Kematian Massal Burung Pipit di Bali, Begini Hasil Uji Labnya

ADVERTISEMENT

Kematian Massal Burung Pipit di Bali, Begini Hasil Uji Labnya

Trisna Wulandari - detikEdu
Jumat, 17 Sep 2021 20:00 WIB
Video burung-burung dalam keadaan basah berjatuhan di tanah viral di medsos. Video yang dibagikan sejumlah itu disebut terjadi di Bali. (Facebook Dek Eko)
Foto: Video burung-burung dalam keadaan basah berjatuhan di tanah viral di medsos. Video yang dibagikan sejumlah itu disebut terjadi di Bali. (Facebook Dek Eko)
Jakarta -

Kematian massal burung pipit terjadi di daerah pekuburan di Kabupaten Gianyar, Bali baru-baru ini. Fenomena tersebut pun dicek dengan melakukan uji laboratorium. Hasil uji laboratorium kematian massal burung pipit tersebut telah keluar. Bagaimana hasilnya?

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar Made Santiarka mengatakan, hasil uji laboratorium di Bali dari Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar menunjukkan bahwa burung-burung tersebut tidak terkena penyakit infeksius.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kematian burung-burung tersebut tidak mengarah pada penyakit infeksius. Itu saja hasilnya," kata Santiarka, Jumat (17/9/2021).

Sebagai informasi, dikutip dari laman Universitas Gadjah Mada, penyakit infeksius pada hewan adalah penyakit yang disebabkan oleh agen infeksi hidup seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur.

ADVERTISEMENT

Lebih lanjut, kata Santiarka, BBVet Denpasar mengecek dugaan penyakit infeksius atas kematian massal burung pipit tersebut melalui pemeriksaan histopatologi. Hasil tes polymerase chain reaction (PCR) lalu turut menunjukkan hasil negatif atas dugaan penyakit flu burung.

Santiarka menuturkan dirinya menyerahkan penelitian lanjutan terkait penyebab kematian massal burung pipit di Gianyar, Bali pada Balai Besar Veteriner Denpasar. Dengan begitu, penyebab kematian massal burung pipit bisa diketahui.

"Ya kita berharap sih begitu (dicari tahu lagi). Tapi nanti terserah lab-nya apakah mau diteliti lebih lanjut, apa nggak. Kalau kita hanya menebak-nebak gitu kan enak pas. Dibilang hanya burungnya habis makan makanan beracun, tapi di mana dia dapat makan makanan beracun. Kan kita tidak bisa mengetahui," papar Santiarka.

"Kita kan sudah sampaikan terjadinya kejadian penyakitnya seperti ini. Terserah sekarang keaktifan dari pemeriksa. Kalau pingin tahu lebih jauh, ya silakan (diuji lebih jauh). Yang jelas ini kan masih aman karena dia tidak infeksius terhadap manusia, terhadap sesamanya di burung, terhadap hewan lain," imbuhnya.

Dugaan penyebab kematian massal burung pipit

Guru Besar Etnobiologi FMIPA Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Johan Iskandar sebelumnya mengatakan, penyebab kematian burung secara massal harus dipastikan melalui uji lab dengan pemeriksaan sampel burung tersebut.

"Idealnya ya harus dibawa sampelnya burung yang mati itu, kemudian diperiksa, baik badannya maupun fesesnya (kotorannya) itu yang ideal. Kemudian baru nanti akan ketahuan penyebabnya apa, apakah keracunan atau mungkin juga kena penyakit virus," kata Johan kepada detikEdu, Sabtu (11/9/2021).

Menurut hipotesis Prof. Johan, burung yang mati secara massal bisa disebabkan oleh konsumsi makanan beracun, seperti padi yang mengandung pestisida. Di samping itu, penyakit tertentu juga berisiko menjadi penyebab kematian massal sebuah koloni burung.

"Penyebabnya mungkin menemukan sesuatu dan memakan bareng-bareng bisa saja. Bareng-bareng menemukan sesuatu dan itu sangat racun sekali ya," jelasnya.

Sementara itu Peneliti dari Pusat Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mohammad Irham mengetakan, cara mengetahui penyebab kematian massal burung tersebut dapat dilakukan melalui pemeriksaan nekropsi.

Nekropsi adalah pemeriksaan bangkai secara sistematis untuk menemukan penyebab kematian, mengonfirmasi diagnosis, dan menyelidiki terapi yang gagal jika sebelumnya sudah pernah diobati, seperti dikutip dari penelitian "Anatomical Pathology And Histopathological Changes Of Ascaridia Galli In Layer Chicken" oleh M. Hambal, dkk(2019) dalam Jurnal Medika Veterinaria Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).

"Saya sudah baca berita ini, tapi saya tidak bisa menjelaskan fenomena ini. Saya tidak tahu apakah ada pemeriksaan nekropsi (bedah bangkai untuk menyelidiki penyakit) atas burung tersebut oleh pihak yang kompeten di Bali," kata Irham tentang kematian massal burung pipit di Bali.




(twu/pay)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads