Kisah Oppa June Huh, Sempat DO di SMA Kini Raih Medali Tertinggi Matematika

ADVERTISEMENT

Kisah Oppa June Huh, Sempat DO di SMA Kini Raih Medali Tertinggi Matematika

Nikita Rosa - detikEdu
Kamis, 07 Jul 2022 17:45 WIB
June Huh, matematikawan keturunan Korea-Amerika peraih Fields Medal 2022
June Huh, matematikawan keturunan Korea-Amerika peraih Fields Medal 2022 (Foto: dok. Princeton University)
Jakarta -

June Huh adalah seorang profesor matematika di Universitas Princeton, Amerika Serikat. Di usianya yang belum genap 40 tahun, ia telah dianugerahi Fields Medal, penghargaan tertinggi dalam bidang Matematika.

Penghargaan yang sering disebut "Nobel Prize of mathematics" ini dianugerahkan pada June dan tiga matematikawan lainnya dalam 2022 IMU Award Ceremony di Helsinki, Finlandia awal Juli lalu.

Dikutip dari laman Princeton University, penelitian ilmuwan keturunan Korea ini berfokus pada geometri, topologi, dan aljabar kombinatorika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Uniknya, di masa kecil dan remaja June tidak memiliki minat sama sekali pada matematika. Ia baru menemukan kecintaannya pada bidang ilmu ini di penghujung jenjang sarjana.

June bahkan sempat putus sekolah untuk menjadi seorang penyair saat masa remaja. Ia bermalas-malasan dalam mengerjakan tugas dan akhirnya drop out dari SMA. Ini kisah June.

ADVERTISEMENT

Sempat Drop Out

June lahir pada tahun 1983 di California, tempat orang tuanya menyelesaikan sekolah pascasarjana. Keluarganya kemudian pindah ke Seoul, Korea Selatan, ketika Huh berusia sekitar 2 tahun. Di sana, ayahnya mengajar Statistik sementara ibunya mengajar bahasa dan sastra Rusia.

Meski datang dari keluarga akademisi, sekolah sangat menyiksa baginya. June suka belajar tetapi tidak bisa fokus atau menyerap apa pun di ruang kelas.

Ironisnya, pelajaran sekolah yang sangat ia hindari adalah matematika. Ayahnya pernah mencoba mengajarinya dari buku soal. Namun alih-alih mencoba menjawab dengan benar, Huh akan menyalin kunci jawaban yang ada di bagian belakang buku.

Ketika ayahnya mengetahui tingkahnya dan kemudian merobek halaman dari kunci jawaban, June tak hilang akal. Ia pergi ke toko buku, menemukan buku soal, dan menyalin jawaban di sana.

"Dia (ayah Huh) menyerah pada saat itu," kata June dikutip dari Quanta Magazine, Selasa (5/7/2022).

Kepada New York Times, June mengatakan, "Saya sangat bagus di semua pelajaran kecuali matematika."

Ketika dia berada di tahun kedua SMA, dia memutuskan untuk berhenti sekolah. Ia ingin belajar menulis puisi dengan tekun dan membuat suatu mahakarya sebelum harus berkuliah.

"Tapi itu tidak pernah terjadi," candanya.

June merasa kesulitan dalam menulis puisi. Akhirnya ia kembali terjun dalam ranah akademik dengan mengambil jurusan Astronomi dan Fisika di Universitas Nasional Seoul.

Bukan mahasiswa yang spektakuler, June sering kali bolos kelas hingga mengulang mata kuliah. Untungnya ia menemukan Profesor Heisuke Hironaka, seorang matematikawan yang menumbuhkan kecintaannya pada matematika.

Kisah Pertemuan June dengan Matematika >>>



Bertemu dengan Matematika

June butuh enam tahun untuk lulus. Pada tahun keenam itu, ia mendaftar di kelas yang diajarkan oleh ahli matematika Jepang terkenal Heisuke Hironaka, pemenang Fields Medal pada tahun 1970.

Bukan hanya pesona profesornya yang menarik June, tapi juga matematika itu sendiri. Untuk pertama kalinya, ia menyaksikan penelitian matematika berlangsung secara nyata.

Kuliah Hironaka mendorong mahasiswa untuk melakukan temuan-temuan baru. Ia tidak mengajar dengan menyederhanakan materi, namun memberikan dasar matematika dan mengajak mahasiswa untuk menyelesaikan masalah bersama.

"Itu sangat berbeda dari mengamati matematika mentah ini di depan matamu," kata June.

Profesor Hironaka akhirnya menyadari ketekunan dan antusiasme June. Setelah June lulus, ia segera memulai program master di Seoul National University sambil terus mengikuti Profesor Hironaka.

Di waktu luang ia akan mengikuti Hironaka ke Jepang sambil membahas matematika (https://www.detik.com/tag/matematika).

Dari Drop Out ke Mahasiswa Doktor

Kecintaannya pada matematika membuatnya tidak berhenti belajar. June mendaftar ke lebih dari 12 program doktoral di Amerika Serikat. Tetapi karena pengalaman sarjananya yang "biasa-biasa saja" dia ditolak oleh semuanya kecuali satu.

Pada tahun 2009, ia memulai studinya di University of Illinois, Urbana-Champaign, sebelum pindah ke University of Michigan pada tahun 2011 untuk menyelesaikan gelar doktornya.

Terlepas dari tantangan yang ada, June mampu mendedikasikan dirinya sepenuhnya untuk matematika, dan dia menikmati kebebasan eksplorasi yang ia miliki.

June langsung menarik perhatian. Sebagai mahasiswa pascasarjana awal di Illinois, ia membuktikan logika dalam teori graf yang telah menjadi perdebatan selama 40 tahun. Selain itu ia juga berfokus pada geometri aljabar dan teori singularitas.

Menemukan solusi pada kedua bidang ini, mengejutkan komunitas matematika. Pada saat itulah Universitas Michigan, yang awalnya menolaknya untuk jenjang Doktor, merekrutnya kembali.

Pencapaian Huh sangat mengesankan bukan hanya karena dia telah memecahkan berbagai teori matematika, namun juga menunjukkan kompleksitas dalam setia bidang geometri.

June juga disegani karena sikapnya. Pada setiap konferensi, June akan menjelaskan sesuatu dengan konkret dan bahasa yang mudah dipahami. Bahkan saat berbicara langsung, peraih medali matematika itu akan bertutur kata dengan lembut dan pelan.


Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads