Penyakit tuberkulosis (TB) adalah masalah kesehatan yang masih menjadi persoalan saat ini, bahkan menurut laporan WHO Indonesia memiliki angka pasien tertinggi. Berbagai upaya untuk mencegah penyakit ini telah dilakukan salah satunya pembuatan aplikasi penanganan TB.
Melihat masalah tersebut, Pusat Kedokteran Tropis (PKT) UGM berinisiatif mengembangkan teknologi dengan tujuan mempermudah komunikasi pengawasan dalam mengkonsumsi obat pasien TB melalui aplikasi mobile "TOMO" atau Tuberkulosis Monitoring.
Aplikasi ini dapat mendukung keberhasilan pengobatan TB resisten obat (TB RO) dikarenakan pasien dengan penyakit jenis tersebut tidaklah mudah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masa pengobatan pasien TB RO ini bisa berjalan selama 9-11 untuk jangka pendek bulan bahkan 18-24 bulan untuk jangka panjang.
Menurut Direktur Pusat Kedokteran Tropis UGM, dr. Riris Andono Ahmad, aplikasi TOMO ini menjadi solusi dalam menanggapi masalah pasien TB RO.
"Inovasi berupa TOMO ini untuk mendukung keberhasilan penanganan tuberkulosis resisten obat," ungkap Riris dalam situs UGM, dikutip Jumat (24/3/2023).
TOMO sebagai Medium Penanganan TB RO
Selain sebagai aplikasi untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas layanan TB RO, aplikasi ini dirancang untuk menjembatani kesinambungan layanan manajemen klinis TB dan bisa sebagai medium untuk mempercepat penanganan efek samping yang dialami oleh pasien TB RO.
Riris berharap aplikasi TOMO bisa menjadi medium untuk mengurangi kemungkinan pasien berhenti melakukan pengobatan dan menekan kemungkinan resistensi obat yang luas.
"TOMO berpotensi besar membantu pasien TB RO dalam menyelesaikan pengobatan mereka karena didesain sesuai kebutuhan pasien dan PMO," terang Riris.
Aplikasi TOMO untuk Pasien dan Nakes
Aplikasi TOMO ini terdiri dari dua versi yang tidak hanya diperuntukkan bagi pasien, namun juga tenaga kesehatan (nakes). Pada aplikasi versi pasien, fitur mengirimkan informasi telah meminum obat, fitur pengingat otomatis minum obat, fitur menyampaikan keluhan yang dialami, dan informasi edukatif untuk pasien.
Sedangkan aplikasi TOMO versi nakes memiliki fitur yang dapat mempermudah case manager dan pihak puskesmas untuk menanggapi keluhan pasien, mengatur jadwal kunjungan pasien, dan memvalidasi informasi minum obat pasien setiap harinya.
Keunggulan lain dari aplikasi TOMO versi nakes adalah mempermudah tenaga ahli klinis untuk mengobservasi keluhan pasien secara real time, melihat jadwal kontrol rutin pasien, serta memberikan rangkuman informasi minum obat dan keluhan pasien.
Diterapkan di 3 Rumah Sakit dan 11 Kabupaten/Kota
Aplikasi TOMO pun telah diimplementasikan di tiga rumah sakit antara lain RS Paru Respira, RSUD Surakarta, dan RSUD dr. Moewardi sejak tahun 2021. Selain itu, aplikasi ini telah dipakai di 11 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dan DIY dengan 53 pasien dan 23 puskesmas yang telah menggunakannya.
Menurut survei yang telah dilakukan tim PKT UGM kepada pengguna TOMO menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pengguna hampir sempurna yakni 95,5% dan sebesar 68,2% pengguna akan merekomendasikan TOMO ke orang lain.
Selain itu, aplikasi ini dinilai berhasil menjembatani pasien dengan tenaga kesehatan dengan hampir seluruh keluhan efek samping pasien sebesar 99%.
Menurut Riris, aplikasi TOMO akan terus dikembangkan di mana dalam waktu dekat ini akan disusun Application Programming Interface bersama Digital Transformation Office Kemenkes.
Pengembangan berfokus pada upaya mengintegrasikan data RS rujukan TB dan puskesmas untuk mencapai perawatan kolaboratif pasien TB RO.
(faz/faz)