelas Ibu dua anak tersebut dalam keterangan tertulis, Sabtu (10/6/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk membangun pondasi literasi digital pada anak di zaman era teknologi saat ini, Shafira berbagai tips yang dapat dilakukan para orang tua. Berikut tipsnya.
1. Ajarkan Anak untuk Menahan Pandangan
Hal pertama yang patut dipegang bersama adalah mempersiapkan anak masuk ke dunia digital bukan berarti harus memberikannya gadget sejak bayi. Namun, mengajarkan anak jika penggunaan gadget ada waktunya dan memiliki batasan untuk itu. Akses internet pun perlu dibatasi untuk mencegah anak melihat situs yang tidak diinginkan.
Prinsip yang harus ditekankan kepada anak-anak adalah mengajarkan mereka menahan pandangan, menjaga kemaluan. Sebab, jika otak anak rusak, kemaluannya tidak bisa dikendalikan. Jika orang tua tidak membicarakan hal tersebut, anak tidak tahu bagaimana akan bersikap.
2. Membangun Komunikasi dengan Anak
Kedepankan komunikasi sebagai pengganti gadget. Sebagai contoh, ajak anak bicara tiap kali pulang sekolah atau berkegiatan. Hal-hal kecil di sekolah seperti tugas menumpuk, teman jahil atau guru menyebalkan sudah menjadi hal berat untuknya. Dengan begitu, anak akan merasa didengarkan perasaannya. Bisa juga dengan bertanya tentang perasaan sang anak. Misalnya tanya perasaannya di hari itu, apa yang membuatnya bahagia dan apa yang membuatnya sedih. Dengan begitu, secara otomatis anak akan dengan mudah bercerita pada orang tua tiap kali ia merasakan sesuatu.
Orang tua pun harus menyediakan alternatif lain ketika anak dibatasi dia pegang gadget. Tidak bisa kalau ibu atau ayahnya tidak di rumah. Contohnya, ikuti les berenang, main basket, futsal, gitar atau apa yang disukai anak.
3. Menemani Anak Ketika Berselancar di Internet
Hal pertama yang bisa dilakukan ketika mengenalkan dunia internet pada anak adalah menemani mereka. Bagi anak-anak yang terlahir di dunia digital, memang tak mungkin tak mengenalkan sama sekali dengan dunia internet. Namun, bukan berarti orang tua memberikannya begitu saja gadget dan internet tanpa pijakan dan pengawasan.
Alasan meningkatkan sumber belajar dengan literasi digital itu sendiri juga perlu linear dengan pijakan orang tua kepadanya. Apalagi anak di bawah tujuh tahun yang belum sempurna perkembangan otaknya. Sudah selayaknya orang tua memang mendampingi dan mengawasi apa-apa saja yang diakses dan ditonton anak-anak.
"Saya sendiri suka sedih, jika menemukan anak-anak yang dibiarkan menonton YouTube, shorts, TikTok atau video-video portrait lainnya secara bebas. Terbayang konten yang tidak sesuai value dan budaya ketimuran dapat terekam di mata dan pikiran anak di bawah umur," tutup Shafira.
(anl/ega)