Limbah Tempe dan Sekam Bisa Jadi Listrik? Ini Dia Karya Anak ITS

ADVERTISEMENT

Limbah Tempe dan Sekam Bisa Jadi Listrik? Ini Dia Karya Anak ITS

Trisna Wulandari - detikEdu
Selasa, 04 Mei 2021 09:00 WIB
Perajin pembuat tempe mengolah kacang kedelai dalam proses pembuatan tempe di pabrik rumahan, Sunter Jaya, Jakarta Utara, Selasa (31/7). Menurut perajin tempe, menjelang Asian Games mereka mengeluhkan peraturan pemprov DKI Jakarta yang mengharuskan mereka harus berhenti produksi saat Asian Games 2018 di Jakarta dimulai, karena perajin tempe diduga menjadi penyebab utama pencemaran kali item.
Limbah cair tempe dan sekam padi bisa jadi listrik dengan inovasi mahasiswa ITS Surabaya (Foto: Pradita Utama)
Jakarta -

Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menciptakan inovasi pembangkit listrik dari limbah cair tempe dan sekam padi bernama Antasena Bioelectricity. Gagasan Tim Antasena ITS ini telah berhasil menyabet medali emas dan gelar Best Paper dalam Paper Competition ITS Expo 2021 pada awal April 2021.

Husnul Chotimah, salah satu anggota Tim Antasena ITS menuturkan, pembangkit listrik berbasis biomassa Antasena Bioelectricity digagas untuk mendukung pemerintah meningkatkan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan optimalisasi penggunaannya.

Husnul mencontohkan, pemenuhan energi listrik ini turut merespons banyaknya daerah yang belum teraliri listrik seperti beberapa desa di Kabupaten Pekalongan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menuturkan, banyaknya limbah pertanian Indonesia sebagai negara agraris dapat menghasilkan biomassa dalam jumlah besar. Biomassa pun dapat diperoleh dari limbah cair tempe.

Husnul menuturkan, hal ini juga merespons belum adanya alat pengolahan limbah yang membahayakan lingkungan tersebut di Indonesia, yang notabene salah satu negara produsen tempe terbesar di dunia. "Alasan-alasan tersebut akhirnya mendorong kami menggagas Antasena Bioelectricity ini," kata Husnul.

ADVERTISEMENT

Keberadaan pembangkit listrik berbasis biomassa buatan Tim Antasena ITS juga salah satu bentuk usaha pemecahan masalah ketersediaan energi fosil di Indonesia. Dengan demikian, harapannya, Indonesia tidak hanya jadi importir minyak mentah dan produk turunannya.

Husnul menuturkan, Antasena Bioelectricity merupakan teknologi yang menghasilkan energi listrik secara hybrid menggunakan fuel cell dan microbial fuel cell dengan memanfaatkan sekam padi dan limbah cair tempe.

Prototipe Antasena ITS dok. ITSPrototipe Antasena ITS dok. ITS

"Mula-mula, sekam padi akan difermentasikan dengan proses fermentasi gelap yang akan menghasilkan gas biohydrogen," papar mahasiswi Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS tersebut.

Ia menjelaskan, gas biohidrogen lalu digunakan untuk menghasilkan energi listrik melalui fuel cell. Sedangkan proses fermentasi sekam padi nantinya akan menghasilkan limbah cair yang diproses bersamaan dengan limbah cair tempe pada microbial fuel cell.

"Proses ini berfungsi untuk menghasilkan energi listrik tambahan," kata Husnul.

Gagasan yang disusun sejak akhir tahun 2020 ini menargetkan desa di Kabupaten Pekalongan, setelah sebelumnya melihat potensi komoditas desa di kawasan tersebut.

"Potensi terbesar desa di wilayah Pekalongan adalah sekam padi dan limbah tempe. Kedua biomassa itulah yang kami gunakan sebagai sumber energi terbarukan untuk menghasilkan listrik," kata perempuan kelahiran Surabaya, 13 September 1999 tersebut.

Husnul mengaku dalam penyusunannya sempat kesulitan untuk memaksimalkan potensi yang ada. DI samping itu, menghasilkan energi listrik semaksimal dan seefisien mungkin, baik dari segi teknis maupun ekonomi, diperlukan perancangan Antasena Bioelectricity secara keseluruhan dan analisis kuantitatif yang matang.

Kendati demikian, gagasan Tim Antasena ITS menyabet medali emas dan gelar Best Paper dalam Paper Competition ITS Expo 2021 awal April lalu.

Dalam kompetisi tersebut, Tim Antasena ITS diwakili oleh Ahmad Fahmi Prakoso dan Muhammad Wildan Abyan dari Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS, serta Deden Eko Wiyono dari Departemen Teknik Kimia Industri ITS.

Kompetisi tersebut mengusung tema Optimalisasi Sumber Daya Desa Melalui Inovasi Anak Bangsa Guna Pembangunan Yang Berkelanjutan. Kelompoknya memilih subtema paper Desa Berenergi Bersih dan Terbarukan.

Mahasiswa ITS ini mengatakan, tema tersebut dipilih sebagai upaya memaksimalkan potensi sumber daya alam suatu desa sehingga menciptakan desa yang berenergi, mandiri, bersih, dan terbarukan.

"Ke depan, kami berharap Tim Antasena ITS dapat terus menghasilkan karya riset teknologi demi kemajuan dan kesejahteraan Indonesia," tandasnya.




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads