NSS: Putri Tanjung-Najelaa Shihab Bicara Pendidikan Indonesia

ADVERTISEMENT

NSS: Putri Tanjung-Najelaa Shihab Bicara Pendidikan Indonesia

Tim detikcom - detikEdu
Kamis, 25 Feb 2021 22:08 WIB
NSS: Putri Tanjung-Najelaa Shihab Bicara Pendidikan Indonesia (YouTube CXO Media)
Foto: NSS: Putri Tanjung-Najelaa Shihab Bicara Pendidikan Indonesia (YouTube CXO Media)
Jakarta -

Program Ngobrol Sore Semaunya (NSS) memasuki episode 23. Kali ini Putri Tanjung mengobrol dengan penyanyi Educator dan Founder Sekolah.mu Najelaa Shihab. Keduanya berbicara soal pendidikan di Indonesia.

NSS disiarkan dalam akun YouTube, CXO Media. Pada episode NSS 23, Kamis (25/2/2021), berjudul Najelaa Shihab: Mendedikasikan Hidup Untuk Pendidikan Indonesia.

Dalam kesempatan itu, Najelaa pertama membahas mengenai pendidikan di masa pandemi COVID-19. Menurutnya, pandemi ini menjadi momentum perubahan pendidikan Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pandemi itu momentum perubahan, jadi banyak banget advokasi, banyak banget transformasi yang sebetulnya perlu kita kerjain, bukan cuma gara-gara pandemi yang memang udah puluhan tahun lalu yang harusnya (ada perubahan) terjadi, itu malah dengan pandemi (ada) keinginan berubah," ujar Najelaa.

Najelaa mencontohkan di masa pandemi ini para guru banyak yang ingin mengikuti pelatihan. Sebab, cara mengajar di masa pandemi ini belum pernah dilakukan sebelumnya.

ADVERTISEMENT

"Misalnya pelatihan guru, biasanya tuh ya selalu banyak yang mau juga, cuma jumlah pelatihan guru di masa pandemi ini tuh meningkatnya kaya 60 kali lipat, jadi bukan cuma 2 kali lipat atau 10 kali lipat, makin banyak guru. Mungkin sebelum pandemi guru itu 'ah gue udah pengalaman, udah bisa ngajar bisa pakai cara ini aja', tapi sekarang kan tiba-tiba zero experience yang kayanya mulai dari awal, yang perlu nemuin cara yang baru," ucapnya.

"Jadi aku melihatnya ini pandemi ini keinginan belajar makin besar, keinginan memenuhi kebutuhan murid karena muridnya juga berubah dan juga kebutuhannya bukan cuma nilai akademik, harus didukung psikologis dan sebagainya, kaya ada alarm yang bunyi kenceng banget buat guru, orang tua," sambungnya.

Lebih lanjut, Najelaa mengaku dirinya sebagai korban pendidikan di Indonesia. Dia merasa pendidikan di tanah air itu tidak relevan.

"Makin merasa pendidikan itu nggak relevan. Jadi banyak banget sekarang murid mahasiswa gue ngapain menghabiskan waktu sekian lama untuk sesuatu yang nggak ada gunananya," katanya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Menurutnya, para siswa itu terpenjara di sekolah. Najelaa menilai pendidikan di Indonesia itu hanya untuk berpindah ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.

"Jadi, lu sekolah buat diterima di sekolah berikutnya, diterima SD, diterima SMP, diterima SMA. Jadi validasi eksternalnya apakah yang lu pelajari itu berguna buat hidup, apakah lu sukses dalam bekerja itu nggak ada, sampai tiba-tiba di ujung lu sudah selesai, udah lulus SMA, kuliah ternyata nggak bisa apa-apa, ternyata lu harus belajar lagi. Nah jadi sistem ini kaya sangat prostitutes quo, karena nggak pernah dapat feedback dari luar dan gue tahu kalau orang pendidikan lain dengar dan yang ngomong bukan pendidik itu lu digebukin, 'lu tahu apa soal pendidikan nge-judge ekosistem'," ujarnya.

"Tapi gue mengatakan ini buat catatan gue, gue itu guru, gue itu pendidik, i am part of system, i need push my self untuk keluar, kolaborasi dengan berbagai bidang karena that's how i am preparing the student for the future, karena tidak semuanya mau jadi guru, harus tahu dunia lain," katanya.

Najelaa meyakini, sistem pendidikan Indonesia dapat berubah ke arah lebih baik. Asalkan para pemangku kepentingan bekerja keras membuat perubahan itu.

"Kalau kita lihat dari pengalaman transformasi pendidikan berbagai negara, jadi antara 50-100 tahun (perubahan sistem pendidikan) masuk akal, tapi kalau kita bekerja dengan amat sangat keras 30-50 tahun bisa dipercepat. Karena ini pendidikan Indonesia ini beragam banget," imbuh Najelaa.


Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads