Ardhariksa Zukhruf Kurniullah boleh dibilang dosen langka. Di tengah kesibukannya mengajar, dia juga memanfaatkan minat dan kemampuannya di bidang digital untuk membuat platform terkait pengajaran.
Selain aplikasi gurumerdeka.id yang telah diluncurkannya pada akhir 2021, kini dia tengah menyiapkan kampus maritim berbasis cyber. Tentu saja maritim tak melulu dimaknai dengan industri perikanan dan perkapalan. Lebih luas dari itu, masalah ekspedisi pun merupakan bagian dari maritim.
"Di era digital ini saya ingin kembali mewujudkan mimpi besar Presiden Sukarno, sekaligus membantu mewujudkan visi Presiden Jokowi di bidang maritime," kata Ardhariksa yang baru saja menjalani ujian disertasi doktoral di Universitas Negeri Sebelas Maret kepada detikEdu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada pertengahan 1960-an, dia melanjutkan, Presiden Sukarno atas sokongan Uni Soviet (Rusia) pernah berencana membangun Institut Oceanografi di Ambon. Daerah ini dipilih karena punya tradisi kemaritiman yang kuat. Materi yang akan diajarkan antara lain soal desain dan konstruksi kapal, mesin dan perbaikan kapal, hingga industri perikanan.
Kampus yang akan selesai dibangun pada 1966 itu diperkirakan bakal menampung 1000 mahasiswa dan 100 tenaga administrasi. Soviet akan mengirim 30 dosen terbaiknya dari Leningrad Shipbuilding Institute, dan akan menerjemahkan 22 buku terkait kemaritiman yang akan dicertak sebanyak 15 ribu eksemplar. Sayang, perubahan kondisi politik nasional memupus semua rencana tersebut.
"Dengan memanfaatkan teknologi informasi yang kian canggih, infrastrukur pendidikan kampus maritim berbasis cyber bisa dibuat lebih murah," ujar Ardhariksa optimistis.
Dia memperkirakan, biaya per mahasiswa hanya sekitar Rp 2,5 juta. Untuk tahun pertama sedikitnya 3.000 mahasiswa bisa ikut belajar. Sebagai Dewan Pakar Pendidikan dan Ekonomi Maritim Digital di Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir, Ardharika menghitung tiap daerah bisa mendaftarkan 10 siswa terbaiknya.
Apabila saat ini ada sekitar 300 daerah, bila dikalikan 10 berarti ada 3.000 siswa. "Biaya per siswa cuma Rp 2,5 juta. Ini tentu akan sangat terjangkau untuk setiap daerah," tegasnya.
Punya kisah luar biasa lainnya? Ceritakan perjuangan hidup atau perjalanan bisnis Anda yang terinspirasi dari Chairul Tanjung Si Anak Singkong. Dengan begitu, Anda berkesempatan untuk makan malam dan berdialog bersama Chairul Tanjung.
Cukup download buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong secara gratis di sini.
(jat/erd)