Ranking bukan menjadi patokan kesuksesan seseorang. Hal ini juga yang dibuktikan oleh siswi SMK bernama Annisa Shava Azzahra atau yang akrab disapa Nisa.
Nisa berhasil diterima di Universitas Indonesia (UI) jurusan Antropologi melalui jalur SBMPTN. Padahal, semasa sekolah ia sempat berada di ranking 33 dari 38 siswa di kelasnya.
Gadis yang tinggal di Balikpapan, Kalimantan Timur ini mengaku sempat tidak fokus dalam belajar kala duduk di bangku SMK kelas 11. Hal itu karena banyaknya kegiatan organisasi yang ia ikuti hingga akhirnya mendapat ranking ke-33.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari awal, dari masuk OSIS ranking saya sekitar 20-an ke atas. Nah, makin parah kelas 11 saya dipilih jadi ketua osis dan belajar jadi nggak terpikirkan. Saya mikir kalau belajar semampunya saja, dan raking jadi 33 dari 38," kisah dia saat berbincang dengan detikEdu dan ditulis Minggu (18/7/2021).
Akhirnya, di kelas 12 ia mulai fokus kembali pada pelajarannya. Dengan harapan, bisa mendapatkan nilai yang bagus saat lulus nanti dan bekerja.
Setelah lulus tahun 2019, gadis kelahiran 1 Maret 2001 ini memutuskan untuk menunda kuliah selama satu tahun. Ia mengaku ingin menggunakan kesempatan itu untuk bekerja terlebih dahulu dan memanfaatkan kemampuan yang ia punya.
"Saya tahun 2019 dan tahun pertama saya sengaja karena saya memang dari SMK Akuntansi dan mau pakai kesempatan untuk langsung kerja. Jadi, saya kerja dulu sekaligus memutuskan belajar UTBK, karena dari SMK kan beda dari SMA, dan saya nggak yakin ikut UTBK langsung," imbuh dia.
Di sela-sela bekerja, Nisa tak pernah lupa belajar materi UTBK SBMPTN. Bahkan, gaji pertamanya digunakan untuk membeli paket bimbel online guna menunjang belajarnya.
Setahun berlalu, Nisa pun mengikuti ujian UTBK SBMPTN. Namun sayang, ia gagal masuk pilihan yang diinginkan. Hal itu ia akui karena tidak fokus bekerja sambil belajar. Ia pun memutuskan untuk mengikuti ujian di tahun berikutnya.
"Tahun 2020 saya ujian dan gagal, setelah saya review saya nggak bisa bagi waktu antara bekerja dan belajar. Dulu kerjaan terakhir kantoran dari 7-5 dan belajar jam 8 malam -12 malam dan mungkin karena kecapekan jadi nggak maksimal. Itu jadi penghambat, nggak maksimal, setelah itu resign dan memutuskan gap year (kembali)," kata dia.
Nisa pun mulai fokus dalam belajarnya kali ini. Ia juga memutuskan untuk memilih jurusan Antropologi di pilihan pertama. Pasalnya, ia merasa banyak ketertarikan pada jurusan ini, apalagi prospek kerjanya jauh lebih luas dibanding pilihan sebelumnya.
"Tahun 2020 pilih di Kesejahteraan Sosial dan 2021 di Antropologi. Itu karena gagal kemarin saya mikir ulang, saya review dan saya baca buku dan berhubungan dengan antropologi sosial judulnya Sapiens, dan saya lebih mencondongkan ke sini dan prospek kerjanya lebih luas," terang Nisa.
Proses belajar yang ia lalui tidak mudah. Terkadang ia juga mengaku merasa jenuh dan suntuk. Bahkan, ia pernah merasa tak sadar tertidur sambil menulis.
Untuk mengatasi rasa suntuk itu, Nisa biasa melakukan refreshing dengan kumpul dan jalan-jalan dengan temannya. Selain itu, ia juga kerap menonton video di YouTube.
"Biasanya jalan bareng teman, kemarin lagi korona jadi nggak bisa sering dan jadikan motivasi kalau nggak belajar nggak keterima, kalau refreshing jalan bareng temen atau nonton YouTube video kucing," ungkapnya.
Tak lupa ia mengingatkan kepada adik-adik yang akan mengikuti ujian UTBK SBMPTN di tahun depan untuk menerapkan pola pikir positif dan motivasi dalam belajar. Sebab, diakui hal itu menjadi salah satu faktor kesuksesannya.
"Terapkan berpikir Growth Mindset dan temukan motivasi internal yang kuat. Growth mindset adalah pola pikir yang meyakini bahwa kemampuan dasar dapat dikembangkan melalui kerja keras dan dedikasi, intelegensi, dan bakat hanya merupakan modal awal saja. Sedangkan jika memiliki motivasi internal yang kuat, jika ada gangguan dari luar, diri kita tidak tergoyahkan semudah itu," jelas Nisa.
Sementara itu, adik-adik yang akan berjuang di SBMPTN 2022 diharapkan belajar dengan membuat materi yang telah disusun rapi. Tak lupa juga, agar mereka bisa membuat jurnal khusus dalam belajar.
"Belajar dengan membuat mindmap. Mindmap menurut saya dapat merapikan materi yang sudah kita serap sebelumnya, sekaligus me-recall ulang materi-materi tersebut. Terakhir, buat jurnal khusus belajar," tutup Nisa.
(pay/row)