Blak-blakan Mantan OB yang Nyaris Putus Sekolah saat SMA, Kini S3 di Inggris

ADVERTISEMENT

Wawancara Khusus

Blak-blakan Mantan OB yang Nyaris Putus Sekolah saat SMA, Kini S3 di Inggris

Novia Aisyah - detikEdu
Rabu, 22 Feb 2023 18:30 WIB
Yuli Sutoto Nugroho
Foto: Dok. Pribadi Yuli Sutoto Nugroho
Jakarta -

Masa depan memang tidak ada yang bisa mengira. Lebih dari sepuluh tahun lalu, seorang siswa SMA bernama Yuli Sutoto Nugroho harus menerima kenyataan tak dapat serta merta kuliah dan gap year selama lima tahun karena latar belakang ekonomi yang kurang mendukung.

Kini, anak SMA tersebut justru berada di Inggris untuk menyelesaikan studi S3. Perantauannya ke Tangerang mengubah hidup Yuli yang dulu, hingga menjadi seperti sekarang.

Perjalanannya yang sedemikian rupa sempat dia bingkai ke sebuah unggahan Instagram reel. Pada unggahan itu dia bercerita secara singkat bagaimana hidupnya setelah lulus SMA.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya tidak langsung kuliah due to my financial barrier, so aku merantau ke Tangerang sebagai cleaning services/OB di sebuah studio foto, but I was very happy being that," kata dia, dikutip dengan izin (22/2/2023).

Yuli bekerja di studio foto tersebut selama 4 tahun. Pada 2010, dia memutuskan pindah ke perusahaan lain.

ADVERTISEMENT

Bak tertimpa durian runtuh, calon kantor baru Yuli justru memberikannya penawaran mengejutkan. Si bos memintanya bekerja di rumah pribadi dengan iming-iming akan dikuliahkan. Padahal, semula keduanya tidak saling mengenal.

"Buat saya itu seperti ketiban durian runtuh atau cerita-cerita di sinetron yang saya kira enggak ada di dunia nyata. Then I said yes to work there karena saya sangat suka sekolah," jelasnya.

Pada 2011, akhirnya Yuli tercatat sebagai mahasiswa Teknik Elektro Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Bosnya jugalah yang memilihkan jurusan tersebut.

Sejak di UNJ itulah rute akademik Yuli benar-benar dimulai. Laki-laki asal Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah itu pada akhirnya bisa melanjutkan hingga S2 dan S3 dengan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan BPI (Beasiswa Pendidikan Indonesia) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Selasa (22/2/2023), Yuli blak-blakan menceritakan perjalanan hidupnya kepada detikEdu. Seperti apa kisahnya?

Saat SD dan SMP apakah sudah tergolong siswa berprestasi/pintar?

Mulai berprestasi sejak kelas 2 SMA setelah hampir putus sekolah saat kelas 1 SMA. Jadi, dari SD sampai SMA kelas 1 masih merasa di zona nyaman, enggak pernah dapat rangking 1 di kelas.

Baru pas kelas 2 dan 3 SMA dapat rangking 1 dan pernah dikirim sekolah untuk ikut lomba olimpiade matematika meskipun bukan tingkat nasional.

Waktu SMA hampir putus sekolah kenapa?

Saya berasal dari keluarga broken home. Waktu kelas 1 SMA, ekonomi lagi kurang baik. Istilahnya bisa buat makan saja sudah syukur, sehingga diminta orang tua buat mengundurkan diri dari sekolah, syukur-syukur bisa kerja aja.

Akhirnya saya sudah sekitar seminggu tidak masuk sekolah sebelum akhirnya guru BK (bimbingan dan konseling) memanggil orang tua saya. Pas udah pulang, saya minta izin ke orang tua agar boleh masuk sekolah lagi.

Apa faktor internal dan eksternal yang berpengaruh sehingga bisa mendapat pendidikan dan kehidupan yang lebih baik ketimbang dahulu?

Sebenarnya saya tidak punya plan ke depan yang harus sekolah setinggi apa, hanya let it flow aja. Bisa S1 juga karena kebetulan ada orang yang mau nguliahin.

Kuliah S2 karena kebetulan ada info beasiswa LPDP dan merasa sayang aja kalau enggak coba daftar. Na,h untuk S3 ini memang yang benar-benar dipersiapkan karena S3 di luar negeri prosesnya panjang, mulai dari belajar bahasa Inggris, tes IELTS sampai 3 kali, cari supervisor, ngurus dokumen ini itu, daftar-daftar kampus, hingga dapat beasiswa.

Kalau motivasi eksternal buat kuliah di luar negeri, awalnya dulu pas S1 ada senior di organisasi yang mau berangkat kuliah ke Arab Saudi, saya termotivasi. Lalu pas S2 pakai LPDP temen-temennya banyak yang kampus tujuannya luar negeri, sehingga semakin terpacu.

Adakah sosok/sesuatu yang menginspirasi untuk tidak menyerah dengan nasib/takdir?

Mungkin tidak, karena saya juga sebenarnya mengikuti waktu saja, tidak terlalu yang merasa harus berjuang yang bagaimana. Lebih ke mengambil peluang yang ada di depan mata dan memaksimalkan kesempatan itu.

Apa tips buat melamar LPDP buat yang sibuk bekerja?

Note, saya S2 LPDP (dan) S3 BPI (Beasiswa Pendidikan Indonesia Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi).

Bahasa Inggris adalah kunci jadi sempatkan belajar bahasa Inggris setiap hari meskipun sedikit-sedikit. Jika memungkinkan ajak temen ngomong dan chat pakai bahasa Inggris meskipun mungkin tidak semua orang berkenan.

Persiapkan berkas administrasi dengan fokus, jangan setengah-setengah, kalau bisa ajak teman untuk mengoreksi sebelum di submit ke portal beasiswa agar tidak ada yang keliru.

Wawancara merupakan tahap yang bisa dianggap paling menentukan, jadi bisa sering-sering latihan/mock-up interview dengan teman atau senior yang sudah dapat beasiswa agar siap dengan segala bentuk pertanyaan ketika real interview.

Adakah pesan untuk siswa dengan situasi kurang beruntung di luar sana?

Pesan saya jangan menyerah, kalau misal kita tidak bisa menjadi orang yang cukup dukungan dana dari keluarga, setidaknya kita bisa menjadi anak yang rajin raih prestasi agar dapat dukungan dana dari pemerintah atau sumber lainnya yang tak disangka-sangka. Seperti Ketika saya ketemu mantan bos yang belum kenal sebelumnya tapi mau bantu nguliahin.




(nah/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads