Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menciptakan inovasi pembangkit listrik dari limbah cair tempe dan sekam padi bernama Antasena Bioelectricity. Gagasan Tim Antasena ITS ini telah berhasil menyabet medali emas dan gelar Best Paper dalam Paper Competition ITS Expo 2021 pada awal April 2021.
Husnul Chotimah, salah satu anggota Tim Antasena ITS menuturkan, pembangkit listrik berbasis biomassa Antasena Bioelectricity digagas untuk mendukung pemerintah meningkatkan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan optimalisasi penggunaannya.
Husnul mencontohkan, pemenuhan energi listrik ini turut merespons banyaknya daerah yang belum teraliri listrik seperti beberapa desa di Kabupaten Pekalongan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menuturkan, banyaknya limbah pertanian Indonesia sebagai negara agraris dapat menghasilkan biomassa dalam jumlah besar. Biomassa pun dapat diperoleh dari limbah cair tempe.
Husnul menuturkan, hal ini juga merespons belum adanya alat pengolahan limbah yang membahayakan lingkungan tersebut di Indonesia, yang notabene salah satu negara produsen tempe terbesar di dunia. "Alasan-alasan tersebut akhirnya mendorong kami menggagas Antasena Bioelectricity ini," kata Husnul.
Keberadaan pembangkit listrik berbasis biomassa buatan Tim Antasena ITS juga salah satu bentuk usaha pemecahan masalah ketersediaan energi fosil di Indonesia. Dengan demikian, harapannya, Indonesia tidak hanya jadi importir minyak mentah dan produk turunannya.
Husnul menuturkan, Antasena Bioelectricity merupakan teknologi yang menghasilkan energi listrik secara hybrid menggunakan fuel cell dan microbial fuel cell dengan memanfaatkan sekam padi dan limbah cair tempe.
![]() |
"Mula-mula, sekam padi akan difermentasikan dengan proses fermentasi gelap yang akan menghasilkan gas biohydrogen," papar mahasiswi Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS tersebut.
Ia menjelaskan, gas biohidrogen lalu digunakan untuk menghasilkan energi listrik melalui fuel cell. Sedangkan proses fermentasi sekam padi nantinya akan menghasilkan limbah cair yang diproses bersamaan dengan limbah cair tempe pada microbial fuel cell.
"Proses ini berfungsi untuk menghasilkan energi listrik tambahan," kata Husnul.
Gagasan yang disusun sejak akhir tahun 2020 ini menargetkan desa di Kabupaten Pekalongan, setelah sebelumnya melihat potensi komoditas desa di kawasan tersebut.
"Potensi terbesar desa di wilayah Pekalongan adalah sekam padi dan limbah tempe. Kedua biomassa itulah yang kami gunakan sebagai sumber energi terbarukan untuk menghasilkan listrik," kata perempuan kelahiran Surabaya, 13 September 1999 tersebut.
Husnul mengaku dalam penyusunannya sempat kesulitan untuk memaksimalkan potensi yang ada. DI samping itu, menghasilkan energi listrik semaksimal dan seefisien mungkin, baik dari segi teknis maupun ekonomi, diperlukan perancangan Antasena Bioelectricity secara keseluruhan dan analisis kuantitatif yang matang.
Kendati demikian, gagasan Tim Antasena ITS menyabet medali emas dan gelar Best Paper dalam Paper Competition ITS Expo 2021 awal April lalu.
Dalam kompetisi tersebut, Tim Antasena ITS diwakili oleh Ahmad Fahmi Prakoso dan Muhammad Wildan Abyan dari Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS, serta Deden Eko Wiyono dari Departemen Teknik Kimia Industri ITS.
Kompetisi tersebut mengusung tema Optimalisasi Sumber Daya Desa Melalui Inovasi Anak Bangsa Guna Pembangunan Yang Berkelanjutan. Kelompoknya memilih subtema paper Desa Berenergi Bersih dan Terbarukan.
Mahasiswa ITS ini mengatakan, tema tersebut dipilih sebagai upaya memaksimalkan potensi sumber daya alam suatu desa sehingga menciptakan desa yang berenergi, mandiri, bersih, dan terbarukan.
"Ke depan, kami berharap Tim Antasena ITS dapat terus menghasilkan karya riset teknologi demi kemajuan dan kesejahteraan Indonesia," tandasnya.
(pal/pal)