Anak Tak Lolos SBMPTN 2022? Psikolog Sarankan Ini buat Ortu

ADVERTISEMENT

Anak Tak Lolos SBMPTN 2022? Psikolog Sarankan Ini buat Ortu

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 24 Jun 2022 13:00 WIB
Pengumuman SBMPTN 2022
Saran untuk ortu dari psikolog, jika anak tidak diterima SBMPTN 2022. Foto: Tim Infografis
Jakarta -

Pada pengumuman SBMPTN 2022, Kamis (23/6/2022), Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) menyatakan 192.810 peserta diterima. Sementara, persaingan tahun ini melibatkan 800.852 peserta. Berarti ada lebih dari 600 ribu peserta yang belum berhasil.

Melihat fakta tersebut, rasa kecewa atau sedih mungkin hinggap pada para peserta yang tidak lolos maupun para orang tuanya. Namun, realitas tersebut mau tidak mau harus diterima.

Agar mampu menghadapinya dan tak sampai putus asa, psikolog pendidikan dari Universitas Pembangunan Jaya (UPJ), Runi Rulanggi membagikan beberapa tips, khususnya untuk para orang tua yang masih perlu terus mendampingi anaknya melanjutkan ke perguruan tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tips untuk Ortu Jika Anak Tidak Diterima SBMPTN

Menurut psikolog yang akrab disapa Anggi itu, tentunya orang tua memiliki ekspektasi yang besar supaya anaknya bisa melanjutkan ke jenjang universitas.

Namun, Anggi menegaskan bahwa orang tua tetap perlu menerima anaknya, terlepas dari kenyataan bahwa anaknya tidak lulus jalur SBMPTN 2022 ini.

ADVERTISEMENT

"Orang tua perlu menerima kondisi apapun anaknya. Dia berhasil atau dia gagal, ya itu kan, anak mereka juga. Perlu diterima meskipun itu perlu waktu," ungkap lulusan magister Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) itu (23/6/2022).

"Karena itu kunci lah, supaya nanti bisa menemukan cara untuk bangkit lagi," Anggi melanjutkan.

Dia menyatakan, sebelum memotivasi kembali si anak, orang tua perlu memberikan apresiasi terlebih dahulu.

"Tetap berikan apresiasi, baru setelah itu dibangkitkan kembali motivasinya agar dia itu tidak berhenti di sana," kata Anggi.

"Tetap dukung anak sih, tetap support anak, memotivasi anak. Berikan apresiasi. Jadi meskipun mereka gagal, mereka sudah berusaha kan," katanya lagi.

Kemudian, langkah berikutnya menurut Anggi adalah mencari alternatif kampus lain atau mempersiapkan diri untuk ikut seleksi tahun depan (gap year).

"Barangkali, selama ini standarnya di perguruan tinggi yang mungkin istilahnya saingannya banyak," ujarnya.

Walau begitu, dia juga mengatakan pentingnya melihat kembali kemampuan anak yang bersangkutan. Sekaligus menelusuri kembali pada saat sekolah dahulu, kemampuan mereka seperti apa.

"Mungkin bisa melihat lagi dengan kemampuan anaknya, terus dilihat pada saat sekolah dulu dia itu gimana sih, kemampuannya. Kalau misalnya biasanya juga rata-rata, dari kecil sampai lulus SMA ya rata-rata terus inginnya anaknya masuk ke perguruan tinggi favorit kan berarti kurang realistis," jelas Anggi.

Dia menilai, apabila kemampuan anak tidak cukup setara dengan universitas yang diinginkan, maka standar bisa diturunkan. Sebab, ada kemungkinan siswa bersangkutan mampu lebih berkembang meski bukan di perguruan tinggi terfavorit.

"Katakanlah perguruan tinggi itu bukan perguruan tinggi yang nomor satu, tapi siapa tahu kalau misalnya masuk ke sana dia lebih berkembang," ujar Anggi.

Menurutnya, orang tua pun bisa menanyakan menanyakan kembali keinginan anaknya. Mereka bisa bertanya sebenarnya apa jurusan yang diinginkan oleh anaknya.

"Karena bisa saja selama ini itu keinginannya orang tua, bukan keinginan anaknya. Sehingga (nanti) anaknya tidak maksimal di sana," ucap Anggi.

Terakhir, supaya orang tua tak sampai bersikap toksik kepada anak dan bisa menghadapi kenyataan ketika melihat anak orang lain lulus SBMPTN, Anggi menegaskan perlunya bersyukur.

"Bersyukur, tetap bersyukur. Coba lihat ke bawah. Jangan melihat ke atas melulu. Kita lihat orang tua-orang tua lain yang mereka barangkali punya anak disabilitas, barangkali tidak punya anak. Jadi, mereka kan lebih beruntung ya," beber Anggi.

Dia juga menyarankan agar orang tua memandang ke arah perspektif yang berbeda.

"Ini kan hanya satu step, katakanlah step ini tertunda. Cuma lihatlah dari sudut pandang yang berbeda, dari perspektif yang berbeda. Melihat itu sebagai sebuah cara kita untuk lebih mensyukuri apa yang kita dapat saat ini," katanya.

"Baru setelah itu tindak lanjutnya nanti kalau mau belajar lagi, mau melakukan strategi apa untuk anaknya supaya anaknya mencoba lagi, ya silakan. Tapi itu dulu (bersyukur)," kata dia memberi saran kepada orang tua yang anaknya tak lulus SBMPTN tahun ini.




(nah/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads