6 Pesan BMKG soal Gempa: Awas Sesar Tak Terpetakan-Kenali Kondisi Tanah Rumah

6 Pesan BMKG soal Gempa: Awas Sesar Tak Terpetakan-Kenali Kondisi Tanah Rumah

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Jumat, 30 Des 2022 16:00 WIB
Mitigasi Bencana Gempa Bumi
Foto: Getty Images/iStockphoto/maroke
Jakarta -

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti 6 pelajaran dari kasus gempa selama 2022. Terutama gempa Cianjur M 5,6 yang menelan 334 nyawa, berasal dari sesar yang tidak terpetakan.

"Ada beberapa pelajaran yang perlu kita cermati beberapa akhir ini bahwa khususnya gempa Cianjur, belum terpetakan karena di daerah tersebut lebih populer dengan Sesar Cimandiri. Gempa ini berada di bagian barat lautnya," ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono.

Daryono mengatakan itu dalam webinar daring "Refleksi Gempa Tahun 2022, Bekal Siaga di Masa Mendatang", pada Jumat (30/12/2022).

Menurut Daryono, jika kita melihat meski belum ada peta sesar aktifnya, namun di daerah Cianjur ada aktivitas gempanya. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita untuk daerah yang tidak terpetakan tetapi hasil monitotring BMKG menunjukkan aktivitas yang aktif patut wasapada karena ada sumber gempa di sana.

Enam Pelajaran dari Gempa Selama 2022

1. Waspadai daerah dengan kluster aktif gempa namun belum terpetakan sesarnya

Daryono memaparkan kewaspadaan ini terutama di daerah yang banyak kluster gempa sepertu Sukabumi, Cianjur, Garut selatan, Kuningan, Subang, dan sekitar Danau Cirata.

2. Waspadai Gempa Shallow Crustal-Blind Fault

Daryono memaparkan ini adalah sesar aktif tetapi rekahannya atau rupturenya tidak nampak di permukaan.

"Nah apa yang terjadi di (Sesar) Cugenang itu (penyebab gempa M 5,6 Cianjur) belum terpetakan karena sesarnya tertutup sedimen yang sangat tebal sehingga belum terpetakan namun dengan metode geofisika bisa dikenali. Identifikasi sesar harus dikenali strukturnya dulu sehingga banyak sekali gempa-gempa meng-kluster berdasarkan metode geologi bisa dikenali," jelas dia.

3. Mengenali kondisi tanah di tempat kita tinggal

Jika gempa terjadi di tanah lunak tebal, maka akan mengalami resonansi dan konsep amplifikasi bermula dari terjadinya resonansi itu.

"Mewaspadai gempa dangkal, di tanah lunak, apalagi rumah di bawah standar aman gempa. Banyak yang rumahnya tidak memiliki besi tulangan yang kuat, tidak menahan goncangan, dangkalnya gempa jadi faktor penentu. Dengan gempa episenter dangkal, energi terlepaskan ke permukaan masih utuh, masih tetap kuat ditambah dengan tanah lunak bisa meresonansi atau memperkuat goncangannya. Kerusakan ini dapat menimbulkan korban jiwa. Gempa tidak membunuh, tapi bangunannya itulah yang bisa menimbulkan korban jiwa," jelas dia.

4. Solusi mitigasi gempa dengan bangunan tahan gempa atau bangunan yang strukturnya kuat

"Bangunan dari kayu atau bambu. Bangun rumah dari tembok jangan asal bangun tanpa ada besi tulangan yang kuat dan standar, semen diirit-irit buat balok, dan kolom lemah," saran dia.

5. Kenali dan latih cara selamat

Bagaimana memiliki keterampilan cara selamat adalah kunci selamat dari gempa. Daryono mencontohkan gempa Kobe Jepang pada 17 Januari 1995 pukul 05.46 waktu setempat. Mereka yang selamat setelah disensus ternyata hasilnya:

34,9% menyelamatkan diri sendiri
31,9% ditolong anggota keluarga
28,1% ditolong teman/tetangga
2,6% ditolong orang lewat
1,7% ditolong regu penyelamat

"Penguasaan pengetahuan penyelamatan saat gempa oleh diri sendiri, keluarga, dan komunitas sangat penting," jelas dia.

6. Jangan melupakan sejarah gempa

"Karena kita bisa menilai pada masa lalu betapa banyak gempa pada masa lalu menelan korban jiwa. Di Cianjur, pernah terjadi dan sangat merusak pada 28 Maret 1875, potret masa kolonial masih ada sampai sekarang. Generasi muda perlu mengenal sumber gempa di daerahnya," pesannya.



Simak Video "Gempa M 5,2 Guncang Kulon Progo DIY"
[Gambas:Video 20detik]
(nwk/nwy)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia