Memasuki tahun ketiga mengajar Bahasa Inggris di SMP Negeri 3 Kota Sukabumi, Savitri Mutia Agustine menangkap sebuah ironi. Nuraninya terusik begitu tahu masih ada anak di sekitar sekolah tempatnya mengajar yang justru belum bisa membaca dan menulis.
"Beberapa tak sekolah karena kondisi ekonomi orang tua. Anak-anak juga tak punya lahan untuk bermain sehingga banyak yang nongkrong atau berkeliaran di jalanan," tutur Savitri saat ditemui di kediamannya di Jalan Cikujang, Warudoyong, Sukabumi beberapa waktu lalu. Mereka, ia melanjutkan, baru bisa leluasa bermain bila musim panen tiba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya selepas mengajar Savitri meluangkan waktu untuk menemui orang tua dan membujuk anak-anak untuk mau belajar membaca, menulis, dan berhitung. Pada 2008 dia merintis Taman Bacaan Mayarakat (TBM) di rumah kontrakannya. Koleksi buku dikumpulkan dari teman-teman sesama guru dan kenalan yang berdonasi. Setiap kali habis gajian, Savitri juga biasa berburu buku diskonan ke beberapa penerbit.
"Semula sih cuma 3-5 anak yang rutin datang untuk belajar, lama-lama jumlahnya sampai 40 anak. Mereka betah berlama-lama membaca dan saling tukar cerita," kata lulusan Sastra Inggris dari Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan Siliwangi, 2002 itu.
Ternyata beberapa temannya mengajar di SMP Negeri 3 juga tertarik dengan langkah Savitri. Di antara mereka ada yang ikut meluangkan waktu mendampingi anak-anak. Di hari tertentu bahkan suka menggelar eksperiman praktik ilmu pengetahuan alam secara sederhana.
"Teman saya yang mengajar IPA, misalnya, menusuk plastik berisi air dengan pensil tapi air di dalam plastik tidak tumpah. Wah, itu bikin anak-anak takjub," tutur Savitri.
Ketika menikah dengan Dede Yunus, karyawan swasta, pada 2009, aktivitas di kontrakannya bertambah. Sang suami rupanya punya ketertarikan yang sama terhadap anak-anak.
Kebetulan dia juga punya kemampuan mengaji dan ilmu agama yang lebih. "Jadi, anak-anak belajar mengaji. Semuanya gratis," kata Savitri yang diamini Dede Yunus.
Tak cuma itu. Dede juga yang kemudian membuatkan rak-rak agar seribuan buku koleksi TBM lebih tertata. Pada 2012, ia dan suami sepakat menambahi TBM dengan kata Ma'murina. Artinya, "Agen yang ditugaskan untuk mengajak pada kemajuan".
Pada Kamis (28/7/2020), Savitri hadir di Auditorium Bank Mega untuk makan malam dengan pendiri CT Corp, Chairul Tanjung (CT). Ia bersama 59 orang lainnya terpilih dari sekitar 13 ribu pembaca buku "Si Anak Singkong" yang mengaku terinspirasi dan ingin menimba ilmu langsung dari CT.
(jat/erd)