Keren! 2 Mahasiswa Pascasarjana Unair jadi Pembicara di Markas FBI AS

ADVERTISEMENT

Keren! 2 Mahasiswa Pascasarjana Unair jadi Pembicara di Markas FBI AS

Devi Setya - detikEdu
Selasa, 11 Okt 2022 19:00 WIB
Mahasiswa Pascasarjana Unair jadi Pembicara di FBI
Mahasiswa Pascasarjana Unair jadi Pembicara di FBI Foto: Humas Unair
Jakarta -

Tahun 2021 lalu, tepatnya bulan April terungkap kasus pemalsuan website resmi pemerintah Amerika Serikat yang dilakukan oleh Warga Negara Indonesia (WNI). Kasus ini terbongkar berkat dua mahasiswa Pascasarjana Universitas Airlangga (Unair).

Terungkap ada dua pelaku pemalsuan website yang sengaja melakukan tindak kejahatan dengan tujuan mendapatkan data pribadi warga negara Amerika Serikat. Pemalsuan situs tersebut dilakukan untuk menggelapkan dana bantuan Covid-19 bagi warga Amerika.

Dua tersangka ini berhasil diciduk pihak kepolisian yang bekerjasama dengan Federal Bureau of Investigation (FBI) Amerika Serikat. Dalam proses penangkapan tersangka, terdapat dua mahasiswa pascasarjana Unair yang ikut membantu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari laman resmi Unair (11/10/2022) dua mahasiswa Magister Kajian Ilmu Kepolisian Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga secara resmi diundang oleh pemerintah Amerika Serikat ke markas besar Federal Bureau Investigation (FBI), di Cleveland, Ohio.

Dua mahasiswa Unair bernama Eko Mangku Cipto dan Harianto Rantesalu ini berhasil membongkar kasus DMV Website Scampage milik pemerintah Amerika Serikat.

ADVERTISEMENT

Teknik Penyelidikan Pemalsuan Website

Eko dan Harianto bukan hanya diundang untuk hadir di markas besar FBI tetapi juga berkesempatan menjadi pembicara. Mereka akan memaparkan teknik penyelidikan dan penyidikan terhadap dua tersangka kasus pemalsuan website yang kini telah resmi ditahan oleh pihak kepolisian.

"Kasus yang dalam penanganannya melibatkan dua institusi yaitu FBI dan Polda Jawa Timur dengan tim siber Ditreskrimsus (Direktorat Reserse Kriminal Khusus) ini menurut Kapolda Jatim, Nico Afinta mengatakan bahwa data pribadi tersebut digunakan untuk mencairkan dana PUA (Pandemic Unemployment Assistance) atau dana bantuan untuk pengangguran warga negara Amerika senilai USD 2000 setiap satu data orang dan juga untuk dijual lagi seharga USD 100 setiap satu data orang," beber Eko.

Eko juga menjelaskan data yang berhasil dicuri dua pelaku ini melalui percakapan Whatsapp dan Telegram berjumlah lebih dari 30.000 data.

Untuk diketahui link website palsu pemerintah Amerika Serikat ini telah disebar ke 20.000.000 nomor telepon warga negara Amerika Serikat. Dari jumlah ini tersangka berhasil mengumpulkan sekitar 30.000 data dari warga 14 Negara Bagian di Amerika Serikat.

Melalui kejahatan ini, kedua tersangka menerima imbalan berupa mata uang crypto bitcoin yang bisa dikonversikan ke mata uang Rupiah. Seorang pelaku disinyalir sudah meraup Rp 420 juta dan satu tersangka lainnya berhasil meraup Rp 60 juta dari aksi ini.




(dvs/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads