Boneka Tali Jadi Media Kreatif Pembelajaran Life Skill Anak PAUD-SD

ADVERTISEMENT

Boneka Tali Jadi Media Kreatif Pembelajaran Life Skill Anak PAUD-SD

Kristina - detikEdu
Minggu, 01 Mei 2022 14:00 WIB
NanoNani Show, boneka tali menjadi salah satu media kreatif pembelajaran life skill pada anak.
NanoNani Show, pertunjukan boneka tali yang menjadi salah satu media kreatif pembelajaran life skill pada anak. Foto: Facebook/NanoNani Show
Jakarta -

Kecakapan hidup (life skill) merupakan kecakapan dasar yang harus dimiliki setiap orang untuk bisa menjalankan kehidupan sehari-hari. Kecakapan ini dapat diajarkan sejak dini melalui berbagai metode.

Aris Ananda, seorang pegiat pendidikan yang juga Chairman HACI Agency, memilih untuk mengajarkan life skill menggunakan media boneka tali. Berbekal cerita 'NanoNani Show' dan keterampilan membuat marionette craft, rupaya anak-anak begitu antusias menerima pesan tersirat yang ada di dalamnya.

"Kami melakukan show yang menyelipkan di dalam cerita-ceritanya ada mengenai life skill, mengenai empati, mengenai kita punya rasa hormat sehingga kita menolong orang lain," ucap Aris saat berbincang dengan detikEdu pekan lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'NanoNani Show' merupakan pertunjukan boneka tali yang dibawakan oleh pendongeng profesional dengan mengusung sejumlah karakter. Di antaranya Nano Nani, Amomo si usil, Opah Kirmin seorang profesor yang sederhana, dan Paman Bonbon yang baik hati dan lucu.

Adapun, marionette craft merupakan metode pengajaran life skill melalui kerajinan tangan (puppet craft program). Metode ini diajarkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Sasarannya adalah siswa kelas 4 dan 5.

ADVERTISEMENT

"Kalau dalam pengajaran puppet craft itu kelihatan sekali mereka antusias di crafting. Karena crafting ini kan kalau kita bicara mengenai kreativitas, crafting itu untuk anak-anak lebih tepat dibandingkan art sebenarnya," tambah Aris.

Penanaman life skill pada anak usia dini dan sekolah dasar ini dikemas sedemikian apik dengan model edutainment oleh Aris dan tim. Di puppet craft program, terdapat empat level pendidikan yang telah diselaraskan dengan Kurikulum 2013--berbasis kecakapan.

Keempatnya adalah level junior one, junior two, intermediate, dan advance. Artinya, mulai dari level basic, menengah, hingga lanjutan semua diajarkan secara bertahap kepada anak-anak.

Pria yang kesehariannya aktif menulis dan berbagi tips edukatif lewat media sosial ini mencontohkan, "Misalnya di level junior one itu pengenalan bentuk tali, kubus, dan bola. Jadi, materi craftingnya itu bisa pengenalan bentuk tali, kubus, dan bola."

"Tapi kemudian itu bisa menjadi bagian materi kecakapan hidup. Misalnya adalah mengenal rasa takut gitu. Ini contoh aja misalnya kan sambil instrukturnya mengenalkan bentuk tali, kubus, dan bola gitu, nah instruktur bisa bertanya mengenai pengalaman anak-anak," sambungnya.

Selipan-selipan materi semacam itulah yang kemudian melatih life skill anak agar mengenali berbagai situasi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan bekal bagi anak untuk beradaptasi dalam situasi yang akan datang.

Pembelajaran life skill menggunakan boneka tali ini sudah berjalan empat tahun. Tonggaknya pada Oktober 2018 lalu saat pertama kali mengadakan Marionette Weekend di Jaktim Village.

Usia yang Tepat untuk Mengajarkan Life Skill

Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Jovita Maria Ferliana mengatakan, pembelajaran life skill lebih baik dilakukan sejak anak usia dini. Sebab, kecakapan hidup merupakan kecakapan yang seharusnya terencana.

Kecakapan dasar ini bisa diajarkan sejak anak usia dua tahun hingga usia sekolah dasar. Semakin dini mengajarkan life skill pada anak, kecakapan tersebut juga semakin tertanam sebagai suatu kebiasaan. Begitu kata Jovita.

Ada empat jenis life skill yang dapat diajarkan kepada anak sesuai jenjang usia. Di antaranya life skill personal, life skill sosial, life skill intelektual, dan life skill vokasional.

Life skill personal berkaitan dengan kegiatan pribadi sehari-hari. Contohnya merapikan kamar, merapikan mainannya setelah bermain, mandi sendiri, makan sendiri, hingga membersihkan barang-barangnya sendiri.

Kemudian, life skill sosial adalah kecakapan yang berkaitan dengan hubungan atau interaksi anak dengan lingkungannya. Contohnya mengajarkan cara berkomunikasi kepada orang yang lebih tua, melatih berbagi, hingga mengajarkan cara menghadapi konflik.

Pada life skill intelektual anak akan belajar tentang kemampuan dalam hal kognitif, seperti angka dan bahasa. Kecakapan ini dapat diajarkan melalui menaiki anak tangga, menghitung jumlah anggota keluarga, hingga memahami kosakata yang digunakan di rumah.

Terakhir, life skill vokasional adalah kecakapan yang berkaitan dengan pekerjaan tertentu. Misalnya mengajarkan jenis-jenis profesi kepada anak yang ada di lingkungan sekitar.

"Jadi yang namanya life skill itu memang ada jenjangnya sesuai dengan tingkatan usianya. Contohnya kalau usia 2-3 tahun misalnya, itu akan lebih simpel ya daripada kita mengajarkan untuk anak SD," ucap Jovita kepada detikEdu pekan lalu.

Anak Mudah Menangkap Pesan Lewat Indera

Menurut Jovita, anak akan lebih mudah menangkap suatu pesan lewat sistem sensorik atau panca indera. Dengan demikian cara mengajarkan life skill dapat dilakukan melalui apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah mengajarkan dengan disertai contoh langsung. Ini dapat dilakukan di lingkungan keluarga secara konsisten dan juga di lingkungan sekolah.

"Makanya kalau mau mengajarkan anak usia dini ya memang harus mengajarkan dengan contoh juga. Misalnya kasih contoh di sekolah untuk menyapa semua orang yang ditemui, jadi kan gurunya ngasih contoh nih," terang konselor dan pembicara webinar ini.

Pendidikan Life Skill dengan Boneka Tali

Penulis buku Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi Aktif Pada Anak Usia Dini ini mengatakan, media boneka tali juga efektif untuk menanamkan life skill pada anak, terlebih jika diajarkan pada anak kelas 4 SD. Sebab, anak usia tersebut sudah mampu mengaitkan apa yang dilihat dalam bentuk boneka ke dalam aplikasi di kehidupan nyata.

Tak menutup kemungkinan, pembelajaran life skill dengan metode boneka tali tetap relevan diajarkan pada siswa jenjang SMA. Menurut Aris, jika pada level ini pembelajaran akan lebih mengarah pada kreativitas. Jovita pun juga sependapat dengan hal ini.




(kri/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads