39 dari 718 Bahasa Daerah di Indonesia Direvitalisasi Sepanjang 2022

39 dari 718 Bahasa Daerah di Indonesia Direvitalisasi Sepanjang 2022

Trisna Wulandari - detikEdu
Kamis, 15 Des 2022 17:30 WIB
Bahasa Jawa di Jepang dipakai di toko suvenir di Osaka
Bahasa Jawa di Jepang dipakai di toko suvenir di Osaka. Foto: Van Alvin/d'Traveler
Jakarta -

Sebanyak 39 bahasa daerah dari total 718 bahasa daerah di Indonesia direvitalisasi sepanjang 2022.

Praktik baik ini disampaikan Kepala Badan Pengembangan dan Bahasa (Badan Bahasa) E. Aminudin Aziz di perayaan High-level Celebration of the International Decade of Indigenous Languages (IDIL) oleh UNESCO Headquarters di Paris, Prancis, dikutip Kamis (15/12/2022).

"Tahun ini, 2022, kami telah merevitalisasi 39 bahasa daerah dan lebih dari 3,3 juta orang telah berpartisipasi. Saya pikir ini sukses besar," tutur Aminudin yang menjadi panelis di sesi diskusi Indigenous Languages for Social Inclusion: Quality Education, Knowledge Creation, and Advocacy tersebut.

Bahasa Daerah sebagai Ekspresi dan Identitas Budaya

Sebagai negara dengan 718 bahasa daerah, perwakilan Indonesia ditunjuk sebagai salah satu panelis diskusi bersama narasumber asal Kenya, Arab Saudi, Australia, dan Kamerun.

Aminudin menuturkan, Indonesia tidak mengenal bahasa 'indigenous', tetapi menggunakan istilah 'bahasa daerah'.

Bahasa daerah dituturkan anggota masyarakat untuk mengekspresikan dan mewakili identitas budayanya.

"Penggunaan bahasa daerah pun bisa sangat luas, tidak dibatasi wilayah administratif atau batas geografis tertentu," jelas Kepala Badan Bahasa tersebut.

"Di banyak wilayah di Indonesia, bahasa daerah juga menjadi bahasa ibu yang digunakan di lingkungan rumah atau rumah tangga," imbuhnya.

Anak Sekolah Pelajari Bahasa Daerah Sesuai Minat

Ditanya soal kebijakan negara untuk menjamin bahasa daerah terpelihara dengan baik dan dapat diakses anak sekolah masing-masing, Aminudin mengatakan, Merdeka Belajar Episode ke-17: Revitalisasi Bahasa Daerah menjadi inisiatif yang diusung pemerintah.

Ia menjelaskan, inisiatif Merdeka Belajar: Revitalisasi Bahasa Daerah memungkinkan semua peserta didik di sekolah dasar dan menengah mempelajari bahasa daerah mereka sendiri sesuai dengan minat belajar masing-masing.

Sementara itu, pemerintah mendukung penuh penyediaan guru dan fasilitator yang bekerja sama dengan pegiat bahasa daerah.

"Mereka (siswa) diberikan kebebasan penuh untuk memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan minatnya dan mereka akan mempelajari bahasa daerah tersebut dengan siswa lain yang memiliki minat yang sama saja," tutur Aminudin.


Aminudin mengatakan, dalam 2 tahun pelaksanaan, praktik revitalisasi bahasa daerah ini diterapkan siswa, guru, dan penutur bahasa lokal di seluruh penjuru Indonesia.

Ia berharap, praktik ini bisa dipertimbangkan negara-negara dengan kompleksitas bahasa yang mirip dengan Indonesia untuk turut diterapkan.

"Saling belajar dari negara lain merupakan salah satu butir yang masuk ke dalam Rencana Aksi Global untuk Dekade Bahasa Daerah yang dicanangkan oleh UNESCO," ucapnya.

Perayaan bahasa lokal di High-level Celebration of the International Decade of Indigenous Languages (IDIL) oleh UNESCO Headquarter bertujuan menarik perhatian global terhadap situasi kritis bahasa-bahasa lokal di dunia.

Gelaran ini juga menyediakan ruang terbuka untuk diskusi, berbagi praktik baik, presentasi proyek yang relevan, dan pertunjukan budaya. Harapannya, pergerakan pelestarian, revitalisasi, dan promosi bahasa daerah bisa jadi lebih besar.

Peringatan bahasa lokal ini dihadiri sekitar 600 orang termasuk perwakilan pemerintah tingkat tinggi, pemimpin dan pemuda adat, perwakilan PBB, organisasi nonpemerintah (NGO), peneliti, pendidik, seniman, dan perwakilan sektor publik dan swasta di seluruh dunia.



Simak Video "Cerita Vino G Bastian Kursus Bahasa Minang Demi Film 'Buya Hamka'"
[Gambas:Video 20detik]
(twu/faz)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia