Dua puluh bahasa daerah bakal direvitalisasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) di tahun 2023. Sehingga total ada 59 bahasa daerah yang masuk program revitalisasi Kemdikbudristek sejak 2021.
Demikian diungkapkan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Prof E Aminudin Aziz, MA, PhD dalam jumpa pers di Hotel Sultan, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Senin (13/2/2023).
Aminudin menjelaskan, 59 bahasa daerah tersebut berasal dari 22 provinsi. Peningkatan jumlah bahasa daerah yang direvitalisasi ini sudah sangat signifikan dibandingkan saat program revitalisasi ini dimulai 2021 lalu yakni 5 bahasa dari 3 provinsi dan 39 bahasa dari 13 provinsi di tahun 2022.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini lompatan besar dari 5, 39, 59, nambah 20 bahasa daerah tahun ini. Kenapa? Karena kami melihat potensi besar yang ada di masyarakat. Kalau Bapak-Ibu senang merevitalisasi bahasa daerah, kami persilakan biayai sendiri. Kami tidak punya duitnya. Karena memang tanggung jawab by law untuk pelestarian bahasa daerah itu ada di Pemda. Kami nanti akan kerjasama dengan Disdik atau Disbud agar bisa meningkatkan revitalisasi secara signifikan," jelas Aminudin.
Aminudin berbicara juga dalam konteks bahasa daerah yang belum masuk dalam program revitalisasi. Sedangkan bahasa daerah yang diinventarisasi untuk direvitalisasi totalnya adalah 718 bahasa daerah.
"Sampai kapan targetnya? Sematinya kita lah. 718 Bahasa daerah itu tidak akan mencapai targetnya," tutur Aminudin menjawab pertanyaan wartawan.
Sementara per 2019 sudah ada 11 bahasa daerah yang punah, menurut survei dari Badan Bahasa. Sedangkan di tahun 2021, Badan Bahasa Kemdikbud menginventarisasi ada 24 bahasa ibu mengalami kemunduran terancam punah.
"Revitalisasi bahasa ibu ini juga melihat vitalitas atau daya hidup bahasa ibu itu sendiri," imbuhnya.
Masih menurut data Badan Bahasa Kemdikbud, hanya 76% rumah tangga di Indonesia yang masih menggunakan bahasa daerah dalam rumahnya. Sisanya, menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa asing.
"Di-breakdown lagi, siapa yang paling malas menggunakan bahasa ibu, ternyata Gen Z dan generasi pasca Z," tuturnya.
39 Bahasa yang direvitalisasi hingga tahun 2022 seperti foto di bawah ini:
![]() |
Sedangkan 20 bahasa yang akan direvitalisasi tahun ini dari 9 provinsi adalah:
![]() |
- Aceh
Bahasa Gayo
- Sumatera Selatan
Bahasa Komering
Bahasa ogan
Bahasa Pedamaran
Bahasa Lematang
Bahasa Melayu Palembang
- Bengkulu
Bahasa Rejang
Bahasa Enggano
Bahasa Bengkulu Serawai
- Lampung
Bahasa Lampung
- Kalimantan Utara
Bahasa Bulungan
- Kalimantan Selatan
Bahasa Banjar
Bahasa Bakumpai
- Jawa Timur
Bahasa Jawa dialek Jatim
Bahasa Madura
- Sulawesi Barat
Bahasa Mandar
- Papua Barat
Bahasa Sough
Bahasa Moi
Kemdikbud ke UNESCO Berbagi Praktik Baik Revitalisasi Bahasa
![]() |
Hari Bahasa Ibu Internasional akan jatuh pada 21 Februari. Kepala Badan Bahsa Kemdikbud Prof Aminudin Aziz bersama dengan Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Andi Sudirman Sulaiman akan terbang ke kantor pusat The United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di Paris, Prancis.
"Kami akan berbagi praktik baik untuk revitalisasi bahasa daerah di Indonesia. Indonesia ini bahasa daerahnya jadi yang terbanyak kedua di dunia," tuturnya.
Sedangkan seremoni memperingati bahasa ibu sudah digelar Kemdikbud melalui Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) yang puncaknya digelar di Jakarta pada 12-16 Februari 2023.
Festival ini diadakan berjenjang dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi hingga nasional yang pesertanya siswa SD hingga SMP dari 13 Provinsi dengan kegiatan meliputi:
1. Membaca dan menulis aksara daerah
2. Menulis cerpen dalam bahasa daerah
3. Membaca dan menulis puisi
4. Mendongeng
5. Pidato
6. Tembang tradisi
7. Komedi tunggal (stand up comedy)
(nwk/pal)