Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Mita Saputri menempuh kuliah jenjang S1 dengan beasiswa Bidikmisi. Dalam 3 tahun 4 bulan, Mita lulus kuliah pada Februari 2022 dengan predikat cum laude dan IPK 3,68.
Mita menuturkan, ia semula masuk jajaran the best five paralel jurusan IPA di sekolahnya, SMAN 1 Rowokele Banyumas, Jawa Tengah. Setelah lulus pada 2017 silam, ia harus menunggu setahun atau gap year untuk mendaftar masuk perguruan tinggi karena keterbatasan ekonomi.
Ia bercerita, kedua orang tuanya juga sempat kaget mendengar keinginan Mita untuk kuliah. Sebab, sang ayah yang seorang buruh tani dan ibu seorang penjahit tidak mampu membiayainya kuliah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tentu bagi mereka berat untuk menyekolahkan anaknya di jenjang kuliah. Biaya kuliah, biaya pendidikan, buku, dan juga living cost tentu sangat mahal untuk orang kecil seperti kami," kata Mita dalam keterangan tertulis, Selasa (5/4/2022)
Usaha Meraih Beasiswa Kuliah
Gadis warga Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen, ini lalu mendapat informasi adanya beasiswa Bidikmisi dari guru bimbingan konseling di sekolahnya, Rumiyani, S.Pd.
Ayah Mita, Turmudi, menuturkan dirinya sempat ragu sang anak bisa mendapat beasiswa tersebut.
"Pada awalnya saya masih merasa ragu karena belum ada kepastian diterima atau tidaknya. Tapi saya mulai yakin saat ada tetangga kami yang diterima di UNY melalui Bidikmisi, yaitu Enggista Hendriko Delano di Fakultas Ilmu Keolahragaan," kata Turmudi.
Karena itu, Mita dan keluarganya yakin bisa mendapat beasiswa Bidikmisi. Selama menunggu setahun, perempuan kelahiran 1999 ini berjualan di kantin SMPN 1 Ayah dari pukul 06.00 WIB hingga 14.00 WIB. Di sela kesibukannya, Mita juga berusaha tekun belajar soal-soal SBMPTN.
"Setiap membantu berjualan, saya membawa ransel besar berisi dua buku King SBMPTN," kata Mita.
Mita berhasil lolos jalur SBMPTN di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, UNY pada 2018. Namun, ia kaget karena namanya tidak tercantum dalam penerima beasiswa per Oktober 2018. Rupanya, saat itu ada pengurangan kuota Bidikmisi akibat bencana gempa Palu. Namun, nama Mita akhirnya ditetapkan sebagai penerima Bidikmisi setelah ada pengumuman tambahan pada Januari 2019.
Kendati mendapat beasiswa, Mita menuturkan, ia tetap aktif di berbagai kegiatan non mata kuliah. Di samping itu, ia juga bekerja agar bisa mendapat penghasilan tambahan. Upaya ini juga dilakukannya saat menempuh pendidikan S2.
Seperti apa perjuangan Mita menyandang beasiswa kuliah S1 sambil bekerja sehingga bisa lulus dalam waktu singkat dan predikat cum laude? Kisah Mita selengkapnya bisa disimak DI SINI.
(twu/nwy)