Viral Satu Keluarga Tewas di Kalideres, Pakar Unair Sebut Dugaan Penyebabnya

ADVERTISEMENT

Viral Satu Keluarga Tewas di Kalideres, Pakar Unair Sebut Dugaan Penyebabnya

Fahri Zulfikar - detikEdu
Rabu, 23 Nov 2022 20:32 WIB
Puslabfor Polri cek suhu dan kelembaban udara di rumah sekeluarga mengering di Kalideres, Jakarta Barat.
Foto: Puslabfor Polri cek suhu dan kelembaban udara di rumah sekeluarga 'mengering' di Kalideres, Jakarta Barat. (Rumondang Naibaho/detikcom)
Jakarta -

Belum lama ini publik digegerkan dengan penemuan satu keluarga di Perumahan Citra Garden Satu Extension, Kalideres, Jakarta, yang sudah meninggal. Penemuan itu memunculkan teka-teki terkait dugaan motif kematian keluarga yang berjumlah empat orang tersebut.

Hasil forensik menyebutkan bahwa korban meninggal dalam keadaan lambung kosong, sehingga diduga mati karena kelaparan.

Namun setelah diselidiki, jam kematian dari masing-masing korban berbeda. Selain itu, tidak ditemukan adanya racun dalam tubuh korban.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Mengenal Paham Apokaliptik

Menanggapi kejanggalan tersebut, Koordinator Prodi S2 Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Airlangga (Unair), Dr Prawitra Thalib SH MH turut memberikan penjelasan mengenai paham apokaliptik yang menjadi salah satu dugaan penyebab kematian.

Prawitra mengatakan, apokaliptik adalah sebuah paham yang percaya bahwa dunia sudah banyak kejahatan & maksiat dan akan diganti dengan dunia baru.

ADVERTISEMENT

"Para pengikut paham ini ingin meninggalkan dunia sebelum adanya penghakiman atau munculnya kiamat," jelasnya dikutip dari laman resmi Unair, Rabu (23/11/2022).

Tumbuh di Masyarakat yang Putus Asa

Pakar Unair menyebut, para penganut paham apokaliptik memiliki spekulasi bahwa mereka lebih baik mengakhiri hidup dengan lebih terhormat sebelum terjadinya kiamat.

Keterbatasan diri dan putus asa terhadap sistem kehidupan yang ada, merupakan salah satu penafsiran pesimisme dari para pengikut paham ini.

"Apokaliptik tumbuh subur dalam lingkup masyarakat yang putus asa pada suatu sistem dan menganggap ini adalah hukuman Tuhan sehingga mereka lebih baik menghadap Tuhan sebelum Tuhan memanggil mereka," tutur Prawitra.

Cara Pandang Apokaliptik terhadap Kematian

Selain dengan melaparkan diri, banyak penyebab kematian yang ditempuh para pengikut apokaliptik. Misalnya dengan menggunakan media berupa racun yang dicampurkan pada makanan atau minuman yang dikonsumsi.

Prawitra menjelaskan bahwa paham apokaliptik ada di berbagai negara, baik dari golongan berpendidikan maupun tidak.

"Intinya, mereka berdedikasi untuk melakukan tindakan mengakhiri hidup," jelasnya.

Lebih lanjut Prawitra mengatakan, pemahaman semacam ini bisa muncul akibat kesalahpahaman ajaran spiritual yang berakibat fatal pada keyakinan proses kematian.

Menurutnya, seseorang perlu waspada jika ada pemahaman yang mengajarkan mengakhiri hidup sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Dibutuhkan Pemahaman Spiritual

Agar bisa terhindar dari pemahaman yang menyimpang tersebut, menurut Prawitra, diperlukan penanaman keyakinan bahwa ajaran agama yang baik pasti tidak mengajarkan untuk menyakiti dan/atau menghilangkan nyawa diri sendiri atau orang lain.

"Jika menemukan hal tersebut dalam sebuah ajaran agama, maka kita harus meninggalkan hal tersebut karena berpotensi mengandung pemahaman ekstrimisme dan radikalisme," tutur Prawitra.

Dugaan Kematian Keluarga di Kalideres

Sementara itu, terkait kasus yang ada di Kalideres, Prawitra menyampaikan bahwa pihak kepolisian perlu melihat adanya hubungan keluarga dengan jaringan komunitas pengikut sekte lainnya, atau memang keluarga tersebut yang memulai menciptakan sekte baru.

Sehingga dapat ditemukan dengan jelas penyebab kematian yang diduga kuat pengikut apokaliptik.

"Dengan adanya bukti baru, bahwa ditemukannya berbagai buku bacaan berbagai agama bisa menjadi fase dimana mereka sedang mencari tahu dengan berikhtiar lewat membaca buku tersebut dan mereka tidak menemukan agama yang sempurna. Keputusasaan tersebut bisa mempengaruhi kuat mereka untuk menganut apokaliptik," papar Prawitra.

Hingga saat ini, kasus keluar di Kalideres masih menimbulkan banyak tanda tanya karena tidak ditemukan tanda kejahatan, kekerasan, perusakan barang, ataupun kehilangan barang. Sehingga belum ada alasan kuat yang mengarah ke dugaan pembunuhan.

"Perlu penyelidikan yang kuat untuk mengetahui akar dari kematian keluarga tersebut," tutup pakar Kajian Ilmu Kepolisian Unair tersebut.




(faz/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads